PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III 2020
Kinerja perekonomian Bali tertahan akibat masih berlangsungnya pandemi COVID-19. Pada triwulan III 2020, ekonomi Bali masih kontraksi 12,28% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang kontraksi 11,02% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh masih berlangsungnya penyebaran COVID-19 yang menyebabkan sejumlah negara masih melakukan kebijakan travel restriction dan lockdown, sehingga jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali menurun yang menekan kinerja pariwisata. Dari sisi permintaan, penurunan kinerja ekonomi Bali bersumber dari konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor luar negeri. Kinerja ketiga komponen tersebut belum membaik dibanding triwulan sebelumnya. Kontraksi ekonomi Bali yang lebih dalam dari sisi permintaan tertahan oleh kinerja konsumsi pemerintah yang membaik pada triwulan III 2020. Sementara dari sisi lapangan usaha, kontraksi ekonomi Bali yang lebih dalam bersumber dari kinerja lapangan usaha (LU) utama Bali yang kontraksi lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yaitu LU penyediaan akomodasi makan-minum (akmamin), LU perdagangan, serta LU konstruksi. Disisi lain, kinerja LU pertanian pada triwulan III 2020 sedikit membaik dibanding triwulan sebelumnya meskipun masih kontraksi.
PROSPEK EKONOMI TRIWULAN IV 2020
Kinerja perekonomian Bali pada triwulan IV 2020 diprakirakan akan mengalami pemulihan terbatas. Dari sisi permintaan, perbaikan kinerja perekonomian Bali diprakirakan bersumber dari perlambatan komponen konsumsi RT, investasi, dan ekspor luar negeri. Dari sisi lapangan usaha, perbaikan kinerja perekonomian diprakirakan bersumber dari perbaikan kinerja LU utama ekonomi Bali, yaitu LU akamamin, konstruksi, serta perdagangan. Sementara itu, kinerja LU pertanian diprakirakan akan melambat pada triwulan IV 2020.
PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH
Realisasi belanja pemerintah (APBD & APBN) di Bali pada triwulan III tahun 2020 tercatat sebesar Rp23,02 triliun atau tumbuh -5,21% (yoy). Capaian ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan realisasi belanja triwulan III tahun 2019 yang tumbuh sebesar 4,65% (yoy), dengan nominal Rp24,29 triliun. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya serapan belanja daerah di tingkat APBN dan APBD Provinsi, sementara APBD kabupaten/kota mengalami peningkatan serapan belanja.
Demikian pula realisasi pendapatan daerah juga tertahan. Realisasi pendapatan daerah di Bali pada triwulan III tahun 2020 tercatat tumbuh -11,90% (yoy), atau lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III tahun 2019 yang tumbuh sebesar 0,87% (yoy). Kondisi ini terutama disebabkan oleh melambatnya realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) dan realisasi komponen retribusi daerah yang turun karena penurunan kegiatan pariwisata sebagai dampak COVID-19.
PERKEMBANGAN INFLASI
Realisasi inflasi Provinsi Bali pada triwulan III 2020 tercatat lebih rendah. Inflasi triwulan III 2020 sebesar 0,95% (yoy), melandai dibandingkan dengan realisasi inflasi triwulan II 2020 yang tercatat 2,18% (yoy). Realisasi inflasi tersebut juga lebih rendah dibanding dengan realisasi inflasi Nasional pada periode yang sama (1,42% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh turunnya tekanan harga di sebagian besar kelompok barang.
PROSPEK INFLASI TRIWULAN IV 2020
Inflasi Bali pada triwulan IV 2020 diprakirakan melandai dibanding dengan triwulan III 2020. Turunnya tekanan harga ini diprakirakan disebabkan oleh masih belum pulihnya permintaan masyarakat. Sasaran inflasi Nasional lebih rendah dibandingkan yang sebesar 3%±1%(yoy).
PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Secara umum, kondisi stabilitas keuangan di Bali pada triwulan III 2020 masih terjaga. DPK tercatat terkontraksi, namun kredit masih tumbuh positif meski melambat seiring dengan penurunan kinerja perekonomian secara keseluruhan. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Wilayah Bali pada triwulan III 2020 tercatat terkontraksi sebesar 3,48% (yoy), berbalik arah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,91% (yoy). Sementara itu, penyaluran Kredit pada triwulan III 2020 tercatat tumbuh 2,47% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,58% (yoy). Kualitas kredit di Wilayah Bali pada triwulan III 2020 masih terjaga. Hal ini tercermin dari Non performing loan (NPL) Gross, yang stabil, yaitu tercatat sebesar 3,68% pada triwulan III 2020 dari 3,66% pada triwulan sebelumnya.
Penyaluran kredit korporasi pada triwulan III 2020 meningkat sebesar 0,88%(yoy), naik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi 0,55%(yoy). Dari sisi penggunaan, meningkatnya kinerja penyaluran kredit korporasi bersumber dari penyaluran kredit investasi. Berdasarkan jenis LU, membaiknya kredit korporasi terutama bersumber dari naiknya kredit LU Akmamin dan perbaikan kontraksi kredit LU Perdagangan. Kredit korporasi LU Akmamin (pangsa 56,47%) tumbuh 4,89% (yoy) pada triwulan III 2020, membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,76%(yoy). Kualitas kredit korporasi sedikit membaik. Pada triwulan III 2020, NPL kredit korporasi tercatat sebesar 6,79%, lebih tinggi dibandingkan dengan NPL triwulan sebelumnya (6,17%).
Pada triwulan III 2020, kredit rumah tangga tumbuh 1,45%(yoy), melambat dari triwulan lalu yang sebesar 2,83% (yoy). Melambatnya kredit rumah tangga bersumber terutama dari melambatnya kredit multiguna, meskipun suku bunga kredit tersebut relatif stabil. Pada triwulan III 2020, risiko kredit RT masih terjaga. Risiko kredit RT masih terjaga cukup baik, tercermin dari tingkat NPL yang masih cukup rendah dan berada di bawah 5%. Lebih lanjut, NPL pada triwulan III 2020 sedikit menurun (2,12%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (2,16%).
Kredit UMKM melambat pada triwulan III 2020, sejalan dengan penurunan kinerja ekonomi Bali. kredit UMKM tumbuh sebesar 0,17% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,60% (yoy). Melambatnya penyaluran kredit UMKM di Bali terutama bersumber dari kredit UMKM LU perdagangan (pangsa 53,31%) dan LU Akmamin (pangsa 14,05%), sejalan dengan penurunan LU tersebut dalam perekonomian Bali. Risiko kredit UMKM pada triwulan III 2020 masih terjaga, meskipun kredit UMKM tumbuh melambat. NPL kredit UMKM pada triwulan III 2020 tercatat sebesar 3,20%, sedikit melambat dibandingkan triwulan lalu (3,37%) dan masih terjaga di bawah 5%. Terjaganya risiko kredit UMKM di tengah penurunan kinerja UMKM disebabkan oleh kebijakan relaksasi dan restrukturisasi kredit UMKM yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka penanggulangan dampak sosial dan ekonomi dari COVID-19.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan kinerja transaksi tunai pada triwulan III 2020 menunjukkan terjadinya net outflow di Bank Indonesia, sementara transaksi nontunai melambat. Net outflow tercatat sebesar Rp365,58 miliar. Kondisi tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan uang kartal pada perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yaitu Idul Adha, Galungan, dan Kuningan.
Pada triwulan III 2020, transaksi melalui SKNBI pada triwulan III 2020 menunjukkan perlambatan. Nominal transaksi SKNBI tercatat sebesar Rp7,96 triliun atau tumbuh -41,03% (yoy). Capaian ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2020 yang tumbuh sebesar -31,37% (yoy). Volume transaksi melalui SKNBI tercatat sebesar 257,55 ribu lembar atau tumbuh -42,00 (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan II 2020 yang tumbuh sebesar -35,83% (yoy). Transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) juga mengalami perlambatan. Nominal RTGS tercatat sebesar Rp29,04 triliun atau tumbuh -19,51% (yoy) pada triwulan III 2020, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar -14,89%. Volume transaksi melalui RTGS tercatat sebesar 18,08 ribu lembar atau tumbuh -18,83 (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan I 2020 yang tumbuh sebesar -14,57 % (yoy).
Sementara itu, perkembangan nominal transaksi penyelenggara KUPVA BB di Provinsi Bali pada triwulan III 2020 mengalami perlambatan. Transaksi tercatat sebesar Rp1,03 triliun atau tumbuh sebesar -90,86% (yoy), menurun dibandingkan triwulan II 2020 yang tercatat tumbuh sebesar -87,50% (yoy).
PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN
Pada Agustus 2020, jumlah pengangguran di Provinsi Bali meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali tercatat menunjukkan peningkatan dari sebesar 1,57% pada Agustus 2019 menjadi 5,63% (yoy) pada Agustus 2020. Peningkatan angka pengangguran terutama disebabkan oleh Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat perlambatan kinerja ekonomi Bali dampak pandemi COVID-19.
Jumlah penduduk miskin di Bali pada Maret 2020 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Persentase penduduk miskin Bali pada Maret 2020 tercatat sebesar 3,78%, atau sejumlah 165,19 ribu orang, meningkat dibandingkan dengan periode September 2019 yang sebesar 3,61% (156,91 ribu orang), namun sedikit menurun dibandingkan dengan Maret 2019 yang sebesar 3,79% (163,85 ribu orang). Sejalan dengan itu, rasio gini provinsi Bali meningkat dari 0,366 pada September 2019 menjadi 0,369 pada Maret 2020.
PROSPEK EKONOMI BALI
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan I 2021 diperkirakan akan membaik, namun pada level yang terbatas. Hal ini seiring dengan perkiraan masih belum pulihnya kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di awal tahun 2021. Dari sisi permintaan, membaiknya perekonomian terutama didorong oleh konsumsi pemerintah dan investasi. Sementara pemulihan konsumsi dan ekspor luar negeri masih terbatas. Dari sisi penawaran, perbaikan ekonomi bersumber dari peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian dan konstruksi. Untuk keseluruhan tahun 2021 ekonomi Bali diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2020, yakni di kisaran 4,8 – 5,2% (yoy).
PROSPEK INFLASI BALI
Tekanan inflasi 2021 meningkat dalam kisaran sasaran inflasi nasional. Sejalan dengan perkiraan membaiknya perekonomian pada 2021, tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat dan berada pada sasaran inflasi nasional 3%±1% (yoy). Kecukupan pasokan komoditas pokok dan koordinasi serta langkah-langkah strategis yang dilakukan TPID berkontribusi terhadap terkendalinya risiko inflasi tahun 2021.