​Perbaikan ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terus berlanjut pada triwulan IV 2022, ditandai dengan pertumbuhan sebesar 6,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,03% (yoy). Percepatan pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh meningkatnya mobilitas masyarakat, meningkatnya kunjungan wisatawan yang mendorong sektor transportasi dan horeca (hotel, restoran, cafe), serta kinerja industri pengolahan yang masih cukup tinggi.

Perekonomian Provinsi Kepri pada triwulan IV 2022 didominasi oleh pembentukan modal tetap bruto (PMTB) / investasi dengan pangsa sebesar 41,87%, diikuti konsumsi rumah tangga sebesar 40,43% dari PDRB. Tingginya kontribusi komponen investasi sejalan dengan upaya pelaku usaha pada sektor industri untuk meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah barang modal maupun investasi aset pembangunan bangunan untuk ekspansi usaha.

Dari sisi Lapangan Usaha (LU), peningkatan pengerjaan proyek pembangunan yang masif dilakukan pada triwulan akhir 2022 telah mendorong kinerja sektor terkait. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepri dari sisi lapangan usaha utamanya didorong meningkatnya kinerja pada LU konstruksi, LU industri pengolahan, LU penyediaan akomodasi dan makan minum,  serta LU informasi dan komunikasi. Namun demikian, perlambatan pada LU Pertambangan dan Penggalian menahan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepri untuk tumbuh lebih tinggi.

Realisasi pendapatan Pemda di wilayah Provinsi Kepri sampai dengan triwulan IV 2022 tercatat sebesar 100,07%, dan realisasi belanja mencapai 93,27% dari total anggaran. Realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah Daerah (Pemda) di wilayah Provinsi Kepri hingga triwulan IV 2022 tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu didorong oleh realisasi penerimaan pada pos pajak daerah. Sementara itu peningkatan realisasi belanja pemerintah terjadi pada pos belanja pegawai, belanja modal, dan belanja transfer. Sementara itu, realisasi belanja APBN di wilayah Kepri sampai dengan triwulan IV 2022 mencapai 91,67% dari pagu atau sebesar Rp6,64 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2021 yang mencapai 92,60% dari pagu.

Indeks Harga Konsumen (IHK) Gabungan 2 Kota di Provinsi Kepri pada triwulan IV 2022 tercatat menunjukkan terjadinya inflasi sebesar 5,83% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar  6,79% (yoy). Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas pangan dan kebijakan penyesuaian alokasi subsidi BBM. Peningkatan inflasi pangan terutama didorong oleh kenaikan harga rokok kretek filter, kangkung, dan daging ayam ras. Selain itu, inflasi juga dipengaruhi oleh komoditi bensin dan transportasi khususnya tarif angkutan udara. Dengan demikian, inflasi pada triwulan IV 2022 melampaui target kisaran sasaran inflasi tahun 2022 yang ditetapkan pemerintah sebesar 3 ± 1% (yoy).

Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) di Kepri pada triwulan IV 2022 masih terjaga sejalan dengan tren perbaikan kondisi perekonomian yang terus berlanjut. Perbaikan perekonomian Kepri tercermin dari laju penyaluran kredit dan DPK, disertai dengan terjaganya kualitas kredit. Risiko kredit pada segmen korporasi, UMKM, maupun kredit sektor rumah tangga masih terjaga (< 5%). Penyaluran kredit oleh bank yang berlokasi di Kepri tumbuh sebesar 11,77% (yoy), atau sedikit lebih rendah 0,06 persen poin dari triwulan sebelumnya. Sementara DPK yang dihimpun oleh perbankan di Kepri tumbuh sebesar 10,05% (yoy), lebih tinggi 6,91 persen poin dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sejalan dengan berlalunya seasonal factor, aktivitas sistem pembayaran tunai mencatatkan net outflow yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Sementara itu sejalan akselerasi perekonomian dan meningkatnya akseptasi masyarakat terhadap transaksi non tunai, volume transaksi tunai mengalami peningkatan yang tercermin dari peningkatan transaksi melalui RTGS, Uang Elektronik (UE), QRIS, dan penggunaan kartu kredit. Aktivitas transaksi pembayaran tunai pada triwulan IV 2022 mencatatkan net outflow sebesar Rp2,36 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan net outflow pada triwulan sebelumnya yang mencapai Rp579,9 miliar. Transaksi BI-RTGS di Provinsi Kepri pada triwulan IV 2022 tercatat mencapai Rp43,58 triliun atau terkontraksi sebesar 7,00% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp43,87 triliun

Tingkat kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menunjukkan perbaikan sebagaimana tercermin dari peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) seiring dengan tren pemulihan ekonomi yang terus berlanjut.

Perekonomian global diprakirakan tumbuh melambat namun lebih baik dari estimasi sebelumnya sejalan dengan penghapusan kebijakan Zero Covid di Tiongkok dan perbaikan gangguan rantai pasokan. Kondisi perbaikan rantai pasokan global yang membaik tersebut turut mendorong tekanan inflasi juga turut menurun. Perekonomian global yang terus membaik, turut mendorong perekonomian domestik untuk tumbuh tetap kuat dan berpotensi lebih tinggi didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat dan ekspor. Perekonomian Provinsi Kepri yang secara keseluruhan tahun 2023 diperkirakan tumbuh melambat sejalan dengan perkembangan inflasi di daerah.

Tekanan inflasi global yang berkurang menyebabkan tekanan inflasi domestik diprakirakan berkurang sehingga inflasi domestik dan Provinsi Kepri diperkirakan berada dalam sasaran inflasi nasional 3%±1% (yoy). Penurunan tekanan inflasi disebabkan oleh perbaikan rantai pasokan, normalisasi harga pangan dan energi global yang berdampak tekanan inflasi Kepri yang menurun. Upaya pengendalian inflasi di daerah terus diupayakan melalui sinergi dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) salah satunya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).