Laporan Perekonomian Provinsi

BI Icon
​​Kantor Perwakilan BI Provinsi Sulawesi Selatan​ ​
6/12/2025 12:00 AM
Hits: 120

Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan Mei 2025

Sulawesi Selatan
Triwulan

Perkembangan Makroekonomi Daerah

Ekonomi Sulawesi Selatan pada Triwulan I 2025 tumbuh 5,78% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,18% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulsel terutama didorong oleh kinerja Lapangan Usaha (LU) Pertanian yang tumbuh tinggi sebesar 16,56% pada triwulan I 2025.

Dari sisi pengeluaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2025 dipengaruhi oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga (RT) dan ekspor, penurunan impor. Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat didorong momentum Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan dan persiapan Idulfitri 1446H termasuk penyaluran Tunjangan Hari Raya (THR di triwulan I 2025. Sementara itu, kinerja ekspor meningkat ditopang oleh kenaikan ekspor antar daerah. Di sisi lain, kinerja Aktivitas investasi yang tercermin dari komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan konsumsi pemerintah tercatat mengalami kontraksi.

Dari sisi lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan I 2025, terutama bersumber dari kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. LU Industri Pengolahan, khususnya industri makan minum turut menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I 2025. Sementara itu, LU Pertambangan dan LU Konstruksi mencatatkan kontraksi pertumbuhan, sedangkan LU Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh melambat. 

Keuangan Pemerintah Daerah

Realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Selatan triwulan I 2025 tercatat sebesar Rp1,87 triliun (19,27% dari pagu), lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar Rp2,16 triliun (21,65%), akibat kebijakan pemblokiran anggaran terkait efisiensi dan realokasi belanja transfer pemerintah pusat. Sementara itu, realisasi belanja meningkat menjadi Rp1,36 triliun (14,17%), dibandingkan Rp1,25 triliun (11,81%) pada 2024, dipengaruhi oleh penyaluran THR yang dimajukan ke triwulan I. Dengan kondisi tersebut, APBD mencatat surplus Rp515,34 miliar, lebih rendah dibandingkan surplus Rp913,94 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Realisasi pendapatan gabungan 24 Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan pada triwulan I 2025 menurun dibandingkan triwulan I 2024, bersumber dari penurunan pendapatan pada seluruh komponen meliputi pendapatan asli daerah, pendapatan transfer serta pendapatan lainnya. Di sisi lain, realisasi belanja untuk keseluruhan 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan meningkat, terutama disumbang oleh peningkatan belanja pegawai.

Kemandirian fiskal Sulawesi Selatan terkoreksi pada Triwulan I 2025. Hal ini tercermin pada rasio jumlah PAD seluruh pemda di Sulsel (Pemerintah Provinsi dan Pemerintah 24 Kabupaten/Kota) terhadap total pendapatannya yang menurun, dari 24,51% menjadi 17,53%. Penurunan tersebut dapat diperbaiki melalui pengembangan potensi daerah dan pengelolaan pendapatan daerah yang lebih baik. Beberapa faktor lainnya yang juga dapat mendorong perbaikan adalah implementasi Undang-Undang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (UU HKPD), peningkatan awareness pajak melalui pelaporan SPT, serta Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETPD) yang bersinergi dengan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD).

Perkembangan Inflasi Daerah

Perkembangan harga secara umum di Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan I 2025 relatif terkendali. Hal tersebut tercermin oleh inflasi Provinsi Sulawesi Selatan yang tercatat sebesar 0,67% (yoy), lebih rendah triwulan IV 2024 yang sebesar 1,23% (yoy). Penurunan inflasi pada triwulan I 2025 terutama didorong oleh kebijakan pemberian diskon 50% kepada pelanggan dengan daya hingga 2.200 VA pada periode Januari s.d Februari. Selain itu, adanya kebijakan pemberian diskon tiket pesawat dan komunikasi/internet yang diberlakukan pada Maret 2025 oleh Pemerintah turut berkontribusi dalam menahan laju inflasi, khususnya pada Kelompok Transportasi serta Kelompok Infokom dan Jasa Keuangan.

Namun demikian, tekanan Inflasi dari sisi permintaan cenderung meningkat, terutama disumbangkan oleh Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran. Hal ini dipengaruhi meningkatnya permintaan masyarakat selama periode HBKN Ramadhan dan Idulfitri, yang secara musiman mendorong konsumsi. Beberapa harga komoditas seperti cabai rawit, Sigaret Kretek Mesin (SKM), minyak goreng, udang basah, cumi-cumi, kopi bubuk dan ikan bandeng tercatat mengalami peningkatan dan menjadi penyumbang inflasi di triwulan laporan. Adapun inflasi komoditas emas perhiasan juga relatif tinggi seiring permintaan yang meningkat serta pengaruh kenaikan harga emas global seiring berlangsungnya gejolak ekonomi. 

Stabilitas Sistem Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Stabilitas sistem keuangan Sulawesi Selatan pada triwulan I 2025 masih tetap terjaga seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan. Penyaluran pinjaman ke sektor rumah tangga tumbuh positif, sementara ke sektor korporasi mencatat perlambatan.  Di tengah perkembangan tersebut, kualitas kredit yang tercermin pada indikator Non-Performing Loan (NPL) juga masih terjaga di bawah ambang batas 5%, meskipun cenderung meningkat pada triwulan laporan.

Pada triwulan I 2025, perkembangan kinerja perbankan pada triwulan laporan cenderung melambat daripada triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari ROA (return on asset) yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Lebih lanjut, ditinjau dari sisi efisensi operasional, juga tidak lebih baik seiring dengan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. 

Sementara itu, penyaluran kredit perbankan kepada sektor UMKM di Sulawesi Selatan mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Hal ini ditengarai terkait dengan kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit kepada UMKM seiring dengan rasio NPL (Non-Performing Loan) yang sudah mendekati threshold 5%. Disisi lain, pembiayaan fintech mencatat pertumbuhan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga diikuti oleh peningkatan potensi risiko yang tercermin pada TWP 90 yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. 

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Secara umum, indikator sistem pembayaran (SP) terutama SP ritel di Sulawesi Selatan pada triwulan I 2025 menunjukkan perkembangan positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,78% (yoy). Kehadiran layanan BI-FAST dengan sejumlah keunggulannya menyebabkan penurunan nominal transaksi layanan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) sebesar 10,39% (yoy) menjadi Rp5,95 triliun pada triwulan I 2025. Namun layanan Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mencatatkan pertumbuhan 15,4% (yoy) atau mencapai Rp26,5 triliun. 

Di sisi lain, aktivitas pembayaran ritel pada triwulan I 2025 meningkat seiring periode HBKN Ramadhan dan Idulfitri 1446H. Jumlah kartu ATM/D mencapai 10,7 juta keping (tumbuh 12,76%; yoy) sedangkan jumlah kartu kredit mencapai 397 ribu keping (tumbuh 4,6%; yoy). Namun nominal transaksi kartu kredit menurun 16,1% (yoy) dengan kualitas pembiayaan kartu kredit yang tetap terjaga. Hingga triwulan I 2025, jumlah pengguna QRIS telah mencapai 1,1 juta pengguna dengan nominal transaksi sebesar Rp3,6 triliun (meningkat 116%; yoy) dan volume 27,18 juta kali transaksi (meningkat 133%; yoy) pada triwulan I 2025. Selain itu, nominal transaksi menggunakan Uang Elektronik tumbuh 23,3% (yoy) atau mencapai Rp2,44 triliun. Total transaksi Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) pada triwulan I 2025 tumbuh 0,6% (yoy) menjadi Rp2,05 triliun. Dari sisi peredaran uang kartal, terjadi net inflow pada Rp1,99 triliun. 

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Selatan menunjukkan peningkatan nilai indeks Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dari 65,41% pada Februari 2024 menjadi 65,99% pada Februari 2025. Hal ini mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka pada Februari 2025 menunjukkan peningkatan sebesar 0,06%. Lebih lanjut, peningkatan tingkat pengangguran terbuka ini didorong oleh penurunan dari LU Administrasi Pemerintahan yang di akhir tahun para pekerja atau petugas KPPS sudah selesai kontrak.

Sementara itu, tingkat kemiskinan di Sulawesi Selatan pada periode September 2024 menurun dibandingkan periode Maret 2024. Jumlah penduduk miskin pada September 2024 tercatat sebesar 711,8 ribu orang menurun 24,7 ribu orang terhadap Maret 2024. Penurunan tingkat kemiskinan ini terjadi pada penduduk yang tempat tinggal berada di pedesaan. Hal tersebut didukung oleh peningkatan kesejahteraan petani yang menunjukkan peningkatan secara year-on-year. Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Selatan pada triwulan IV 2024 sebesar 119,57 meningkat 5,00% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. 

Prospek Ekonomi Daerah

Ekonomi Sulsel tahun 2025 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2024, ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor luar negeri yang meningkat. Konsumsi didorong oleh kenaikan UMP sebesar 6,5%, kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Gabah Kering Panen (GKP) serta perluasan belanja subsidi dan perlinsos. Sementara investasi membaik pascaperalihan pemerintahan yang kondusif. Ekspor juga diprakirakan menguat seiring pemulihan ekonomi mitra dagang dan perbaikan kontraksi harga nikel global. Secara sektoral, pertumbuhan ditopang oleh kinerja LU Pertanian, Industri Pengolahan, Konstruksi, serta Pertambangan dan Penggalian, yang didorong oleh cuaca yang lebih baik, permintaan konstruksi yang masih tumbuh positif dari proyek swasta dan pemerintah, serta prospek pemulihan produksi nickel matte.

Tekanan inflasi Sulawesi Selatan pada tahun 2025 diprakirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2024, namun tetap terjaga dalam rentang sasaran inflasi Nasional, yaitu 2,5±1% (yoy). Peningkatan terutama dipengaruhi oleh perbaikan daya beli masyarakat yang berpotensi mendorong permintaan yang lebih tinggi terhadap berbagai komoditas pangan maupun nonpangan. Sebagai upaya stabilisasi harga, sinergi dan inovasi pengendalian inflasi melalui TPID dengan kerangka 4K secara berkesinambungan terus diperkuat untuk menjaga inflasi tetap terkendali dan stabil.​

Lampiran
Kontak
Contact Center BICARA: (62 21) 131,
e-mail : bicara@bi.go.id
Jam operasional Senin s.d. Jumat Pkl. 08.00 s.d 16.00 WIB​​​​
Informasi Kantor Perwakilan BI ​Provinsi Sulawesi Selatan
Halaman ini terakhir diperbarui 6/12/2025 4:59 PM
Apakah halaman ini bermanfaat?
Terima Kasih! Apakah Anda ingin memberikan rincian lebih detail?

Baca Juga