Demografi Provinsi Kepulauan Riau
Dengan Motto “Berpancang Amanah Bersauh Marwah”, Provinsi Kepulauan Riau bertekad untuk membangun daerahnya menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Budaya Melayu yang didukung oleh masyarakat yang sejahtera, cerdas, dan berakhlak mulia.
Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 dan merupakan provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Anambas. Secara keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 5 Kabupaten dan 2 Kota, 42 Kecamatan serta 275 Kelurahan/Desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil dimana 40% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 km2, di mana 95% nya merupakan lautan dan hanya 5% merupakan wilayah darat, dengan batas wilayah sebagai berikut:
• Utara: Vietnam dan Kamboja
• Selatan: Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan Jambi
• Barat: Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau
• Timur: Malaysia, Brunei, dan Provinsi Kalimantan Barat
Kepulauan Riau merupakan daerah tropis, dengan suhu rata-rata berkisar antara 24 hingga 35 derajat celcius (77 sampai 95 derajat fahrenheit) dengan kelembaban sekitar 73% -96%. Secara umum, musim hujan dimulai dari bulan November hingga April dan musim kemarau dari bulan Mei hingga Oktober. Sementara, rata-rata curah hujan tahunan sekitar 2.600mm.
Berdasarkan agama yang dianut, 77.34% penduduk di Kepulauan Riau menganut agama Islam, 12.28% menganut agama Kristen Protestan, 7.66% menganut agama Budha, 2.46% menganut agama Katolik, 0.19% menganut agama Konghucu dan sisanya menganut agama Hindu. Keberagaman agama tersebut dikarenakan penduduk di Kepulauan Riau terdiri dari budaya dan etnis yang beragam. Penduduk tersebut datang dari seluruh Indonesia maupun dari luar negeri. Islam adalah agama mayoritas di Kepulauan Riau. Di Batam, terdapat Mesjid Raya Batam yang berada di tengah kota berdekatan dengan alun-alun, kantor Walikota dan kantor DPRD, sebagai simbol dari masyarakat Batam yang religius. Agama Kristen dan Katolik juga dianut oleh penduduk Kepulauan Riau, terutama yang berasal dari suku Batak dan Flores. Agama Budha adalah agama yang paling banyak dianut oleh warga Tionghoa.
Meskipun budaya Melayu yang dominan di daerah ini, penduduk Kepulauan Riau terdiri dari budaya dan etnis yang beragam. Terdapat berbagai suku yang terdapat di Kepulauan Riau dan yang terbesar adalah Melayu, Jawa, Batak, Tionghoa dan Minangkabau. Meskipun dalam keragaman budaya dan bahasa, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, digunakan oleh orang-orang dari nusantara sedangkan Bahasa Inggris diajarkan di sekolah dan lebih umum digunakan di kalangan bisnis/perusahaan multinasional.
Kepulauan Riau khususnya Kota Batam merupakan kota multi-etnis dimana terdapat berbagai berbagai macam etnis dari seluruh Indonesia dan dunia. Walaupun demikian, budaya Melayu yang identik dengan Islam masih begitu kental di daerah ini dan telah menjadi akar budaya lokal. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat upacara-upacara yang mempunyai unsur keagamaan dan mitos yang dinyatakan dalam tari, musik, dan berbagai bentuk seni. Ada beberapa tarian tradisional yang populer, seperti Tari Jogi dan Tari Zapin yang mencerminkan pengaruh kuat budaya Arab. Ada juga Tari Persembahan yang biasanya dilakukan saat menyambut tamu kehormatan. Selain itu ada drama Mak Yong yang merupakan drama pertunjukan tari dan lagu, menceritakan tentang sebuah negara bernama "Riuh", yang diyakini menjadi asal nama Provinsi Kepulauan Riau.
Demografi Kota Batam
Pada tahun 1983, Pulau Batam menjadi Kota Administratif Batam berdasarkan Peraturan Pemerintah No.34 tahun 1984 dengan tiga sub distrik (kecamatan) yaitu Belakang Padang, Batam Barat dan Batam Timur, serta terdiri dari 186 buah pulau yang belum keseluruhannya dihuni. Tiga buah pulau yang terbesar adalah Pulau Batam, Pulau Bulan dan Pulau Jeri. Luas pulau Batam 415km2 atau hampir dua per tiga luas Pulau Singapura. Untuk menampung perkembangan kegiatan perekonomian dan pembangunan wilayah, saat ini wilayah kerja Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) telah mencakup kawasan yang disebut Barelang (Batam, Rempang, dan Galang) yang dihubungkan oleh 6 jembatan dengan panjang 2.262 meter. Jembatan tersebut merupakan kebanggaan warga Batam sebagai objek wisata bagi masyarakat Batam dan sekitarnya. Perluasan daerah ini tertuang dalam Keppres No.28 tahun 1992.
Kawasan Barelang seluruhnya dihubungkan oleh 6 buah jembatan dan diresmikan oleh Presiden B.J. Habibie pada tanggal 10 Agustus 1998. Dengan adanya perluasan wilayah ini, luas daerah Batam adalah 715km2 atau ± 1,15 kali luas wilayah negara Singapura.
Tekstur tanah di Kota Batam pada umumnya tergolong datar dengan variasi bukit dengan ketinggian maksimum ± 160 meter diatas permukaan laut. Berdasarkan studi kondisi tanah yang telah dilakukan diketahui bahwa Pulau Batam mempunyai tingkat kesuburan yang rendah. Kondisi seperti ini menyebabkan tanah di Pulau Batam mempunyai tingkat kerawanan yang sangat tinggi terhadap erosi. Hutan yang terdapat di Pulau Batam memiliki tipe hutan dataran rendah yang tidak umum terdapat di daerah tropis. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan Batam secara keseluruhan akan mempertahankan 60% daerah sebagai kawasan hijau, khususnya hutan lindung.