Ekonomi Sumatera Selatan tetap tumbuh kuat pada triwulan III 2025 sebesar 5,20% (yoy) yang didorong oleh percepatan realisasi belanja pemerintah serta terjaganya daya beli masyarakat. Kinerja perekonomian Sumatera Selatan tercatat lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi regional Sumatera yang tercatat sebesar 4,90% (yoy) dan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat 5,04% (yoy).
Dari sisi pengeluaran, kinerja Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan III 2025 bersumber dari komponen konsumsi rumah tangga dan kinerja PMTB atau investasi yang memberikan andil tertinggi. Berdasarkan tingkat pertumbuhannya, peningkatan kinerja ekonomi pada triwulan laporan berasal aktivitas investasi. Dari sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan III 2025 bersumber dari komponen LU Pertambangan dan Penggalian serta LU Industri Pengolahan yang memiliki andil tertinggi. Sementara LU dengan pertumbuhan tertinggi yaitu LU Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; serta LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menjadi faktor pendorong lebih kuatnya pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, LU Administrasi Pemerintah menjadi faktor penahan laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan III 2025 yang sejalan dengan belum optimalnya realisasi belanja pemerintah.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III 2025 menunjukkan kinerja realisasi pendapatan dan belanja yang relatif tinggi, meski untuk belanja termoderasi dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya di tengah kebijakan efisiensi anggaran dan transfer ke daerah (TKD) . Adapun realisasi pendapatan pemerintah (APBD dan APBN) di Sumatera Selatan sampai dengan triwulan III 2025 tercatat sebesar Rp42,95 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp42,95 triliun. Selain itu, realisasi pendapatan tersebut secara persentase meningkat dari 60,13% pada triwulan III 2024 menjadi 64,87% pada triwulan III 2025, yang terutama disebabkan oleh kenaikan penerimaan pajak pemerintah pusat seiring peningkatan setoran masa PPN dan PPh Badan dari komoditas unggulan. Di sisi lain, realisasi belanja pemerintah (APBD dan APBN) di Sumatera Selatan sampai dengan triwulan III 2025 mencapai Rp59,56 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp64,35 triliun. Secara persentase, realisasi belanja tersebut turut menunjukkan penurunan dari 61,24% pada tahun 2024 menjadi 59,27% pada triwulan III 2025. Hal ini terutama disebabkan oleh dampak efisiensi anggaran yang menyebabkan eksekusi belanja belum dapat dilaksanakan dan/atau mengalami penundaan. Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) triwulan III 2025 sebesar 74,16% dari pagu, naik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya dengan realisasi sebesar 71,47% dari pagu. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan pagu yang mengakibatkan kenaikan realisasi pada DBH.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Provinsi Sumatera Selatan tercatat meningkat pada triwulan III 2025 sejalan dengan dorongan konsumsi masyarakat pada momentum HUT RI ke-80 dan HBKN Maulid Nabi Muhammad SAW, serta normalisasi realisasi anggaran pemerintah. Inflasi Sumatera Selatan pada triwulan III 2025 tercatat sebesar 3,44% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2025 yang sebesar 2,44% (yoy) dan di atas inflasi nasional 2,65% (yoy), menempatkan Sumsel pada urutan ke-6 tertinggi di regional Sumatera. Peningkatan tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil 1,85% (yoy), didorong oleh kenaikan harga cabai merah, bawang merah, beras, dan tomat akibat gangguan cuaca di daerah sentra. Selain itu, inflasi diperkuat oleh kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan tren global dan tingginya permintaan domestik yang dipengaruhi faktor budaya. Tekanan inflasi juga didorong oleh penyesuaian biaya pendidikan pada tahun ajaran baru dan kenaikan harga restoran di tengah tingginya mobilitas masyarakat. Meski demikian, inflasi tertahan oleh deflasi bawang putih akibat masuknya pasokan impor, penurunan harga BBM non-subsidi, serta perbaikan pasokan hortikultura. Prospek inflasi IHK tahun 2025 diperkirakan tetap dalam sasaran nasional 2,5±1% dengan penguatan sinergi BI-TPID, digitalisasi, ketahanan pangan, dan komunikasi efektif untuk menjaga ekspektasi konsumen di tengah dorongan konsumsi yang tetap kuat.
PEMBIAYAAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
Kinerja stabilitas sistem keuangan Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan III 2025 tetap terjaga di tengah ketidakpastian perekonomian yang mendorong sikap wait and see oleh masyarakat dan pelaku usaha. Hal direfleksikan melalui pertumbuhan penyaluran kredit serta aset perbankan. Di lain sisi, pertumbuhan kinerja intermediasi turut disertai dengan kualitas kredit yang relatif terjaga. Kinerja pertumbuhan aset perbankan pada triwulan III 2025 tumbuh positif sebesar 1,79% (yoy), meskipun relatif melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,13% (yoy). Kinerja aset perbankan disumbang oleh pertumbuhan penyaluran kredit perbankan yang meningkat sebesar 3,00% (yoy), lebih lambat dibandingkan 8,79% (yoy). Berdasarkan golongan debitur, penyaluran kredit rumah tangga tumbuh 10,94% (yoy) dan penyaluran kredit korporasi tumbuh 10,52% (yoy). Dinamika ketidakpastian global yang berpengaruh terhadap daya beli dan pergerakan harga komoditas acuan global turut mempengaruhi penyaluran kredit keseluruhan di Sumatera Selatan. Di lain sisi, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar 7,03% (yoy) yang tetap positif namun lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 8,13% (yoy). Pada periode laporan, kinerja DPK disumbang oleh pertumbuhan pada instrumen Giro (11,89% (yoy)) dan Tabungan (9,05%(yoy)) namunnamun ditahan oleh instrumen deposito yang mengalami kontraksi (-1,62% (yoy)). Kinerja DPK yang mencerminkan tetap tumbuh mengindikasikan reaksi masyarakat yang lebih banyak membeli yang lebih banyak membeliaset-aset yang mempunyai imbal hasil, baik aset keuangan maupun riil di tengah ketidakpastian arah ekonomi. Sejalan dengan penyaluran kredit secara umum, kredit UMKM triwulan III 2025, kinerja positif dicatatkan melalui penyaluran kredit yang tumbuh 2,80% (yoy) yang lebih rendah dibanding periode sebelumnya. Penyaluran kredit UMKM skala kecil pada periode ini merupakan penyumbang pertumbuhan UMKM di Provinsi Sumatera Selatan dengan pertumbuhan sebesar 18,41% (yoy). Di lain sisi, kredit UMKM mikro sebagai pangsa penyaluran terbesar terkontraksi sebesar -5,93% (yoy) menunjukkan tekanan daya beli masyarakat berdampak pada UMKM perintis. Namun demikian, secara umum kinerja kredit UMKM yang positif mencerminkan kondisi keuangan dan optimisme UMKM tetap terjaga.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Sistem pembayaran yang cepat, mudah, murah, aman dan andal baik melalui metode tunai maupun nontunai memberikan kontribusi signifikan terhadap keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan III 2025. Sesuai dengan pola historis tahunan, aliran transaksi uang kartal mengalami net outflow pada triwulan III 2025. Penyelenggaraan transaksi melalui sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) maupun Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) terus menunjukkan perbaikan meskipun masih terkontraksi pada triwulan berjalan, seiring dengan semakin meningkatnya penggunaan alternatif pembayaran BI-FAST. Pertumbuhan positif nominal transaksi Uang Elektronik (UE) dan e-commerce, didukung oleh pesatnya perkembangan QRIS mencerminkan tingginya minat masyarakat Sumatera Selatan terhadap opsi pembayaran secara digital.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH
Pada triwulan III 2025, indikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan serta optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi membaik. Hal ini eiring dengan pertambahan jumlah penduduk, jumlah Penduduk Usia Kerja (PUK) di Sumatera Selatan pada Agustus 2025 tercatat sebesar 6,67 juta orang, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 6,58 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2025 tercatat sebesar 3,69%, mengalami penurunan sebesar 0,17% (yoy). Tingkat kesejahteraan masyarakat, terutama petani, juga mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Hal ini tercermin dari kenaikan Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 122,38 menjadi 127,77. Selain itu, Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa tingkat pendapatan atau penghasilan saat ini lebih baik dibandingkan enam bulan yang lalu, dan masyarakat masih optimis bahwa penghasilan mereka ke depan akan relatif lebih baik.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Di tengah dinamika kondisi geopolitik dan perekonomian global, ekonomi Sumatera Selatan diprakirakan akan tetap tumbuh kuat pada tahun 2025, didukung oleh inflasi yang terjaga pada rentang sasaran. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada tahun 2025 diproyeksikan berada pada kisaran 4,8-5,6% (yoy), mencerminkan resiliensi ekonomi di tengah ketidakpastian global. Dengan sinergi, inovasi, dan optimisme yang terjaga, potensi pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan tetap besar untuk terus dimanfaatkan. Ke depan, inflasi pada tahun 2025 diprakirakan akan kembali berada dalam kisaran rentang target inflasi nasional sebesar 2,5±1% setelah pada tahun sebelumnya berada di bawah rentang target. Untuk memperkuat ketahanan dan mengoptimalkan potensi ekonomi Sumatera Selatan ke depan, diperlukan sinergi antar pemangku kepentingan terutama dalam memperkuat ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, mengakselerasi investasi, mendorong digitalisasi, serta hilirisasi komoditas unggulan Sumatera Selatan.