Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Perekonomian Bali pada triwulan IV 2017 menunjukkan perlambatan kinerja dibandingkan triwulan III-2017 dan triwulan IV-2016. Ekonomi Bali tercatat tumbuh sebesar 4,01% (yoy) pada periode triwulan laporan, merupakan pertumbuhan terendah dalam kurun waktu 7 tahun terakhir dan lebih rendah (melambat) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,23% (yoy) dan dibandingkan triwulan IV 2016 yang sebesar 6,03% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan kinerja ekonomi disebabkan oleh melambatnya kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan juga terkontraksinya (tumbuh negatif) kinerja ekspor. Invetasi yang tetap tumbuh kuat meskipun sedikit melambat, menjadi faktor penahan perlambatan kinerja ekonomi Bali pada triwulan laporan. Sementara dari sisi penawaran, perlambatan kinerja ekonomi Bali disebabkan oleh melambatnya kinerja hampir semua lapangan usaha utama Bali, yaitu lapangan usaha akomodasi makan minum (akmamin), perdagangan, transportasi dan pergudangan serta industri pengolahan, bahkan lapangan usaha pertanian mengalami kontraksi pada triwulan laporan. Kinerja konstruksi yang mengalami akselerasi pada triwulan laporan, dapat menahan perlambatan ekonomi Bali menjadi semakin dalam. Sejalan dengan melambatnya ekonomi Bali pada triwulan IV 2017, kinerja ekonomi Bali pada tahun 2017 menunjukkan perlambatan dengan tumbuh sebesar 5,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2016 yang sebesar 6,32% (yoy).
Dari berbagai prompt indikator yang ada, kinerja ekonomi Bali pada triwulan I 2018 diprakirakan akan mengalami akselerasi dalam kisaran 5,73%-6,13% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi kinerja ekonomi Bali diprakirakan terutama didorong oleh meningkatnya kinerja semua komponen permintaan, meliputi konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non profit rumah tangga, konsumsi pemerintah, ekspor luar negeri dan investasi. Sejalan dengan itu dari sisi penawaran, peningkatan kinerja ekonomi Bali diprakirakan bersumber dari meningkatnya kinerja semua lapangan usaha utama Bali, yang meliputi lapangan usaha akmamin, pertanian, perdagangan, transportasi, konstruksi serta industri pengolahan.
Keuangan Pemerintah
Sejalan dengan melambatnya kinerja konsumsi pemerintah pada PDRB Bali di tahun 2017, persentase realisasi belanja pemerintah di Provinsi Bali pada tahun 2017 tercatat mencapai 89,34% terhadap pagu anggaran atau dengan nilai nominal sebesar Rp 33,72 triliun, menurun dibandingkan dengan persentase realisasi belanja pemerintah pada tahun 2016 yang sebesar 90,14% dari pagu anggaran atau dengan nilai nominal sebesar Rp 29,721 triliun. Penurunan persentase realisasi tersebut, disebabkan oleh penurunan persentase realisasi belanja APBD Provinsi Bali sebesar 90,27% dari pagu anggaran (dibandingkan 93,20% pada 2016) dan penurunan persentase realisasi belanja 9 kabupaten/kota APBD sebesar 87,48% dari pagu anggaran (dibandingkan 89,19% pada 2016). Sementara itu, persentase realisasi belanja untuk APBN di Wilayah Bali pada tahun 2017 yang meningkat menjadi sebesar 92,28% dari pagu anggaran (dibandingkan 90,11% pada 2016) dapat menahan dalamnya penurunan persentase realisasi belanja pemerintah di Bali. Pada sisi pendapatan, persentase realisasi pendapatan pemerintah di Bali pada tahun 2017 tercatat sebesar 96,43% dari pagu anggaran, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 98,78% dari pagu anggaran. Kondisi persentase realisasi pendapatan yang menurun, ikut memberikan kontribusi pada menurunnya persentase realiasasi belanja dan melambatnya kinerja konsumsi pemerintah.
Perkembangan Inflasi Daerah
Inflasi Provinsi Bali pada triwulan IV-2017 tercatat sebesar 3,32% (yoy), lebih tinggi dibanding inflasi triwulan III-2017 yang sebesar 2,69% (yoy). Namun demikian, realisasi inflasi ini lebih rendah dibanding inflasi Nasional yang sebesar 3,61% (yoy) pada periode laporan dan masih berada dalam kisaran sasaran inflasi Nasional Bank Indonesia, yaitu 4%±1% (yoy). Peningkatan inflasi Provinsi Bali pada triwulan IV-2017, terjadi pada komponen volatile food dan core inflation, sedangkan komponen administered price menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Meningkatnya tekanan inflasi Bali pada periode laporan, terjadi pada sebagian besar kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Sementara itu, berdasarkan kota pembentuknya, peningkatan tekanan inflasi pada periode laporan, didorong oleh inflasi yang terjadi di Kota Singaraja yang sebesar 3,38% (yoy) dan Kota Denpasar yang tercatat sebesar 3,30% (yoy).
Berdasarkan realisasi inflasi Bali hingga Januari 2018, inflasi Bali pada triwulan I 2018 diprakirakan lebih rendah dibanding inflasi triwulan IV 2017, yaitu pada kisaran 2,47%-2,87% (yoy), seiring dengan upaya pengendalian inflasi yang dilakukan dalam wadah Tim Pengendalian Daerah, baik di Tingkat Provinsi maupun 9 Kabupaten/Kota pada Wilayah Bali. Terkendalinya inflasi pada triwulan I 2018, juga diprakirakan disebabkan oleh terkendalinya administered price, sejalan dengan tidak adanya kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) dan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Pada triwulan IV 2017, stabilitas sistem keuangan Bali masih cukup terjaga, terutama dari ketahanan sektor rumah tangga yang cenderung menahan kegiatan konsumsinya. Dengan tingkat konsumsi yang tertahan, perilku berutang yang masih normal, dan risiko kredit yang cenderung turun, berdampak minimal pada kerentanan sistem keuangan sektor rumah tangga. Kemudian, kerentanan yang terjadi pada sektor korporasi tetap perlu diwaspadai meskipun eksposur kredit perbankan pada sektor ini hanya sebesar 30,54% dari total kredit Bali. Hal tersebut mengingat terjadinya penurunan kualitas kredit dengan NPL kredit korporasi yang mengalami peningkatan dari sebesar 4,88% pada triwulan III-2017 menjadi sebesar 5,45% pada triwulan IV 2017. Sejalan dengan kondisi kredit perbankan secara umum, laju pertumbuhan kredit UMKM turut mengalami perlambatan, dari 8,43% (yoy) pada triwulan III-2017 menjadi sebesar 7,30% (yoy) di periode laporan. Perlambatan laju penyaluran kredit UMKM terjadi di sektor PHR, konstruksi, LGA (listrik, gas, air) dan jasa-jasa. Sektor PHR mengalami perlambatan pertumbuhan dari sebelumnya 7,6% (yoy) pada triwulan III 2017, menjadi sebesar 6,2% (yoy) pada triwulan IV 2017.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Adanya momentum perayaan natal dan tahun baru, telah mendorong terjadinya peningkatan aliran dana tunai keluar dari Bank Indonesia ke masyarakat melalui sistem perbankan. Kondisi ini, terkonfirmasi dari perkembangan kinerja transaksi tunai pada triwulan IV 2017 yang menunjukkan terjadinya net outflow (uang yang keluar dari Bank Indonesia melalui sistem perbankan lebih besar dibanding uang yang masuk), yaitu sebesar Rp843 miliar. Sementara itu, pada triwulan IV 2017, transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menurun dibanding triwulan sebelumnya, baik secara nominal maupun volume. Nilai nominal perputaran kliring pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar Rp15,08 triliun atau turun 17,3% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar -12,2% (yoy). Sejalan dengan itu, volume transaksi kliring juga menunjukkan penurunan yaitu sebesar 568.653 lembar atau terkontraksi sebesar 15,3% (yoy), dibanding triwulan III 2017 yang tercatat turun 4,5% (yoy). Pertumbuhan nominal transaksi penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) di Provinsi Bali pada triwulan IV 2017 menunjukkan pertumbuhan yang melambat, yaitu tumbuh menjadi 10,85% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 27,98% (yoy). Nominal transaksi jual-beli valas pada triwulan laporan tercatat Rp8,91 triliun, terdiri dari transaksi pembelian valas sebesar Rp4,45 triliun dan transaksi penjualan valas sebesar Rp4,46 triliun. Penurunan transaksi KUPVA pada triwulan IV 2017, sejalan dengan penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali, akibat peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Agung.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Secara umum kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Bali pada periode Agustus 2017 menunjukkan kinerja yang masih kuat. Jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 2,43 juta orang atau menurun 1,16% (yoy) dibandingkan periode Agustus 2016. Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) periode Agustus 2017 tercatat sebesar 75,24%, lebih rendah dibanding Agustus 2016 yang sebesar 77,24%. Penurunan angkatan kerja dan TPAK pada Agustus 2017, juga diiringi oleh penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi sebesar 1,48%, lebih rendah dibandingkan Agustus 2016 yang sebesar 1,89%. Prospek ketenagakerjaan pada triwulan I 2018 diprediksi akan menurun, terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan hasil Survei Konsumen (SK) periode triwulan IV 2017. Sedangkan tingkat kemiskinan di wilayah Bali pada September 2017 mengalami penurunan, yaitu tercatat sebesar 4,14%, lebih rendah dibanding periode September 2016 yang sebesar 4,15%. Indeks pengukur kesejahteraan yaitu P1 dan rasio gini juga menunjukkan penurunan. Seiring dengan itu, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali yang menjadi salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani meningkat pada triwulan IV 2017 (104,31), dibanding triwulan III 2017 (104,18). Kondisi ini mengindikasikan peningkatan kesejahteraaan masyarakat, khususnya di tingkat pedesaan.
Prospek Perekonomian Daerah
Berdasarkan dari prompt indikator yang ada, pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II 2018 diprakirakan akan menunjukkan akselerasi dibandingkan triwulan I 2018, dengan prakiraan tumbuh dalam kisaran 5,92%-6,32% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi kinerja ekonomi Bali tersebut, terutama didorong oleh akselerasi semua komponen utama ekonomi Bali, meliputi: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor luar negeri. Sejalan dengan itu, akselerasi ekonomi Bali dari sisi penawaran didorong oleh akselerasi 5 dari 6 lapangan usaha utama ekonomi Bali, yaitu lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum, perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, konstruksi serta industri pengolahan.
Dengan mencermati perkembangan ekonomi, prompt indikator dan hasil suvei serta liaison terakhir, perekonomian Provinsi Bali untuk keseluruhan tahun 2018, diprakirakan akan mengalami akselerasi. Ekonomi Bali diprakirakan akan tumbuh dalam kisaran 6,0%-6,40% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi ekonomi Bali didorong oleh meningkatnya seluruh komponen permintaan yaitu konsumsi rumah tangga, investasi dan konsumsi pemerintah serta ekspor luar negeri. Sementara itu, dari sisi penawaran akselerasi kinerja ekonomi Bali, didorong oleh akselerasi seluruh lapangan usaha utama ekonomi Bali.
Inflasi Bali pada triwulan II 2018 diprakirakan menunjukkan peningkatan, dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi diprakirakan akan berada dalam kisaran 3,49%-3,89% (yoy). Prakiraan peningkatan inflasi pada triwulan II 2018 tersebut, disebabkan oleh adanya perayaan hari keagamaan, sehingga berpotensi mendorong peningkatan permintaan yang akan berdampak pada peningkatan harga komoditas strategis (inflasi). Peningkatan inflasi pada triwulan laporan juga didorong oleh mulai masuknya periode pariwisata yang akan mendorong meningkatnya permintaan dan berdampak kepada kenaikan harga. Selain itu, sesuai dengan pola musimannya, konsumsi pemerintah yang telah mulai meningkat pada triwulan II 2018, berpotensi memberikan tekanan pada kenaikan harga. Meskipun demikian, tingkat inflasi pada periode triwulan II 2018 diprakirakan dapat terjaga, sejalan dengan terjaganya pasokan komoditas pangan yang telah di antisipasi oleh TPID se-Provinsi Bali. Sementara itu inflasi Bali pada tahun 2018 diprakirakan akan meningkat dalam kisaran 3,67%-4,07% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan peningkatan tekanan inflasi pada tahun 2018 terutama bersumber dari kelompok volatile food dan kelompok administered prices yang cenderung mengalami peningkatan. Di sisi lain, tekanan kelompok core inflation diperkirakan masih stabil.