PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II 2020
Ditengah
pandemi COVID-19, kinerja ekonomi Bali pada triwulan II 2020 terkontraksi
makin dalam. Ekonomi
Bali tercatat tumbuh sebesar -10,98% (yoy) pada triwulan II 2020, lebih rendah dibanding
triwulan I 2020 yang sebesar -1,14% (yoy). Angka ini
juga lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional pada periode yang sama, sebesar -5,32%
(yoy). Dari sisi permintaan, kontraksi kinerja
ekonomi Bali bersumber dari seluruh komponen yaitu konsumsi RT, konsumsi
pemerintah, investasi, dan ekspor luar negeri. Hal
ini disebabkan oleh masih berlangsungnya pandemi COVID-19 yang menyebabkan
penurunan kinerja pariwisata sehingga menekan daya beli, menahan konsumsi
pemerintah ditengah pendapatan yang menurun, menyulitkan realisasi investasi
ditengah penerapan protokol physical distancing, serta menurunkan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara. Selanjutnya, dari sisi penawaran, kontraksi
yang makin dalam juga bersumber dari seluruh lapangan usaha (LU). Kinerja LU
Akmamin dan LU Transportasi kontraksi karena kunjungan wisatawan yang menurun
signifikan ditengah kekhawatiran penyebaran COVID-19. Kinerja LU Perdagangan
juga kontraksi makin dalam karena adanya pembatasan kegiatan masyarakat
termasuk pembatasan jam operasional pusat perdagangan. Kinerja LU Kontruksi juga
tertahan akibat pengerjaan proyek menjadi sulit ditengah perlunya physical
distancing. Kinerja LU pertanian juga kontraksi karena melemahnya
permintaan.
TRACKING EKONOMI TRIWULAN III 2020
Ekonomi Bali pada triwulan III 2020
diprakirakan akan sedikit membaik dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini
sejalan dengan pelonggaran kebijakan pariwisata Bali untuk wisatawan domestik
seiring dengan dimulainya tatanan kehidupan era baru, didukung dengan kebijakan
sertifikasi pelaku usaha pariwisata. Selain itu, pembangunan proyek strategis
juga tetap berjalan sesuai jadwal.
PERKEMBANGAN KEUANGAN
PEMERINTAH
Realisasi belanja
pemerintah (APBD & APBN) di Wilayah Bali pada
triwulan II tahun 2020 tercatat sebesar Rp11,43
triliun
atau tumbuh -6,61% (yoy). Capaian ini lebih rendah dibandingkan
dengan pertumbuhan realisasi belanja triwulan II tahun 2019 yang tumbuh sebesar
11,78% (yoy), dengan nominal Rp12,24 triliun. Penurunan realisasi
belanja tersebut, terutama disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan realisasi belanja
di kategori APBN yang mengalami kontraksi 6,00% dan APBD Kabupaten/Kota yang
terkontraksi sebesar 15,34% pada triwulan II 2020. Kondisi ini seiring dengan
kebijakan refocusing anggaran untuk penanganan COVID-19.
Realisasi pendapatan daerah di
Bali pada
triwulan II tahun 2020 terkontraksi sebesar 12,78% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan II 2019 yang tumbuh sebesar 8,44%. Realisasi
pendapatan yang menurun tersebut bersumber dari penurunan realisasi APBD
Kabupaten/Kota, maupun APBD provinsi. Kondisi ini terutama disebabkan oleh
melambatnya realisasi komponen Dana Perimbangan, sejalan dengan melambatnya
realisasi DAK. Sejalan dengan hal tersebut, realisasi komponen retribusi
daerah juga mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kegiatan
pariwisata sebagai dampak COVID-19.
PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULAN
II 2020
Realisasi inflasi Provinsi Bali pada
triwulan II 2020 tercatat sebesar 2,18% (yoy), melandai dibandingkan dengan
realisasi inflasi triwulan I 2020 yang sebesar 3,04% (yoy). Namun demikian,
realisasi inflasi tersebut lebih tinggi dibanding dengan realisasi inflasi
Nasional pada periode yang sama (1,96% (yoy). Melandainya inflasi disebabkan
oleh turunnya tekanan harga di sebagian besar kelompok barang.
TRACKING
INFLASI
TRIWULAN III 2020
Turunnya tekanan inflasi bersumber dari
masih lemahnya permintaan, terutama disebabkan oleh belum pulihnya industri
pariwisata. Namun demikian, kondisi cuaca seperti gelombang tinggi dapat
berisiko meningkatkan harga ikan laut dan mengganggu distribusi pasokan
makanan.
PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Secara umum, kondisi stabilitas keuangan di Bali pada triwulan II 2020 masih terjaga.
DPK dan Kredit pada triwulan II 2020 masih tumbuh positif, meski melambat
seiring dengan penurunan kinerja perekonomian secara keseluruhan. Penghimpunan Dana Pihak
Ketiga (DPK) di Wilayah Bali pada triwulan II 2020 tercatat tumbuh sebesar
0,91% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar
9,44% (yoy).Sementara itu, penyaluran Kredit pada triwulan II 2020 tercatat
tumbuh 2,58% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 7,36% (yoy). Kualitas kredit di Wilayah Bali pada triwulan II
2020 masih terjaga. Hal ini tercermin dari Non performing loan (NPL) Gross,
yang menurun pada triwulan II 2020 menjadi 3,66% dari 3,80% pada triwulan
sebelumnya.
Penyaluran kredit korporasi pada triwulan II2020 terkontraksi
sebesar 0,55%(yoy), menurun dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 6,96%(yoy). Dari sisi penggunaan, menurunnya
kinerja penyaluran
kredit korporasi bersumber dari penyaluran kredit investasi.
Berdasarkan jenis LU, menurunnya kredit korporasi
terutama bersumber dari melambatnya kredit LU Akmamin dan kontraksi
kredit LU Perdagangan. Kualitas kredit korporasi sedikit membaik. Pada triwulan II 2020, NPL kredit
korporasi tercatat sebesar 6,17%, lebih rendah dibandingkan dengan NPL triwulan
sebelumnya (7,13%).
Pada triwulan II 2020, kredit rumah
tangga tumbuh 2,83%(yoy), melambat
dari
triwulan lalu yang sebesar 7,28% (yoy). Melambatnya kredit rumah tangga
bersumber terutama dari melambatnya kredit multiguna,
seiring dengan mulai meningkatnya suku bunga kredit
tersebut.
Risiko kredit RT masih
terjaga cukup baik, tercermin dari tingkat NPL yang masih cukup rendah dan
berada di bawah 5%. Namun demikian, NPL pada triwulan II 2020 sedikit meningkat
(2,16%) dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya (1,79%).
Kredit UMKM terkontraksi pada triwulan II 2020,
sejalan dengan penurunan kinerja ekonomi Bali. Kredit UMKM
terkontraksi sebesar 2,51% (yoy), menurun dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh 6,79% (yoy). Menurunnya kredit UMKM di Bali terutama
bersumber dari kredit UMKM LU Perdagangan (pangsa 55,67%) dan LU Akamamin
(pangsa 11,49%). Meskipun kredit UMKM terkontraksi, namun kualitas kredit
masih terjaga. NPL kredit UMKM pada triwulan II 2020 tercatat sebesar
3,19%, sedikit
meningkat dibandingkan triwulan lalu (3,10%), namun masih terjaga di bawah 5%.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan transaksi
tunai dan non tunai cenderung melambat.
Perkembangan kinerja
transaksi tunai pada triwulan II 2020 di Provinsi Bali menunjukkan terjadinya net inflow sebesar Rp1,42
triliun.
Kondisi tersebut disebabkan oleh kinerja
ekonomi Bali yang mengalami kontraksi cukup dalam pada triwulan berjalan.
Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan transaksi
nontunai juga menunjukkan perlambatan.
Pada triwulan II 2020, volume transaksi
melalui SKNBI tercatat sebesar 264,87 ribu lembar atau tumbuh -35,83 (yoy),
melambat dibandingkan dengan triwulan I 2020 yang tumbuh sebesar -13,10% (yoy).
Nominal transaksi SKNBI tercatat sebesar Rp8,2 triliun atau tumbuh -31,37%
(yoy) pada triwulan II 2020. Capaian ini lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan I 2020 yang tumbuh sebesar -3,57% (yoy).
Transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) juga
mengalami perlambatan. Nominal BI-RTGS tercatat sebesar Rp27,13 triliun atau
tumbuh -14,89% (yoy) pada triwulan II 2020, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar Rp31,94 triliun atau tumbuh sebesar 15,65%. Volume
transaksi melalui BI-RTGS tercatat sebesar 16,25 ribu lembar atau tumbuh -14,57
(yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan I 2020 yang tumbuh sebesar 1,47%
(yoy).
Sementara
itu, perkembangan nominal transaksi penyelenggara KUPVA BB menurun. Nominal
transaksi penyelenggara KUPVA BB di Provinsi Bali pada Triwulan II 2020
mengalami kontraksi sebesar 87,50% (yoy), menurun dibandingkan triwulan I 2020
yang tercatat tumbuh sebesar 2,66 % (yoy).
PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN
Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) sedikit meningkat. Perkembangan TPT di
Bali pada Februari 2020 tercatat menunjukkan peningkatan
dari sebesar 1,19% pada Februari 2019 menjadi 1,21% (yoy)
pada Februari 2020. Peningkatan angka pengangguran disebabkan oleh peningkatan
angkatan kerja yang belum mampu diimbangi oleh peningkatan kesempatan kerja.
pada
Maret 2020 mengalami peningkatan dibandingkan September 2019. Persentase penduduk miskin
Bali pada Maret 2020 tercatat sebesar 3,78%, atau sejumlah 165,19 ribu orang,
meningkat dibandingkan
dengan
periode
September 2019 yang sebesar 3,61%(156,91 ribu orang). Sejalan
dengan itu, rasio gini provinsi Bali meningkat dari 0,366 pada September 2019
menjadi 0,369 pada Maret 2020.
PROSPEK EKONOMI BALI
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada
triwulan IV 2020 diperkirakan membaik dibanding triwulan III 2020 seiring
dengan implementasi kebijakan tatanan era kehidupan baru. Dari sisi permintaan,
membaiknya perekonomian terutama didorong oleh konsumsi swasta, konsumsi
pemerintah, dan investasi. Sementara itu, pemulihan ekspor luar negeri masih
terbatas. Dari sisi penawaran, perbaikan ekonomi bersumber dari
peningkatan kinerja lapangan usaha utama Utama. Sementara pertumbuhan ekonomi
Bali 2020 akan lebih rendah dibandingkan tahun 2019.
PROSPEK INFLASI BALI
Sejalan
dengan perkiraan membaiknya perekonomian pada triwulan IV 2020, tekanan inflasi
diperkirakan sedikit meningkat. Namun, inflasi Bali diperkirakan masih berada
dalam sasaran inflasi nasional 3%±1% (yoy).