Ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2022 tumbuh sebesar 11,17%, relatif stabil terhadap pertumbuhan triwulan I 2022 sebesar 11,08% (yoy). Pencapaian laju pertumbuhan ekonomi Sulteng tersebut didorong oleh LU industri pengolahan dan pertambangan yang tumbuh lebih tinggi dan masih menjadi pendorong utama perekonomian Sulteng. Laju pertumbuhan sedikit tertahan oleh melambatnya kinerja lapangan usaha (LU) utama yang lain, yaitu pertanian, konstruksi, dan perdagangan. Di sisi pengeluaran, kinerja ekspor yang tinggi mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Sulteng di tengah melambatnya pertumbuhan investasi. Pertumbuhan ekonomi Sulteng pada triwulan II 2022 merupakan pertumbuhan tertinggi ke-tiga di Sulampua setelah Maluku Utara (27,74% yoy) dan Papua (14,38% yoy).
Realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2022 secara nominal lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, seiring dengan meningkatnya realisasi belanja operasional, transfer, dan modal. Peningkatan realisasi nominal belanja tercatat sebesar 44,71% (yoy) dengan persentase realisasi mencapai 37,49%. Capaian realisasi secara persentase juga mengalami peningkatan dibanding triwulan II 2021. Di sisi lain, belanja APBN di Sulteng telah mencapai 44,93% dari pagu anggaran namun secara nominal melambat sebesar -5,74% (yoy). Sementara itu, realisasi belanja APBD Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah mencapai 23,86% dari pagu anggaran dan secara nominal menurun sebesar 1,44% (yoy).
Inflasi gabungan dua kota inflasi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2022 mengalami peningkatan tekanan, berada di atas level sasaran target inflasi nasional (3,00 ± 1% (yoy)). Inflasi tahunan Sulawesi Tengah pada triwulan II 2022 tercatat sebesar 5,12% (yoy), meningkat apabila dibandingkan dengan triwulan I 2022 3,33% (yoy) dan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 1,69% (yoy). Secara kumulatif, inflasi tahun berjalan tercatat senilai 3,55% (ytd), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 0,67% (ytd). Secara umum, Inflasi Sulawesi Tengah menunjukkan tren meningkat dalam tiga tahun terakhir, khususnya pada triwulan II 2022 yang mengalami peningkatan tekanan tinggi akibat penyesuaian harga komoditas energi oleh pemerintah karena lebarnya disparitas harga yang bersumber dari eksternal (global). Hal tersebut perlu menjadi perhatian khusus agar perekonomian Sulawesi Tengah yang tinggi dapat tumbuh sejalan dengan kapasitasnya.
Stabilitas sistem keuangan Provinsi Sulawesi Tengah masih terjaga dengan baik meskipun terdapat potensi peningkatan risiko. Stabilitas keuangan korporasi nonfinansial, terutama yang bergerak di sektor pertambangan dan industri pengolahan nikel masih cukup baik didukung oleh permintaan ekspor dari mitra dagang utama seperti Tiongkok dan Taiwan yang diperkirakan akan meningkat. Namun demikian, terdapat potensi sumber kerentanan stabilitas keuangan perusahaan nonfinansial khususnya di sektor pertambangan dan konstruksi dengan masih cukup tingginya NPL korporasi sektor tersebut.
Dalam pengelolaan uang Rupiah, Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2022 secara keseluruhan mengalami net outflow sebesar Rp599 miliar. Selain itu, transaksi pembayaran nontunai dengan APMK meningkat pesat. Di sisi lain, akseptasi Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) pada triwulan II 2022 tumbuh tinggi mencapai 245,77% (yoy), atau telah terdapat 127.323 merchant tersebar di kota/kabupaten Provinsi Sulawesi Tengah.
Penanganan pandemi yang semakin baik dan meningkatnya aktivitas perekonomian secara umum mendorong perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tengah. Hal tersebut tercemin dari perbaikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), menurunnya tingkat kemiskinan, serta penurunan tingkat ketimpangan. Nilai tukar petani (NTP) Sulawesi Tengah pada triwulan II 2022 tercatat sebesar 102,58 meningkat dibanding triwulan yang sama pada periode sebelumnya.
Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2022 diprakirakan tetap tumbuh tinggi pada kisaran 11,36% – 12,16% (yoy). Pemulihan di berbagai sektor ekonomi masih akan terus berlanjut meskipun terdapat ketidakpastian global khususnya konflik Rusia dengan Ukraina dan juga masih belum tuntasnya penanganan Covid-19. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 diperkirakan hanya mengalami sedikit peningkatan dibandingkan pertumbuhan tahun 2021. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 terutama akan ditopang oleh realisasi investasi, kinerja ekspor yang tumbuh positif, serta pemulihan konsumsi rumah tangga. Sedangkan dari sisi lapangan usaha, penyumbang terbesar pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor industri pengolahan, pertambangan dan sektor konstruksi.
Tingkat inflasi pada 2022 diprakirakan akan mengalami tekanan seiring dengan faktor risiko yang berasal dari internal antara lain terkait ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, serta faktor eksternal dari tren peningkatan harga komoditas dunia. Tekanan inflasi diperkirakan berada diatas rentang sasaran inflasi 2022 sebesar 3% ± 1% (yoy), dan akan kembali berada pada rentang sasaran di tahun berikutnya.