Organisasi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah

RONY HARTAWAN

Deputi Direktur – Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulawesi Tengah

​​​​Rony Hartawan lahir di Bandung pada tahun 1974. Menyelesaikan pendidikan sarjana di Bidang Manajemen Universitas Padjadjaran pada tahun 1998. Rony melanjutkan Pendidikan di University of Glasgow dan mendapatkan gelar Master di Bidang Management pada tahun 2011.

Memulai kariernya di Bank Indonesia sejak tahun 2001, saat ini Rony menjabat sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia​ Provinsi Sulawesi Tengah sejak tahun 2024.​​

​​ Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)​
​​Unduh LHKPN ​​​​Informasi Publik​ Formulir Permohonan Informasi dan Keberatan


Peta

Kontak

​Jl. Sam Ratulangi No. 23
Palu​
Telp: (0451) 421180
No: (0451) 421181

​Provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota di Kota Palu merupakan Provinsi dengan luas wilayah terbesar di Pulau Sulawesi. Luas wilayah Sulawesi Tengah mencapai 68.033Km persegi mencakup semenanjung bagian Timur dan sebagian semenanjung bagian Utara Sulawesi serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini. 
Secara Administratif Sulawesi Tengah berbatasan langsung dengan:

Utara: Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo
Selatan: Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara
Timur: Provinsi  Maluku
Barat: Provinsi Sulawesi Barat 

dan terbagi ke dalam 12 Kabupaten dan 1 Kota yakni Kota Palu, Kabupaten Parigi  Moutong, Kabupaten Sigi, Donggala, Buol, Toli-Toli, Poso,Tojo Una-Una, Morowali, Morowali Utara, Banggai, Banggai Laut dan Kabupaten Banggai Kepulauan.

Kondisi geografis seluruh wilayah Sulawesi Tengah merupakan daerah pegunungan dengan sebagian dataran yang berbatasan langsung dengan laut. Provinsi yang berulang tahun setiap tanggal 13 April ini didiami 12 suku yakni Suku Kaili, Kulawi, Lore, Pamona, Mori, Bungku, Saluan, Balantak, Banggai dan Suku Toli-Toli dengan sebagian besar masyarakat memeluk agama Islam (72,36%), Kristen 24,51% dan Hindu Budha (3,13%).

Letak geografis Sulawesi Tengah yang dilewati garis khatulistiwa di bagian utara menjadikan wilayahnya beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 800-3000 milimeter/tahun dan termasuk curah hujan terendah di Indonesia, suhu rata-rata mencapai 25-300C dan 15-160C di wilayah pegunungan.

​Sulteng dikenal menjadi salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi. Ekonomi Sulteng bahkan pernah menjadi provinsi dengan pertumbuhan tertinggi nasional pada 2015 dan 2016. Pada periode tersebut, terdapat industri andalan baru yakni industri hilirisasi nikel dan gas yang menjadi salah satu industri unggulan Sulteng hingga kini. Secara sektoral, size ekonomi Sulawesi Tengah masih didominasi oleh 5 sektor utama, yakni sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan. Kontribusi 5 sektor ini terhadap total ekonomi Sulawesi Tengah mencapai kisaran 75% dari total PDRB Sulteng. Dari sektor pertanian, beberapa komoditas unggulan antara lain kakao, kelapa sawit, kelapa, ikan segar, jagung, dsb. 

Sulteng juga merupakan daerah yang paling banyak menerima PMA. PMA di Sulteng tersebut terutama ditopang oleh investasi hilirisasi nikel dan gas yang berkembang pesat hingga kini. Dengan realisasi investasi tersebut, ekspor Sulawesi Tengah kini menjadi provinsi dengan ekspor LN terbesar di Sulampua.
Ke depan, Sulteng akan semakin berkontribusi nyata terhadap upaya pengurangan defisit transaksi berjalan dan akselerasi pertumbuhan ekonomi seiring perkembangan hilirisasi nikel yang terus menghasilkan turunan baru antara lain stainless steel, (hot-rolled-coiled, cold-rolled-coiled, carbon steel dan baterai lithium. Selain itu, hilirisasi gas juga berkembang pesat antara lain liquefied natural gas (LNG) dan gas amonia, 

​Sulawesi Tengah memiliki beberapa potensi wisata yang sangat menjanjikan. Sesuai kondisi geografisnya potensi wisata sebagian besar terdiri dari wisata laut dan pegunungan. Beberapa potensi wisata di Sulawesi Tengah yakni :

1. Taman Nasional Lore Lindu
Merupakan kawasan seluas ± 200.000Ha yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi dan terbagi ke dalam 4 kawasan wisata megalitik yakni Lembah Bada, Lembah Behoa, Lembah Napu dan daerah danau Lindu. Kawasan ini merupakan “rumah” dari berbagai macam hewan dan tumbuhan endemik Sulawesi antara lain anoa, kera tonkean, tangkasi, kuskus, maleo dan flora endemic wanga dan leda. Kawasan ini juga menyajikan pengalaman unit untuk menemukan peninggalan zaman megalitikum antara lain patung batu manusia, jambangan besar, piringan batu dan mortar batu.

Jarak lokasi Taman Nasional Lore Lindu sekitar 60Km dari pusat Kota Palu dan dapat ditempuh dengan jalur darat.

2. Taman Nasional Laut Kepulauan Togean
Taman Nasional Laut Kepulauan Togean telah ditetapkan sebagai Daftar Cagar Bioesfer oleh UNESCO dan berlokasi di Kabupaten Tojo Una-Una. Kawasan ini merupakan wilayah laut yang masuk dalam zona transisi garis Wallace dan Weber dan terdiri dari kawasan pulau-pulau kecil yang memanjang sepanjang Teluk Tomini. 

Gugusan Kepulauan Togean terdiri 3 gugusan kepulauan utama yakni : Kepulauan Wakai, Lebiti dan Popoli. Keanekaragaman hayati laut yang terdiri ikan dan terumbu karanag yakni karang tepi (fringing reef), karang penghalang dan karang cincin.

3. Danau Poso
Danau Poso merupakan Danau terbesar ketiga setelah Danau Toba dan Danau Singkarak. Lokasi Danau Poso berjarak ± 280Km dari Kota Palu dan dapat ditempuh perjalanan darat selama 6 Jam. Danau Poso seluas 32.000Ha memiliki keunikan tersendiri karena memiliki pasir berwarna kuning keemasan serta memiliki warna air yang berbeda sesuai dengan kedalaman dan hayati yang tumbuh di sekitarnya. Setiap tahun dilakukan Festival Danau Tektonik Poso biasa dilaksanakan sekitar pertengahan tahun dan telah menjadi berhasil dalam calendar of event. Festival ini menyajikan atraksi seni dan budaya Kabupaten Poso khusunya serta Sulawesi Tengah pada umumnya dan berbagai produk kerajinan yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar.

Selain berbagai obyek wisata tersebut, Sulawesi Tengah juga memiliki berbagai atraksi kebudayaan dan hasil industri kreatif yakni :
1. Tenun Donggala yang merupakan tenun yang berkembang di wilayah Kabupaten Donggala dan sebagian Kota Palu Sulawesi Tengah. Tenun ini biasanya dikerjakan oleh Ibu-Ibu di pesisir Kabupaten Donggala dan memiliki motif daun kelor, motif liris (garis) dengan corak dan warna cenderung terang seperti Merah, Kuning dan Hijau.
2. Tenun Nambo, merupakan tenun yang berkembang di wilayah Kabupaten Banggai dan menggunakan motif burung maleo, motif cardinal fish.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah (Bank Indonesia Sulteng) didirikan Bank Indonesia Palu diresmikan tanggal 8 September 1970 oleh Bpk. Radius Prawiro, Gubernur Bank Indonesia saat itu. Bank Indonesia Palu merupakan Kantor Bank Indonesia yang ke-28. Awalnya kegiatan operasional Bank Indonesia Palu dilakukan di Kantor Perdagangan Sulawesi Tengah karena gedung kantor masih dalam proses pembangunan. Bank Indonesia Palu ketika itu hanya terdiri dari 3 Seksi yaitu Seksi Kas, Seksi Pembukuan dan Seksi Umum dengan jumlah pegawai sebanyak 21 orang yang beberapa diantaranya merupakan pegawai detasiring dari Kantor Pusat Bank Indonesia. Adapun bank yang beroperasi saat itu ada 4 kantor cabang bank yaitu BNI 1946, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, dan Bank Rakyat Indonesia serta 1 kantor bank milik pemerintah daerah yaitu Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah (sekarang PT. Bank Sulteng).

Sementara itu, peresmian gedung kantor Bank Indonesia Palu saat ini (Jl. DR. Samratulangi No.23 Palu) dilakukan tanggal 12 Februari 1972 oleh Direktur Bank Indonesia, Bpk. M. Djoeana Koesoemahardja, setelah kurang lebih 2 tahun masa pembangunan gedung. Gedung tersebut dibangun di atas tanah seluas 8.832m2 yang merupakan tanah hibah dari Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah. Berita Acara Hibah ditandatangani pada tanggal 21 Agustus 1974 oleh Gubernur Sulawesi Tengah, Bpk. M.Jasin, dan Pemimpin Bank Indonesia Makassar, Bpk. Irlan Soehendra. Hingga saat ini bangunan Kantor Bank Indonesia Palu belum pernah mengalami perubahan bentuk yang berarti.​

Baca Juga