Pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan IV 2021 mengalami akselerasi pertumbuhan sebesar 5,27% (yoy) dan secara keseluruhan tahun 2021 sebesar 3,43% (yoy).
Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan IV 2021 tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan peningkatan mobilitas dan aktivitas masyarakat, serta kegiatan dunia usaha. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kepri tercatat Rp47.439,27 miliar (ADHK) atau tumbuh sebesar 5,27% (yoy), menguat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,97% (yoy) dan secara keseluruhan tahun 2021 tumbuh sebesar 3,43% (yoy).
Dari sisi pengeluaran, akselerasi kinerja didorong oleh komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan net ekspor.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepri pada triwulan IV 2021 didorong oleh akselerasi pada komponen utama yakni konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan net ekspor. Komponen konsumsi rumbah tangga tumbuh sebesar 0,46% (yoy), terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -0,72% (yoy), sejalan dengan membaiknya permintaan masyarakat. Selain itu, komponen konsumsi pemerintah juga mengalami pertumbuhan sebesar 1,13% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -19,04% (yoy) yang didorong oleh peningkatan realisasi belanja utamanya belanja modal. Sejalan dengan pemulihan ekonomi di negara mitra dagang utama, kinerja net ekspor Provinsi Kepri mengalami akselerasi dan mencatatkan pertumbuhan sebesar 32,40% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,70% (yoy).
Dari sisi Lapangan Usaha (LU), akselerasi kinerja dunia usaha didorong oleh pertumbuhan yang terjadi pada LU utama.
Dari sisi Lapangan Usaha (LU), kebijakan pelonggaran pembatasan mobilitas sejalan dengan penurunan kasus Covid-19 serta adanya momentum akhir tahun menjadi pendorong ekonomi Provinsi Kepri pada triwulan IV 2021. Perbaikan ekonomi di negara mitra dagang juga turut pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2021. Percepatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepri utamanya didorong penguatan pada LU utama khususnya LU industri pengolahan, LU perdagangan, dan pertambangan dan penggalian. Pada saat yang sama LU konstruksi justru tercatat mengalami perlambatan.
Realisasi pendapatan dan belanja daerah di wilayah Provinsi Kepri pada triwulan IV 2021 tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV 2020.
Realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah Daerah (Pemda) di wilayah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sampai triwulan IV 2021 mengalami penurunan dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan Pemda di wilayah Provinsi Kepri sampai dengan triwulan IV 2021 (atau secara keseluruhan tahun 2021) tercatat sebesar 95,33%, sementara realisasi belanja mencapai 87,15% dari total anggaran. Pencapaian tersebut lebih rendah jika dibandingkan realisasi pendapatan dan belanja tahun lalu yang tercatat masing-masing sebesar 99,77% dan 91,94%. Penurunan realisasi terjadi karena faktor perkembangan kasus Covid-19 yang masih tinggi sehingga terjadi penurunan penerimaan pada pos pendapatan asli daerah (PAD), transfer pemerintah pusat, dan realisasi belanja pemerintah.
Inflasi Provinsi Kepri pada triwulan IV 2021 mengalami peningkatan didorong oleh pelonggaran mobilitas masyarakat.
Pada triwulan IV 2021 inflasi Provinsi Kepri tercatat 2,26% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,07% (yoy) seiring dengan peningkatan aktivitas dan mobilitas masyarakat setelah sempat tertahan pada bulan Juli - Agustus. Inflasi pada triwulan IV 2021 terutama dipengaruhi oleh peningkatan inflasi kelompok transportasi khususnya tarif angkutan udara, dan peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang terutama didorong peningkatan harga minyak goreng, cabai rawit, dan telur ayam ras.
Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) di Kepri tetap terjaga ditandai perbaikan dalam penyaluran kredit dengan risiko yang terkendali pada triwulan IV 2021.
Sejalan pertumbuhan ekonomi yang membaik, kinerja perbankan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan IV 2021 mengalami perbaikan yang tercermin dari penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek yang tumbuh meningkat menjadi 16,53% (yoy). Lebih lanjut, jumlah dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 8,53% (yoy), meningkat dari sebelumnya yang tumbuh 5,07% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, Loan to Deposit Rasio (LDR) Kepri pada triwulan IV 2021 meningkat menjadi sebesar 93,22%, dari triwulan sebelumnya sebesar 88,15%. Di sisi lain, kualitas penyaluran kredit mengalami perbaikan, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang mengalami penurunan menjadi sebesar 3,26%.
Sejalan dengan perbaikan ekonomi, transaksi pembayaran khususnya nontunai pada triwulan IV 2021 mengalami peningkatan.
Aktivitas transaksi pembayaran tunai pada triwulan IV 2021 tercatat mengalami penurunan ditandai dengan net outflow sebesar Rp1,89 triliun atau tumbuh sebesar 7,72% (yoy), Demikian halnya, transaksi nontunai melalui RTGS tercatat mencapai Rp46,8 triliun atau tumbuh sebesar 55,91% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp36,9 triliun (yoy). Serta transaksi nontunai melalui SKNBI yang terkontraksi sebesar 13,03% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 19,81% (yoy). Nilai transaksi SKNBI meningkat dari Rp2,40 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar Rp2,60 triliun. Selain itu, transaksi penggunaan APMK baik debet maupun kredit, transaksi UE, serta transaksi QRIS mengalami peningkatan pada triwulan IV 2021.
Tingkat kesejahteraan masyarakat semakin membaik.
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kepulauan Riau (Provinsi Kepri) pada Agustus 2021 tercatat mengalami perbaikan dibandingkan posisi Agustus 2020. Hal ini ditunjukkan dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada periode Agustus 2021 sebesar 9,91%, menurun dibandingkan periode Agustus 2020 sebesar 10,34%. Pada saat yang sama jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja pada Agustus 2021 berjumlah 1.087.419 orang, meningkat dibandingkan dengan periode Agustus 2020 yang berjumlah 1.016.600 orang. Secara spasial, TPT di wilayah perdesaan mengalami penurunan lebih besar dibandingkan wilayah perkotaan yang menunjukkan aktivitas ekonomi di wilayah perdesaan telah mengalami pemulihan. Selain itu, NTP pada triwulan IV 2021 tercatat sebesar 106,20 lebih baik dari triwulan sebelumnya sebesar 105,02. Perbaikan tersebut terjadi seiring peningkatan Indeks yang Diterima (It) petani yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Indeks yang Dibayar (Ib) petani. Kenaikan It terutama disebabkan oleh kenaikan harga jual komoditas dan peningkatan hasil panen.
Perekonomian Kepri pada tahun 2022 diperkirakan akan menguat seiring dengan pembukaan sektor pariwisata.
Secara keseluruhan tahun 2022, perekonomian Kepri diperkirakan mengalami perbaikan yang didorong oleh meningkatnya mobilitas dan aktivitas usaha seiring terkendalinya kasus Covid-19. Pertumbuhan ekonomi Kepri diperkirakan akan ditopang oleh komponen investasi yang meningkat seiring kinerja net ekspor yang membaik pada sisi pengeluaran serta peningkatan pertumbuhan LU industri pengolahan, LU konstruksi, dan LU perdagangan pada sisi lapangan usaha. Dukungan belanja pemerintah melalui penyaluran bansos akan turut menjaga daya beli masyarakat dan memberikan berdampak terhadap peningkatan konsumsi rumah tangga. Selain itu, dalam mendorong perkembangan pariwisata khususnya menarik kedatangan wisata mancanegara, travel bubble antara Singapura dan Batam-Bintan telah disepakati oleh kedua negara pada 24 Januari 2022.
Tekanan inflasi diperkirakan meningkat pada tahun 2022 sejalan dengan aktivitas ekonomi yang semakin baik.
Tekanan inflasi Provinsi Kepri pada keseluruhan tahun 2022 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 sejalan dengan membaiknya permintaan masyarakat. Membaiknya kinerja lapangan usaha utama akan mendorong peningkatan pendapatan masyarakat dan mendorong laju konsumsi. Sementara itu, pasokan bahan pangan diperkirakan masih terjaga normal meskipun terdapat risiko “La Nina” pada awal tahun yang dapat meningkatkan risiko penurunan pasokan pangan dan pergeseran musim tanam. Rencana peningkatan harga sembako oleh beberapa perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) juga akan mendorong peningkatan inflasi di Provinsi Kepri.