Perekonomian
Sumatera Barat pada triwulan I 2023 mengalami akselerasi melanjutkan tren
pemulihan ekonomi. Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan I 2023
tercatat sebesar 4,80% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan IV 2022
yang tumbuh 4,15% (yoy). Peningkatan pada triwulan I 2023 didorong oleh
aktivitas perekonomian yang semakin baik pasca penghapusan kebijakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah di akhir
tahun 2022 dan permintaan domestik yang terjaga menjelang momentum memasuki
bulan Ramadhan. Kinerja perekonomian Sumatera Barat tersebut masih lebih rendah
jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Nasional, namun tercatat sedikit
lebih tinggi di wilayah Sumatera pada periode yang sama, dengan masing-masing
sebesar 5,03% (yoy) dan 4,79% (yoy).
Inflasi gabungan 2 kota IHK di Sumatera Barat pada triwulan I 2023 tercatat sebesar 5,97% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2022 sebesar 7,43% (yoy). Kondisi ini didorong oleh meningkatnya pasokan sejalan dengan mulai masuknya masa panen beberapa komoditas pangan sehingga mampu menahan potensi peningkatan harga barang dan jasa saat memasuki periode Ramadhan. Melimpahnya pasokan pangan juga didukung oleh berbagai gelaran program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2023 yang diresmikan pada triwulan I 2023.
|
Pertumbuhan pembiayaan/kredit Sumatera Barat pada triwulan I 2023 mengalami akselerasi. Kredit Sumatera Barat tumbuh meningkat dari senilai Rp67,89 triliun dengan laju pertumbuhan 9,30% (yoy) pada triwulan IV 2022 menjadi senilai Rp69,64 triliun dengan laju pertumbuhan 9,46% (yoy) pada triwulan I 2023. Dari sisi risiko, kualitas kredit Sumatera Barat pada triwulan laporan tetap terjaga meski mengalami peningkatan, tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) yang berada di bawah ambang batas 5%. Rasio NPL pada triwulan I 2023 tercatat sebesar 1,85% dari sebelumnya 1,69% pada triwulan IV 2022.
|
Perkembangan transaksi sistem pembayaran pada triwulan I 2023 secara umum mengindikasikan perubahan preferensi transaksi masyarakat. Volume transaksi BI-RTGS ke Sumatera Barat menunjukkan penurunan meskipun secara nominal meningkat. Volume transaksi BI-RTGS terkontraksi sebesar 42,50% (yoy), sementara nilai transaksi meningkat 20,0% (yoy). Sejalan dengan BI-RTGS, Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Sumatera Barat juga melanjutkan kontraksi pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, masing-masing sebesar -2,18 (yoy) dan -14,15% (yoy). Perkembangan tersebut mengindikasikan adanya pergeseran pilihan masyarakat akan sistem pembayaran yang lebih cepat. Transaksi pembayaran digital melalui QRIS semakin meningkat. Jumlah merchant maupun pengguna QRIS Sumatera Barat tumbuh masing-masing sebesar 47,85% (yoy) dan 157,02% (yoy). Peningkatan jumlah merchant dan jumlah pengguna QRIS merupakan hasil positif dari sinergi pelaksanaan berbagai program yang diinisiasi oleh Bank Indonesia, Penyedia Jasa Pembayaran, Pemerintah dan industri untuk mendukung penggunaan QRIS dalam bertransaksi dengan cepat, mudah, murah, aman dan handal bagi masyarakat.
|