PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH
Perekonomian Lampung pada triwulan III 2025 tumbuh stabil sebesar 5,04% (yoy), sejalan dengan capaian nasional dan lebih tinggi dibandingkan Sumatera (4,90% yoy). Secara nominal, PDRB Lampung tercatat sebesar Rp135,56 triliun (ADHB) dan Rp76,57 triliun (ADHK 2010). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang menguat di tengah daya beli yang terjaga dan investasi yang meningkat seiring perbaikan ekspektasi usaha. Konsumsi pemerintah kembali pulih setelah dua triwulan sebelumnya terkontraksi. Sementara itu, ekspor nonmigas melemah akibat turunnya permintaan global terhadap komoditas unggulan (kopi, CPO, karet), sedangkan impor meningkat sejalan kebutuhan bahan baku industri. Dari sisi sektoral, pertumbuhan didorong pemulihan LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan pada periode panen gadu dan perbaikan produksi hortikultura, sementara sektor sekunder dan tersier tetap tumbuh positif, meski moderat.
Pagu APBD Provinsi dan Kab/Kota 2025 menurun, baik dari sisi pendapatan (-4,60% yoy) maupun belanja (-4,29% yoy), kecuali belanja pegawai yang meningkat (6,14% yoy). Realisasi belanja APBD hingga triwulan III mencapai Rp17,98 triliun, sedikit lebih rendah dibandingkan Rp18,52 triliun pada periode yang sama di 2024. Dari sisi APBN, realisasi pendapatan Lampung mencapai Rp7,98 triliun (71,68% dari target), tumbuh 5,33% yoy, ditopang kuatnya penerimaan perpajakan, termasuk bea keluar yang mencapai Rp1,51 triliun (397,65% dari target). Realisasi belanja negara tercatat Rp23,08 triliun (71,58% dari pagu), turun 5% yoy dibandingkan periode yang sama di 2024.
Inflasi gabungan kabupaten/kota pada triwulan III 2025 tercatat 1,17% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (2,27% yoy) dan lebih rendah dibandingkan capaian nasional (2,65% yoy). Perlambatan terutama dipengaruhi penurunan tarif pendidikan sejalan kebijakan penghapusan uang komite. Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi penyumbang utama inflasi dengan andil 1,65% dan inflasi 5,02% (yoy), sementara kelompok Pendidikan mengalami deflasi 8,20% yoy (andil -1,23%). Ke depan, risiko inflasi bersumber dari ketidakpastian global, serta dinamika iklim yang berisiko mempengaruhi produksi pangan strategis.
PEMBIAYAAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN, SERTA UMKM
Kredit rumah tangga tetap kuat dengan penyaluran Rp28,56 triliun atau tumbuh 10,48% (yoy), dengan NPL terjaga di bawah 5%. Dana Pihak Ketiga rumah tangga mencapai Rp47,25 triliun (74,25% dari total DPK). Kredit korporasi melambat, tumbuh 1,30% yoy, dengan kontribusi utama dari LU Pertanian (1,61%), Transportasi dan Pergudangan (15,73%), serta konstruksi (2,61%), sementara LU Industri Pengolahan dan Perdagangan mencatat kontraksi. Sementara itu, kredit UMKM tetap positif (0,72% yoy) meski melambat.
PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Aliran uang kartal pada triwulan III 2025 mencatat net outflow Rp0,84 triliun, sejalan dengan aktivitas ekonomi yang stabil. Outflow menurun 2,64% (yoy), membaik dari triwulan sebelumnya. Transaksi RTGS terkontraksi 9,73% (yoy), sementara transaksi SKNBI tumbuh 0,50% (yoy). Transaksi ATM/Debit meningkat kuat (19,53% yoy). Hingga September 2025, terdapat 739.802 merchant dan 1.387.227 pengguna QRIS di Provinsi Lampung, masing-masing meningkat sejalan perluasan digitalisasi pembayaran.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Jumlah penduduk bekerja meningkat menjadi 4,85 juta jiwa (naik 65,79 ribu atau 1,37% yoy). Struktur ketenagakerjaan Provinsi Lampung masih didominasi sektor informal (64,72%). Sementara itu, tingkat Pengangguran Terbuka tercatat 4,21%, naik tipis 0,02 poin dari Agustus 2024. Lebih lanjut, rata-rata NTP meningkat ke 129,96, mencerminkan membaiknya kesejahteraan petani. Jumlah penduduk miskin turun sebesar 5,67% ( yoy), dari 941,23 ribu pada 2025 menjadi 887,02 ribu jiwa per Maret 2025.
Perekonomian global 2025–2026 diproyeksikan tumbuh moderat 3,2% dan 3,1%, masih di bawah rerata prapandemi. Indonesia diperkirakan tumbuh solid 4,9% pada 2025–2026, ditopang konsumsi, investasi, dan bauran kebijakan yang pro-stability dan pro-growth (IMF, Oktober 2025). Adapun Provinsi Lampung diprakirakan tumbuh 4,9 –5,5% pada 2025, ditopang konsumsi rumah tangga pasca kenaikan UMP, peningkatan investasi swasta, serta perbaikan LU Pertanian, serta tetap kuatnya LU Konstruksi dan LU Industri Pengolahan. Namun, risiko perlambatan ekspor akibat ketidakpastian global masih perlu dicermati. Inflasi 2025 diprakirakan tetap terkendali dalam sasaran 2,5 ±1%, didukung penguatan koordinasi TPIP–TPID dan implementasi GNPIP.