Perkembangan Ekonomi Makro
Daerah
Perekonomian NTB pada triwulan III 2025 tumbuh positif 2,82% (yoy) setelah terkontraksi pada tiga triwulan sebelumnya. Perbaikan ekonomi NTB pada triwulan III 2025 ditopang oleh akselerasi konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, serta investasi tetap tumbuh positif. Konsumsi rumah tangga tercatat meningkat yang didorong oleh seiring kebijakan limat paket stimulus masyarakat dan momentum bulan Maulid, serta konsumsi pemerintah yang tumbuh positif.
Dari sisi penawaran, ekonomi NTB pada triwulan III 2025 didorong oleh akselerasi kinerja LU Industri Pengolahan, khususnya sub-LU Industri Logam Dasar seiring dimulainya produksi emas granula dan peningkatan kapasitas produksi smelter. LU Perdagangan tercatat mengalami peningkatan seiring perhelatan event nasional dan internasional.
Keuangan Pemerintah
Secara
nominal, realisasi pendapatan gabungan Pemerintah Pusat (APBN) dan Provinsi NTB
(APBD) triwulan III 2025 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Adapun persentase realisasi pendapatan terhadap pagu anggaran
tahun 2025 untuk APBN, APBD Provinsi NTB, dan APBD Kabupaten/Kota masing-masing
sebesar 70,92%, 74,44% dan 74,17%. Sementara secara spasial, realisasi
pendapatan Kabupaten/Kota terhadap pagu anggaran tahun 2025 tertinggi adalah
Kabupaten Sumbawa Barat (103,55%) dan terendah Kabupaten Bima (62,76%). Di sisi
lain, realisasi belanja gabungan Pemerintah Pusat dan Provinsi NTB (termasuk
kabupaten/kota) pada triwulan III 2025 tercatat mengalami sedikit peningkatan,
dengan realisasi sebesar Rp35.018,70 miliar atau 63,98% dari target. Secara
spasial, persentase realisasi penyerapan belanja tertinggi adalah Kabupaten
Lombok Timur (66,32%), sedangkan terendah yaitu Kabupaten Sumbawa Barat
(40,09%).
Perkembangan Inflasi Daerah
Gabungan kota perhitungan inflasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada triwulan III 2025 mengalami inflasi sebesar 2,69% (yoy). Inflasi tahunan utamanya bersumber dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang mengalami inflasi sebesar 4,28% (yoy) Di sisi lain, kenaikan inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh Kelompok Transportasi yang mengalami deflasi sebesar -0,29% (yoy).
Pada triwulan IV 2025, tekanan inflasi diperkirakan meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring dengan masuknya periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru. Lebih lanjut, untuk keseluruhan tahun 2025, inflasi diperkirakan tetap terkendali dan berada dalam rentang sasaran 2,5±1%.
Stabilitas Keuangan Daerah
dan Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Kinerja sistem keuangan
Provinsi NTB pada triwulan III 2025 masih tetap kuat, didorong pertumbuhan
kredit investasi yang terakselerasi sebesar 108,52%. Perkembangan positif
tersebut turut didukung oleh risiko yang terjaga, tercermin dari NPL yang masih
berada pada threshold <5%. Penyaluran
kredit perbankan di Provinsi NTB mencapai Rp75,06 triliun pada triwulan III
2025, atau tumbuh 12,10% (yoy), tumbuh melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 12,10% (yoy).
Penyelenggaraan Sistem
Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Aliran uang kartal di Provinsi NTB pada triwulan III 2025 tercatat net outflow Rp0,74 triliun. Transaksi melalui sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) di Provinsi NTB tercatat sebesar Rp7,97 triliun dengan capaian volume sebesar 4.422 transaksi pada triwulan III 2025.
Sementara itu, transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada periode laporan nilai transaksi hanya mencapai Rp3,14 triliun mengindikasikan transaksi yang bersifat kecil (low value) ditengah tingginya frekuensi transaksi. Di sisi lain, QRIS mencatat lonjakan signifikan, dengan pertumbuhan merchant lebih dari dua kali lipat dan transaksi mencapai Rp1,26 triliun, menegaskan bahwa pembayaran digital semakin menjadi preferensi utama masyarakat NTB dan mendorong percepatan inklusi serta ekonomi digital di daerah.
Ketenagakerjaan dan
Kesejahteraan
Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) Nusa Tenggara Barat (NTB) meningkat dari dari 2,73% pada Agustus 2024 menjadi 3,06% pada Agustus 2025 yang dikontribusikan oleh peningkatan TPT Perkotaan sebesar 0,46% (ptp). Disisi lain, tingkat kemiskinan di Provinsi NTB mengalami penurunan yang dikontribusi oleh penurunan tingkat kemiskinan di wilayah perdesaan. Tingkat kemiskinan di Provinsi NTB mengalami penurunan dari 12,91% pada Maret 2024 menjadi 11,78% pada Maret 2025.
Nilai Tukar Petani pada September 2025 meningkat -1,39% (ptp) dibandingkat Juni 2025, didorong oleh peningkatan indeks yang diterima petani dan indeks yang dibayar petani. Secara sektoral, peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan sektor tanaman bahan pangan dan perikanan masing-masing sebesar 7,13% (ptp) dan 2,45% (ptp).
Prospek Perekonomian Daerah
Ekonomi Provinsi NTB pada tahun 2025 diperkirakan akan tumbuh positif pada rentang 1,96% - 2,76% (yoy). Lebih lanjut, ekonomi tanpa tambang diperkirakan tumbuh 6,80% - 7,60%. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB didorong oleh mulai beroperasinya smelter yang mendorong industri pengolahan di Provinsi NTB. Sejalan dengan hal tersebut, masih tetap tumbuhnya konsumsi RT turut mendorong kinerja perekonomian provinsi NTB sejalan dengan kenaikan tingkat upah, aktivitas perekonomian yang terus membaik serta tingkat inflasi yang terkendali.
Lebih lanjut, tekanan inflasi Provinsi NTB pada tahun 2025 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2024, namun tetap terkendali. Meningkatnya tekanan inflasi terutama didorong oleh penyesuaian harga komoditas dibandingkan tahun sebelumnya (cth. Gabah, jagung, & harga jual eceran rokok) serta potensi peningkatan permintaan pangan utama. Volatilitas harga komoditas global turut mendorong tingkat inflasi lebih tinggi di tahun 2025. Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus melakukan sinergi dan koordinasi intensif, serta mengoptimalkan langkah-langkah pengendalian melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di Provinsi NTB.