PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2019
Kinerja perekonomian Bali pada triwulan III 2019 tumbuh cukup kuat sebesar 5,34% (yoy) dengan penopang dari konsumsi rumah tangga dan net ekspor. Sementara komponen konsumsi pemerintah dan investasi mengalami perlambatan sehingga pertumbuhan pada triwulan laporan lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Dari sisi penawaran, lapangan usaha pertanian sebagai salah satu lapangan usaha utama di Bali mengalami perlambatan. Selain itu, lapangan usaha konstruksi dan lapangan usaha perdagangan juga mengalami perlambatan. Beberapa faktor yang menjadi penahan kinerja ekonomi Bali meliputi: i) Berlangsungnya kemarau yang lebih kering dan lebih lama, ii) Bergesernya waktu pekerjaan beberapa proyek konstruksi dan infrastruktur, dan iii). Tertahannya realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) karena adanya tambahan persyaratan administrasi pencairan.
PROSPEK EKONOMI TRIWULAN IV 2019
Ekonomi Bali pada triwulan IV 2019 diprakirakan akan tetap tumbuh kuat dengan kisaran 5,10%-5,50% (yoy), ditopang oleh membaiknya kinerja konsumsi pemerintah, investasi dan kinerja ekspor luar negeri. Kondisi ini juga didukung oleh beberapa prompt leading indikator berupa peningkatan pertumbuhan jumlah kedatangan penumpang di Bandara Ngurah Rai, meningkatnya hasil survei konsumsi berupa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), perbaikan pertumbuhan jumlah kunjungan wisman dan peningkatan konsumsi listrik rumah tangga serta akselerasi kredit investasi.
Namun demikian bila dibandingkan dengan triwulan III 2019, pertumbuhan pada triwulan IV 2019 akan lebih rendah (melambat) disebabkan oleh: i) terbatasnya anggaran rumah tangga karena telah terserap untuk tahun ajaran baru dan liburan sekolah; ii) musim kemarau yang berlangsung lebih kering dan lebih lama; iii) berakhirnya masa panen perkebunan dan tabama sebagaimana triwulan sebelumnya; iv) base effect masifnya pengerjaan konstruksi mendukung penyelenggaraan IMF-WB AM 2018.
PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH
Sejalan dengan penurunan kinerja konsumsi pemerintah (PDRB) pada triwulan III 2019, realisasi belanja pemerintah di Wilayah Bali tercatat tumbuh melambat. Realisasi belanja pemerintah (APBN, tingkat Provinsi Bali dan gabungan kabupaten/kota) hingga triwulan III 2019 tercatat sebesar Rp24,01 triliun atau meningkat 3,44% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan realisasi belanja pemerintah III 2018 yang sebesar 15,15% (yoy) atau tercatat Rp23,21 triliun. Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya realisasi belanja ditingkat provinsi dan gabungan kabupaten/kota, akibat penggantian beberapa pimpinan OPD ditingkat provinsi dan melambatnya realisasi pendapatan daerah, sehingga menahan realisasi belanja. Sementara itu, realisasi belanja untuk APBN tetap tumbuh lebih tinggi, sehingga dapat menahan dalamnya perlambatan realisasi belanja pemerintah. Sementara itu, serapan belanja pada triwulan III 2019 tercatat sebesar 58,02% dari pagu, meningkat dibanding triwulan III 2018 yang sebesar 56,97%.
Pada sisi yang lain, realisasi pendapatan pemerintah (tingkat provinsi Bali dan gabungan kabupaten/kota) hingga triwulan III 2019 tercatat sebesar Rp18,85 triliun atau tumbuh 3,37% (yoy), melambat dibanding peningkatan diperiode yang sama 2018 sebesar 9,77% (yoy) atau Rp18,24 triliun. Kondisi ini disebabkan oleh melambatnya realisasi pendapatan daerah di tingkat kabupaten/kota, sejalan dengan kinerja pariwisata (sumber utama Pendapatan Asli Daerah) dan realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) yang tertahan. Sementara itu, serapan pendapatan di triwulan III 2019 tercatat sebesar 70,25% dari pagu, meningkat dibanding triwulan III 2018 yang sebesar 67,59%.
PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Provinsi Bali pada triwulan III 2019 tercatat sebesar 2,54% (yoy), lebih tinggi dibanding realisasi inflasi triwulan II 2019 yang sebesar 2,14% (yoy). Meskipun demikian, laju inflasi tersebut lebih rendah dibanding realisasi inflasi nasional pada periode yang sama sebesar 3,39% (yoy). Dengan demikian, realisasi inflasi Bali pada triwulan III 2019 masih dalam sasaran inflasi Nasional yaitu 3,5%±1% (yoy). Terjaganya inflasi di Provinsi Bali tersebut, didukung oleh tetap solidnya upaya pengendalian inflasi yang dilakukan Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah serta stakeholder lainnya dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
PROSPEK INFLASI TRIWULAN IV 2019 DAN TAHUN 2019
Inflasi Bali pada triwulan IV 2019 diprakirakan akan melandai dibanding triwulan III 2019, yaitu mendekati batas bawah 3,50%±1% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan berakhirnya musim kemarau, dimulainya panen cabai dibeberapa daerah sentra produksi, serta terjaganya pasokan bahan pangan. Sejalan dengan itu, inflasi tahun 2019 juga diprakirakan melandai dibanding tahun 2018, yaitu mendekati batas bawah 3,50%±1% (yoy), didukung oleh penurunan tarif angkutan udara, terjaganya pasokan komoditas strategis, terjaganya harga BBM bersubsidi serta soliditas TPID dalam pengendalian inflasi daerah.
PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Secara umum, kondisi SSK di Bali pada triwulan III 2019 sedikit menurun, tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit namun demikian kualitas kredit perbankan tetap terjaga. Sementara itu, jumlah bank umum dan BPR yang beroperasi di Bali pada triwulan berjalan relatif stabil. Lebih lanjut, aset perbankan serta DPK pada periode laporan tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya.
Berdasarkan debiturnya, kinerja keuangan rumah tangga (RT) membaik meskipun cenderung tumbuh melambat, dengan penyaluran kredit tumbuh meningkat dan risiko kredit mengalami penurunan. Sementara itu, sejalan dengan kondisi SSK secara umum, kinerja korporasi cenderung menurun, tercermin dari penyaluran kredit korporasi yang melambat di triwulan berjalan dan risiko kredit yang meningkat. Sejalan dengan kredit rumah tangga, perkembangan kredit UMKM secara umum membaik, di mana penyaluran kredit UMKM tumbuh meningkat dan risiko kredit sedikit menurun
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan kinerja transaksi tunai pada triwulan III 2019 di Provinsi Bali menunjukkan terjadinya net outflow (uang yang masuk ke Bank Indonesia melalui perbankan lebih kecil dibanding uang yang keluar) dalam jumlah yang signifikan sebesar Rp263 miliar, didorong oleh tingginya permintaan uang kartal pada perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
Sementara itu, transaksi melalui SKNBI pada triwullan III 2019 menurun dibanding triwulan sebelumnya, baik secara nominal maupun dari sisi volume, tercatat sebanyak 444 ribu lembar atau turun 23,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2019 yang turun sebesar 22,66% (yoy). Nominal transaksi melalui SKNBI tercatat sebesar Rp13,50 triliun atau turun sebesar 14,77% (yoy) pada triwulan III 2019, lebih rendah dibanding triwulan II 2019 yang menurun sebesar 13,68% (yoy).
Sementara itu, perkembangan nominal transaksi penyelenggara KUPVA BB pada triwulan III 2019 mengalami peningkatan sebesar 9,43% (yoy) atau dengan nilai nominal sebesar Rp10,90 triliun (beli Rp5,43 triliun, jual Rp5,47 triliun), meningkat dibanding triwulan II 2019 yang menurun sebesar 1,81% (yoy), terutama didorong oleh peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada high season pariwisata dan bertambahnya penerbangan direct flight internasional (termasuk triwulan sebelumnya) dari dan menuju ke Bali.
PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN
Secara umum kondisi sektor ketenagakerjaan Provinsi Bali pada Agustus 2019 menunjukkan kinerja yang menurun dibandingkan Agustus 2018, sebesar 2,34% (yoy) atau menjadi 2,47 juta orang, lebih rendah dibanding Agustus 2018 yang tumbuh 3,73%. Kondisi ini juga diikuti oleh menurunnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menjadi sebesar 73,87% di Agustus 2019, lebih rendah dibanding Agustus 2018 sebesar 76,78%, yang berdampak pada meningkatnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan bahwa indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja pada triwulan IV 2019 mengalami peningkatan, mengindikasikan adanya peningkatan kondisi ketenagakerjaan pada triwulan IV 2019.
Angka Kemiskinan Provinsi Bali pada Maret 2019 tercatat sebesar 3,79%, menurun dibanding Maret 2018 yang sebesar 4,01%. Sejalan dengan kondisi tersebut, gini ratio Provinsi Bali juga mengalami penurunan dari 0,377 pada Maret 2018 menjadi 0,366 pada Maret 2019. Sementara itu, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali yang menjadi salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani, menunjukkan peningkatan pada triwulan III 2019 yaitu sebesar 103,49, lebih tinggi dibanding triwulan III 2018 yang sebesar 103,32. Kondisi ini mengindikasikan terjadinya peningkatan kesejahteraaan masyarakat, khususnya di wilayah pedesaan.
PROSPEK EKONOMI BALI
Seiring dengan berlanjutnya pengerjaan beberapa proyek konstruksi dan infrastruktur, masuknya periode puncak panen tanaman bahan makanan dan perayaan HBKN, mendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan I 2020 yang diperkirakan dalam kisaran 5,60%-6,00% (yoy), meningkat dibanding prakiraan pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2019. Dari sisi permintaan, meningkatnya kinerja ekonomi Bali tersebut didorong oleh meningkatnya kinerja komponen utama ekonomi Bali. Adanya beberapa periode HBKN diperiode laporan berupa dampak lanjutan perayaan tahun baru dan perayaan imlek yang berpotensi meningkatkan jumlah kunjungan wisman Tiongkok, mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor LN, khususnya jasa. Sejalan dengan hal tersebut, meningkatnya optimisme pelaku usaha sejalan dengan prakiraan berlanjutnya penurunan tingkat suku bunga kredit perbankan dan kebijakan pemerintah terpilih yang telah terkonfirmasi oleh pelaku usaha serta berlanjutnya pengerjaan proyek konstruksi dan infrastruktur, berpotensi mendorong kinerja investasi. Sementara itu, dari sisi penawaran, meningkatnya kinerja ekonomi Bali diperkirakan didorong oleh meningkatnya kinerja 5 (lima) lapangan usaha utama, yaitu lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum, pertanian, perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan serta konstruksi. Dengan mencermati perkembangan ekonomi, prompt indikator, hasil survei dan liaison terakhir, diperkirakan perekonomian Provinsi Bali pada tahun 2020 akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan prakiraan 2019 dalam kisaran 5,70%-6,10% (yoy).
PROSPEK INFLASI BALI
Inflasi Bali pada triwulan I 2020 diperkirakan akan meningkat dibanding prakiraan triwulan sebelumnya, yaitu dalam kisaran 3%±1% (yoy). Hal ini disebabkan oleh rencana kenaikan cukai rokok sebesar 23%, sehingga beresiko mendorong peningkatan inflasi Bali secara signifikan. Sejalan dengan itu, resiko meningkatnya frekuensi hujan, dapat menahan produksi komoditas bumbu-bumbuan sehingga akan berdampak terhadap terjadinya peningkatan inflasi pada triwulan I 2020. Meskipun terdapat resiko kenaikan inflasi, namun melalui koordinasi dan kerjasama dengan TPID, tingkat inflasi Bali pada triwulan I 2020 diperkirakan dapat tetap terkendali.
Secara keseluruhan, inflasi Bali tahun 2020 diperkirakan akan meningkat dibanding 2019 dan diperkirakan berada dalam kisaran 3%±1% (yoy), berada dibawah nilai tengah range tersebut. Perkiraan inflasi tahun 2020, juga berada dalam rentang sasaran inflasi Nasional sebesar 3%±1%(yoy), sebagaimana tercantum dalam PMK No.93/PMK.011/2014 tentang Sasaran Inflasi.
Berdasarkan disagregasinya, meningkatnya tekanan inflasi pada tahun 2020, terutama bersumber dari kenaikan tekanan inflasi pada kelompok volatile food dan administered price, sementara kelompok core inflation diperkirakan akan tetap terjaga. Sementara itu, dari sisi kelompok pengeluaran, tekanan harga terutama bersumber pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kecukupan pasokan komoditas pokok dan koordinasi serta langkah-langkah strategis yang dilakukan TPID berkontribusi terhadap tetap terkendalinya inflasi tahun 2020.