Ekonomi Makro Regional
Secara umum, perekonomian Lampung pada triwulan II 2024 tumbuh sebesar 4,80% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan realisasi pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,30% (yoy) didorong oleh tetap kuatnya kinerja permintaan domestik dan perbaikan kinerja sektor eksternal. Capaian tersebut tecatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera yang tercatat sebesar 4,48% (yoy), namun lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 5,05% (yoy). Secara nominal, perekonomian Lampung pada triwulan II 2024 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp124,69 triliun dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 sebesar Rp72,36 triliun.
Keuangan Pemerintah
Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Lampung pada tahun 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 3,07% (yoy) untuk anggaran pendapatan dan sebesar 0,64% (yoy) untuk anggaran belanja. Alokasi APBD Provinsi Lampung mencapai Rp8,34 triliun untuk anggaran pendapatan dan Rp8,33 triliun untuk anggaran belanja. Sebelumnya, APBD Provinsi Lampung untuk tahun 2023 ditetapkan sebesar Rp8,09 triliun untuk anggaran pendapatan dan Rp8,28 triliun untuk anggaran belanja. Memasuki triwulan II 2024, realisasi penyerapan anggaran pendapatan APBD Provinsi Lampung tercatat sebesar Rp3,09 triliun atau mencapai 37,11% dari target penerimaan pendapatan tahun 2024 sebesar Rp8,34 triliun.
Inflasi
Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung pada triwulan II 2024 tercatat sebesar 2,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan masih berada pada sasaran target inflasi nasional sebesar 2,5%±1%(yoy). Tingkat inflasi di Provinsi Lampung pada triwulan II 2024 terpantau lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 2,13% (yoy). Tekanan inflasi pada periode laporan disebabkan oleh dampak lanjutan gejolak harga pangan akibat mundurnya masa tanam. Secara tahunan, penyumbang inflasi terbesar pada triwulan II 2024 disumbang oleh kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau dengan andil 2,05% dengan inflasi sebesar 6,35% (yoy).
Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan UMKM
Kinerja rumah tangga pada triwulan II 2024 tetap kuat. Konsumsi rumah tangga yang merupakan penopang utama perekonomian Lampung (62,54% PDRB), tumbuh 4,69% (yoy) pada triwulan II 2024, relatif stabil jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar4,67% (yoy). Hal ini tercermin dari kinerja penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga tetapkuat mendukung kinerja sektor rumah tangga. Pada triwulan II 2024, penyaluran kredit kepadasektor rumah tangga terkontraksi sebesar 16,5% (yoy), menurun lebih dalam jika dibandingkan dengan kontraksi 12,02% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ini juga diperkuat dengan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi yang terindikasi dari peningkatan rata-rata Indeks Kondisi Ekonomi (IKE), hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia. Pada triwulan II 2024, rata-rata IKE sebesar 129.83 lebih tinggi jika dibandingkan dengan 117 pada triwulan sebelumnya.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Aliran uang kartal di Provinsi Lampung pada triwulan II 2024 tercatat mengalami net outflow sebesar Rp0,05 triliun. Aliran uang kartal pada triwulan II mengalami perbedaan kondisi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami net inflow sebesar Rp1,21 triliun. Kondisi net outflow yang tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan berlanjutnya periode high season pada momentum HBKN Idul Fitri. Transaksi pembayaran melalui RTGS mencatatkan pertumbuhan positif pada triwulan II 2024. Di sisi lain, transaksi pembayaran melalui SKNBI tercatat terkontraksi sebesar 1,11% (yoy), namun tidak sedalam triwulan sebelumnya.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kondisi ketenagakerjaan Provinsi Lampung pada Februari 2024 secara umum membaik dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yang tercermin dari bertambahnya serapan penduduk yang bekerja secara absolut yang mencapai 4,84 juta pekerja, meningkat 2,95% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami perlambatan sebesar 0,56% poin dari 72,07% pada Februari 2023 menjadi 71,51% per Februari 2024, meskipun mengalami peningkatan sebesar 1,47% poin dibandingkan Agustus 2023. Hal tersebut mengindikasikan suplai lapangan kerja yang menurun sejalan dengan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan I 2024 sebesar 3,30% (yoy). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Lampung pada Februari 2024 tercatat terkontraksi sebesar 0,06% poin menjadi 4,12% (yoy). Meski demikian, angka ini tercatat masih berada di bawah angka TPT Nasional pada Februari 2024 yang sebesar 4,82%.
Prospek Ekonomi
Perekonomian Lampung pada tahun 2024 diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,40 – 4,90% di tengah masih tingginya risiko global. Peningkatan kinerja perekonomian terutama didukung oleh prospek tetap kuatnya permintaan domestik sejalan dengan kenaikan pendapatan, meningkatnya optimisme masyarakat dan ekspektasi pelaku usaha yang semakin baik, serta stimulus kebijakan fiskal yang ekspansif. Dari sisi permintaan, prospek kinerja perekonomian Lampung yang lebih baik didorong oleh prakiraan tetap kuatnya kinerja konsumsi rumah tangga dan peningkatan pengeluaran pemerintah di tengah perlambatan kinerja investasi. Lebih lanjut, kinerja net ekspor diprakirakan mengalami perbaikan seiring peningkatan ekspor yang diprakirakan lebih tinggi dibandingkan peningakatn impor. Perkembangan tersebut sejalan dengan prakiraan meningkatnya aktivitas manufaktur di beberapa negara mitra dagang utama di tengah peningkatan IHKEI dan perlambatan IHIM. Dari sisi penawaran, kinerja LU Industri Pengolahan dan LU PBE diprakirakan meningkat sejalan dengan prospek peningkatan kinerja konsumsi swasta (konsumsi rumah tangga dan LNPRT) pada periode penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada serentak.
Inflasi gabungan empat kabupaten kota di Provinsi Lampung pada triwulan III 2024 diprakirakan tetap terjaga pada sasaran, walaupun lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2024. Adapun beberapa risiko yang berpotensi mendorong inflasi menjelang pertengahan tahun diantaranya terhadap kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Lebih lanjut, prospek inflasi keseluruhan tahun 2024 diprakirakan terjaga pada kisaran 2,5%±1%. Laju inflasi gabungan di Provinsi Lampung yang semakin terkendali tersebut sejalan dengan koordinasi aktif TPIP-TPID dan Satgas Pangan dalam menjaga keterjangkauan harga dan ketersediaan pasokan, salah satunya melalui komitmen bersama dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).