PERTUMBUHAN EKONOMI
Kinerja perekonomian Bali pada triwulan II 2019 masih tetap
tumbuh kuat, meskipun melambat dibanding triwulan sebelumnya. Perekonomian tumbuh
sebesar 5,64% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 5,96% (yoy) maupun triwulan yang sama tahun 2018 yang tumbuh sebesar
6,05% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan bersumber dari melambatnya
kinerja seluruh komponen pengeluaran
yaitu komponen konsumsi rumah
tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor luar negeri. Hal
yang sama terjadi pada sisi penawaran yaitu pada lapangan usaha
akomodasi makan dan minum yang sebelumnya menjadi andalan
perekonomian seiring banyaknya wisatawan mancanegara yang datang ke Bali,
pada triwulan ini banyak menghadapi tantangan. Selain itu, perlambatan terjadi
pada hampir semua lapangan usaha utama Bali kecuali pertanian. Beberapa faktor
yang menjadi penahan kinerja ekonomi Bali meliputi: i) menurunnya kinerja bidang usaha pariwisata, ii) proyek
konstruksi dan infrastruktur yang tidak semasif periode yang sama tahun sebelumnya, iii) sikap wait and see pelaku usaha menanti
kebijakan presiden terpilih, iv) prakiraan semakin dalamnya perlambatan kinerja
ekonomi negara mitra dagang utama Bali.
PROSPEK EKONOMI TRIWULAN III 2019
Dari berbagai prompt indikator yang ada dan hasil survei serta
liaison yang telah dilakukan, kinerja perekonomian Provinsi Bali pada triwulan III 2019 diprakirakan akan tumbuh kuat, dengan kecenderungan meningkat (akselerasi). Perekonomian diprakirakan akan tumbuh dalam
kisaran 5,90%-6,30% (yoy). Beberapa faktor yang menjadi pendorong akselerasi
tersebut meliputi: i) pembayaran gaji ke 13 ASN dengan nilai yang lebih tinggi, ii) masuknya periode high season pariwisata,
didukung oleh penambahan direct flight internasional dan domestik, iii)
masuknya puncak panen komoditas perkebunan, dengan prakiraan produksi yang
lebih tinggi, sejalan dengan kondisi yang cuaca mendukung, iv) masuknya periode
puncak pengiriman ekspor barang untuk memenuhi permintaan Natal dan Tahun Baru,
v) meningkatnya persentase realisasi fisik dan keuangan pengerjaan proyek
konstruksi dan infrastruktur, vi) masuknya periode tahun ajaran baru, vii)penurunan harga
tiket pesawat low cost carrier (LCC) rute domestik sebesar 50% dari
tarif batas atas (TBA) secara terbatas.
Dari sisi permintaan, prakiraan
meningkatnya kinerja perekonomian di triwulan III 2019 terutama
didorong oleh peningkatan pada semua komponen yang meliputi konsumsi rumah tangga, ekspor luar negeri, konsumsi
pemerintah dan investasi. Sementara itu, dari sisi penawaran meningkatnya
kinerja ekonomi Provinsi Bali didorong oleh akselerasi kinerja pada lapangan usaha dengan pangsa yang
dominan yaitu lapangan usaha akomodasi makan dan
minum, transportasi, konstruksi, industri pengolahan serta perdagangan besar
dan eceran.
PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH
Melambatnya peningkatan realisasi belanja pemerintah
pada triwulan II 2019, terutama
disebabkan oleh rendahnya peningkatan realisasi belanja untuk kategori gabungan kabupaten/kota dan
menurunnya
realisasi belanja di
tingkat
Provinsi. Sementara itu, realisasi belanja untuk APBN tetap tumbuh lebih
tinggi, sehingga dapat menahan dalamnya perlambatan realisasi
belanja pemerintah. Serapan realisasi belanja pemerintah (APBD &
APBN) di triwulan II 2019 tercatat sebesar
33,77%, meningkat dibandingkan serapan realisasi belanja triwulan II 2018 yang sebesar
32,62%. Kondisi ini terutama didorong oleh meningkatnya serapan realisasi belanja untuk
kategori APBN dan gabungan
kabupaten/kota.
Pada sisi lain, realisasi pendapatan pemerintah (tingkat provinsi Bali dan
gabungan kabupaten/kota) pada triwulan II 2019 tercatat sebesar
Rp12,27 triliun atau tumbuh 8,72% (yoy), meningkat dibanding triwulan II 2018 yang sebesar 7,78% (yoy) atau Rp11,28
triliun. Kondisi ini didukung oleh peningkatan pertumbuhan realisasi pendapatan
baik pada tingkat provinsi maupun gabungan 9 kabupaten/kota. Dengan kondisi
tersebut, serapan
realisasi
pendapatan pemerintah di triwulan II 2019 mencapai sebesar 43,69%, lebih
tinggi dibanding triwulan II 2018 yang sebesar 41,83%.
PERKEMBANGAN INFLASI
flasi Provinsi Bali pada triwulan II 2019 tercatat sebesar
2,14% (yoy), lebih
tinggi dibanding
triwulan I 2019 yang sebesar 1,85% (yoy). Meskipun demikian, laju inflasi tersebut lebih rendah dibanding realisasi
inflasi nasional di periode yang sama (3,28%, yoy). Meningkatnya realisasi
inflasi tersebut didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi pada
komponen inti,
sedangkan inflasi komponen administered price dan volatile food
melandai.
Tekanan inflasi yang meningkat jugaterjadi pada 4 (empat)kelompok pengeluaran
yaitu kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, serta
kelompok transportasi. Meskipun demikian, realisasi inflasi Bali pada triwulan
II 2019 masih dalam sasaran inflasi nasional yaitu 3,5%±1% (yoy). Masih terjaganya inflasi di
Provinsi Bali tersebut, didukung oleh tetap solidnya upaya
pengendalian inflasi yang dilakukan Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah
melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
PROSPEK INFLASI TRIWULAN III 2019
Inflasi Provinsi Bali pada triwulan III 2019 diprakirakan akan meningkat dibanding triwulan II 2019, yaitu dalam
kisaran2,60% - 3,00% (yoy).
Terdapat beberapa tantangan tekanan inflasi pada triwulan III 2019 seiring adanya:
(i) risiko musim kemarau yang diprakirakan lebih kering dibanding tahun
sebelumnya, (ii) gelombang laut yang
tinggi, akan
berdampak pada
hasil tangkapan perikanan menurun, serta (iii) risiko kenaikan permintaan
sejalan dengan masuknya periode high season pariwisata. Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID) Provinsi Bali akan terus berupaya melakukan pengendalian harga
baik melalui forum koordinasi dan langkah tindak lanjut dengan OPD terkait.
Program kerja TPID akan ditujukan pada keterjangkauan harga,
ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif untuk
mengendalikan konsumsi dan ekspektasiberlebih. Upaya stabilisasi harga
melalui pelaksanaan pasar murah dan operasi pasar insidentil juga akan
dilanjutkan sehingga diharapkan dapat menjadi jangkar dalam penetapan harga dan
menahan laju inflasi yang dapat bersumber dari sisi permintaan, sisi penawaran,
dan ekspektasi pelaku ekonomi.
PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Jumlah bank umum dan BPR
yang beroperasi di Bali relatif stabil. Aset perbankan mengalami akselerasi
seiring dengan peningkatan pertumbuhan kredit perbankan. Sementara itu dana
pihak ketiga di perbankan mengalami perlambatan. Kualitas kredit perbankan di
Bali dilihat dari NPL berada pada level yang aman. Korporasi di Bali pada triwulan II 2019 mencatatkan kinerja yang
semakin baik dilihat dari penjualan baik untuk tujuan domestik maupun ekspor.
Sementara itu dari sisi perbankan terhadap korporasi, meskipun proporsinya
relatif kecil terhadap total kredit perbankan, namun kualitas kreditnya perlu
diwaspadai. Keuangan rumah tangga pada triwulan II 2019 juga menunjukkan
kinerja yang lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Sektor rumah tangga
memerlukan perhatian khusus mengingat proporsinya yang relatif besar dalam
total kredit perbankan di Bali. Akses keuangan penduduk Bali terhadap perbankan
mengalami peningkatan yang signifikan baik dilihat dari dana pihak ketiga di
perbankan maupun kredit perbankan.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan kinerja transaksi tunai pada triwulan II
2019 di Provinsi Bali menunjukkan terjadinya net outfow (uang yang masuk
ke Bank Indonesia melalui perbankan lebih kecil dibanding uang yang keluar)
sebesar Rp840 miliar. Terjadinya net outflow dalam jumlah
yang signifikan tersebut, didorong oleh tingginya permintaan uang kartal pada
perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), yaitu Ramadhan dan Idul Fitri.
Transaksi melalui SKNBI menurun dibanding triwulan
sebelumnya, baik secara nominal maupun volume. Pada triwulan II 2019, volume transaksi
melalui SKNBI tercatat sebanyak 413 ribu lembar atau turun 22,66% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan I 2019 yang turun sebesar 18,76% (yoy). Sejalan
dengan itu, nominal transaksi melalui SKNBI tercatat sebesar Rp11,95 triliun
atau turun sebesar 13,68% (yoy) pada triwulan II 2019, lebih rendah
dibanding triwulan I 2019 yang menurun sebesar 7,57% (yoy).
erkembangan nominal transaksi penyelenggara KUPVA BB
di Provinsi Bali di triwulan II 2019 mengalami penurunan sebesar 1,80%
(yoy) atau dengan nilai nominal sebesar Rp9,75 triliun (beli Rp4,78
triliun, jual Rp4,96 triliun), lebih rendah dibanding triwulan I 2019 yang
menurun lebih dalam sebesar 11,30% (yoy). Masih tertahannya perkembangan
transaksi KUPVA di triwulan II 2019 tersebut, disebabkan oleh menurunnya jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Bali, disebabkan oleh ekses
negatif pelaksanaan
pemilihan umum dan dampak lanjutan kebijakan Zero Dollar Tourism.
PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN
Tingkat kemiskinan Provinsi Bali pada Maret 2019
mengalami penurunan menjadi sebesar 3,79%, menurun dibanding Maret 2018 yang sebesar
4,01%. Sejalan dengan kondisi tersebut, gini ratio Provinsi Bali juga
mengalami penurunan dari 0,377 pada Maret 2018 menjadi 0,366 pada
Maret 2019. Sementara itu, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali yang
menjadi salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani, menunjukkan
peningkatan pada triwulan
II
2019 yaitu sebesar 103,49, lebih tinggi dibanding triwulan II 2018 yang sebesar
103,32. Kondisi ini mengindikasikan peningkatan kesejahteraaan masyarakat,
khususnya di wilayah pedesaan.
PROSPEK EKONOMI BALI
rkan dari prompt indikator yang ada, pertumbuhan
ekonomi Provinsi Bali pada triwulan IV2019 diperkirakan tumbuh dalamkisaran 5,90%-6,30%
(yoy),
mengalami perlambatan dibanding triwulan III 2019. Dari sisi permintaan, melambatnya kinerja ekonomi Bali tersebut disebabkan oleh
tertahannya kinerja komponen utama ekonomi Bali. Kondisi tersebut sebagai
dampak base effect tingginya kinerja ekonomi Bali pada triwulan IV 2018,
didukung oleh penyelenggaraan IMF-WB AM 2018. Komponen utama yang diprakirakan
akan mengalami perlambatan kinerja adalah konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah dan ekspor luar negeri. Darisisi penawaran, melambatnya kinerja
ekonomi Bali diperkirakan disebabkan oleh melambatnya
kinerja empat lapanganusaha utama, yaitulapangan usaha
penyediaan akomodasi makan dan minum, perdagangan besar dan eceran, transportasi
dan pergudangan serta industri pengolahan.
Dengan mencermati perkembangan ekonomi, prompt
indikator, hasil survei dan liaison terakhir, diprakirakan perekonomian Provinsi
Bali padatahun
2019 akan tetap tumbuh kuat meski dengan kecenderungan yang
melambat
dibandingkan pertumbuhan tahun 2018. Ekonomi Bali diprakirakan akan tumbuh dalam
kisaran 5,7%-6,10% (yoy). Komponen yang menjadi motor
penggerak ekonomi Bali adalah konsumsi di tengah laju investasi yang melambat.
Melambatnya kinerja ekonomi Bali, dari sisi permintaan terutamadisebabkan oleh perlambatan kinerjakomponen ekspor luar negeri dan
investasi.
Sementara
dari sisi penawaran, melambatnya kinerja ekonomi Bali disebabkan
oleh melambatnya empat lapangan usaha utama ekonomi Bali, yaitu lapangan
usaha akomodasi makan minum, pertanian, konstruksi dan transportasi.
PROSPEK INFLASI BALI
Inflasi Bali pada triwulan IV 2019 diperkirakan akan meningkat dibanding
triwulan sebelumnya, yaitu dalam kisaran 2,80%-3,20% (yoy). Hal ini disebabkan oleh masuknya
periode peak season pariwisata di Bali,
pelaksanaan HBKN dan dampak lanjutan musim kering yang berkepanjangan terutama
di triwulan III 2019 berisiko menahan produksi pertanian. Meskipun terdapat
risiko kenaikan inflasi, namun melalui koordinasi dan kerjasama dengan Tim
Pengendalian Inflasi Daerah, tingkat inflasi Bali pada triwulan IV 2019 diperkirakan dapat tetap terkendali.
Inflasi Bali tahun 2019 diperkirakan akan melandai dan berada dalam kisaran 2,80%-3,20%(yoy), lebih rendah dibanding realisasi inflasi tahun 2018 yang tercatat sebesar 3,13% (yoy). Perkiraan inflasitersebut juga berada dalam rentang
sasaran inflasi
Nasional sebesar 3,5%±1%
(yoy), sebagaimana tercantum dalam PMK No.93/PMK.011/2014 tentang Sasaran
Inflasi. Berdasarkan
disagregasinya, melandainya
tekanan
inflasi pada tahun 2019, terutama bersumber dari hampir semua kelompok
pengeluaran, terutama kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Kecukupan pasokan
komoditas strategis dan koordinasi serta langkah-langkah strategis yang
dilakukan TPID berkontribusi terhadap melandainya tingkat inflasi 2019. Sejalan
dengan itu, penurunan tarif batas atas angkutan udara sebesar 15% yang berlaku
sejak Mei 2019 juga memberikan kontribusi terhadap terkendalinya inflasi 2019.