PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO KALIMANTAN SELATAN
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan kembali melanjutkan pertumbuhan positif pada triwulan III 2021. Pada triwulan III 2021, perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tumbuh 4,82% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2021 yang tumbuh 4,41% (yoy). Dari sisi penawaran, perbaikan ekonomi antara lain didorong oleh peningkatan kinerja Lapangan Usaha (LU) Pertanian, Pertambangan, Industri Pengolahan dan Konstruksi. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh perbaikan ekspor di tengah penurunan kinerja konsumsi RT, konsumsi Pemerintah, dan investasi.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Secara agregat, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2021 mengalami penurunan dibanding realisasi triwulan III 2020, di tengah pembatasan aktivitas masyarakat skala mikro. Penurunan realisasi pendapatan terutama didorong realisasi pendapatan transfer di level provinsi maupun kabupaten/kota serta pendapatan lain-lain yang sah terutama di level kabupaten/kota yang cenderung rendah. Dari sisi belanja, realisasi belanja Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2021 secara agregat juga mengalami penurunan dibanding realisasi pada triwulan III 2020. Penurunan realisasi belanja disebabkan oleh seluruh komponen belanja, seperti belanja operasional, belanja modal, belanja tak terduga, dan dana transfer Pemerintah Daerah (Pemda) baik di level provinsi maupun kabupaten/kota.
PERKEMBANGAN INFLASI
Secara tahunan, inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2021 tercatat sebesar 2,56% (yoy), meningkat dibanding triwulan II 2021 sebesar 2,19% (yoy). Inflasi terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, diikuti oleh kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran, serta kelompok pakaian dan alas kaki. Sementara itu, secara triwulanan inflasi tercatat sebesar 0,3% (qtq), menurun dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,36% (qtq).
Inflasi triwulan IV 2021 diprakirakan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2020 sejalan dengan penghapusan cuti bersama HBKN Natal dan rencana pembatasan kegiatan pada periode Natal dan Tahun Baru. Penurunan inflasi terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau akibat base effect tahun sebelumnya. Produksi hortikultura diprakirakan masih stabil hingga akhir tahun meskipun curah hujan meningkat. Di sisi lain, inflasi daging ayam ras diprakirakan meningkat sejalan dengan penurunan pasokan. Selain itu, penurunan inflasi kelompok transportasi sejalan dengan potensi pembatasan kegiatan masyarakat pada momen HBKN Nataru dan penghapusan cuti bersama dapat menahan kenaikan inflasi triwulan IV 2021.
PEMBIAYAAN DAERAH, SERTA PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN & USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
Pada triwulan III 2021, fungsi intermediasi perbankan cenderung tertahan. Penyaluran kredit tetap tumbuh positif, namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh kinerja kredit modal kerja dan kredit investasi yang melambat sejalan dengan aktivitas ekonomi dan bisnis yang terbatas di tengah penerapan PPKM Level 4 pada triwulan laporan. Sementara itu, kredit konsumsi tercatat tumbuh 1,45% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,42% (yoy) terutama bersumber dari peningkatan penyaluran KPR dan perbaikan kontraksi KKB sejalan dengan perpanjangan stimulus kredit properti dan otomotif. Dari sisi kualitas, meskipun kinerja kredit mengalami perlambatan, namun kualitas kredit justru mengalami perbaikan, tercermin dari rasio non performing loan (NPL) yang menurun, dari 3,10% menjadi 2,96%. Penyaluran kredit korporasi melambat, terutama bersumber dari perlambatan kinerja penyaluran kredit di lapangan usaha utama yaitu pertambangan dan pertanian yang masing-masing tumbuh sebesar 26,82% dan -5,22%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 47,87% dan 8,01%. Sejalan dengan perkembangan tersebut, kredit UMKM juga tumbuh terbatas, namun dengan kualitas kredit yang membaik. Untuk mendorong peningkatan dan menjaga kualitas kredit UMKM, Bank Indonesia senantiasa mendukung pengembangan UMKM baik dari sisi peningkatan produksi, pemasaran dan akses keuangan, serta melalui penyelenggaraan berbagai program UMKM bekerja sama dengan stakeholders terkait.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Transaksi melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) dan Sistem Kliring Nasional (SKNBI) di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2021 secara nominal mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya, namun dari sisi pertumbuhan mengalami penurunan seiring pemberlakuan PPKM level 3 dan 4. Di sisi lain, transaksi dengan menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan transaksi online mengalami peningkatan sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk mendorong perluasan elektronifikasi pembayaran di daerah terutama di masa pandemi. Aliran uang kartal pada triwulan III 2021 mengalami aliran masuk bersih (net inflow) didorong oleh yang masih berlanjut arus balik uang kartal ke sistem perbankan pasca perayaan HBKN Idul Fitri dan juga sejalan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan III 2021. Bank Indonesia bersama Pemda terus mendorong peningkatan elektronifikasi keuangan Pemda untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas serta peningkatan pendapatan daerah melalui pembentukan Tim Percepatan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD). Sampai dengan triwulan III 2021 TP2DD telah terbentuk di seluruh Pemda di Kalimantan Selatan.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan pada triwulan III 2021 mengalami sedikit perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Berdasarkan survei Bank Indonesia, hasil SKDU menunjukkan serapan tenaga kerja membaik ditandai oleh perbaikan kontraksi, sejalan dengan peningkatan Indeks Penghasilan pada Survei Konsumen dari 56,67 di triwulan III 2020 menjadi 110,20 di triwulan III 2021. Sementara itu, berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional oleh BPS, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kalimantan Selatan menunjukkan penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan mengalami peningkatan menjadi 107,89 didorong peningkatan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat. Peningkatan NTP secara tahunan didorong oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani (IT) yang naik lebih tinggi dibanding indeks harga yang dibayar petani (IB), masing-masing sebesar 10,49% (yoy) dan 2,22% (yoy). Pada tahun 2020, indeks pembangunan manusia (IPM) Kalimantan Selatan naik menjadi 70,91 dari tahun 2019 yang sebesar 70,72. Peningkatan IPM Kalimantan Selatan bersumber dari peningkatan dimensi umur panjang dan hidup sehat (usia harapan hidup/UHH) dan pengetahuan (harapan lama sekolah/HLS dan rata-rata lama sekolah/RLS) di tengah standar hidup layak (pengeluaran per kapita) yang sedikit menurun.
PROSPEK PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN
Secara keseluruhan tahun 2021, pertumbuhan ekonomi diprakirakan lebih tinggi dibanding tahun 2020. Hal ini didukung oleh perbaikan ekonomi global dan domestik secara gradual, seiring berlanjutnya program vaksinasi COVID-19. Investasi diprakirakan meningkat baik investasi bangunan maupun nonbangunan didorong realisasi beberapa proyek investasi existing dan proyek konstruksi baru. Ekspor diprakirakan meningkat, didorong peningkatan permintaan komoditas utama, terutama batubara dan crude palm oil (CPO), sejalan dengan pemulihan ekonomi negara mitra dagang utama. Perbaikan perekonomian global dan domestik serta peningkatan kinerja ekspor tersebut diprakirakan akan meningkatkan kinerja sejumlah LU utama pada 2021. Sejalan dengan prospek perbaikan perekonomian tersebut, inflasi Kalimantan Selatan pada 2021 diprakirakan lebih tinggi dari tahun 2020, namun masih berada pada rentang sasaran inflasi nasional sebesar 3±1% (yoy). Peningkatan inflasi sejalan dengan kasus COVID-19 yang melandai sehingga berdampak pada peningkatan konsumsi dan perbaikan iklim usaha. Ke depan, sinergi Bank Indonesia dan Pemerintah serta instansi terkait melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di seluruh Kalimantan Selatan akan terus diperkuat guna memastikan pencapaian inflasi dalam rentang sasaran yang mendukung proses perbaikan ekonomi nasional secara berkelanjutan.