Bab 1: Perkembangan Makro Ekonomi Daerah
Kinerja perekonomian Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II 2022 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada triwulan II 2022 tercatat Rp46.798,04 miliar atau tumbuh 5,01% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,83% (yoy). Secara triwulanan, PDRB Kepri tumbuh sebesar 2,13% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 3,41% (qtq).
Dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan perekonomian Provinsi Kepri terutama terjadi pada komponen konsumsi rumah tangga, net ekspor dan investasi. Perbaikan tersebut didorong peningkatan permintaan masyarakat seiring relaksasi aturan perjalanan yang mendorong masyarakat lebih banyak melakukan aktivitas ekonomi di luar rumah dan meningkatnya permintaan dari negara mitra dagang utama.
Dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan perekonomian Provinsi Kepri terutama terjadi pada komponen konsumsi rumah tangga, net ekspor dan investasi. Perbaikan tersebut didorong peningkatan permintaan masyarakat seiring relaksasi aturan perjalanan yang mendorong masyarakat lebih banyak melakukan aktivitas ekonomi di luar rumah dan meningkatnya permintaan dari negara mitra dagang utama.
Bab 2: Perkembangan Keuangan Daerah
Realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah Daerah (Pemda) di wilayah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) hingga triwulan II 2022 tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu terutama disebabkan oleh penurunan realisasi penerimaan pada pos transfer pemerintah pusat. Realisasi pendapatan Pemda di wilayah Provinsi Kepri sampai dengan triwulan II 2022 tercatat sebesar 40,64%, sementara realisasi belanja mencapai 33,20% dari total anggaran. Pencapaian tersebut lebih rendah jika dibandingkan realisasi pendapatan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 41,78%. Penurunan pendapatan terutama terjadi pada pos transfer pemerintah pusat. Di sisi lain, realisasi belanja mengalami peningkatan dari sebesar 32,29% menjadi sebesar 33,20%. Pada sisi belanja, peningkatan terjadi pada beberapa pos belanja yakni belanja modal khususnya belanja jalan, irigasi, dan jaringan, dan pada belanja transfer disebabkan oleh peningkatan belanja bagi hasil dan belanja bantuan keuangan.
Bab 3: Perkembangan Inflasi Kepulauan Riau
Pada triwulan II 2022 inflasi Provinsi Kepri tercatat 5,89% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,24% (yoy) seiring dengan peningkatan mobilitas, gangguan pasokan, dan tekanan geopolitik yang mendorong kenaikan harga komoditas global. Inflasi pada triwulan II 2022 dipengaruhi oleh peningkatan inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau didorong peningkatan harga telur ayam ras dan aneka cabai. Selain itu, inflasi dipengaruhi oleh kelompok transportasi utamanya tarif angkutan udara serta kelompok penyediaan makan dan minuman dan restoran terutama kue kering berminyak.
Bab 4: Pembiayaan Daerah serta Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Sejalan pertumbuhan ekonomi yang membaik, kinerja perbankan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II 2022 terus mengalami perbaikan, tercermin dari penyaluran kredit dan jumlah DPK. Penyaluran kredit tumbuh sebesar 6,74% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 11,30% (yoy). Namun, jumlah dana pihak ketiga (DPK) mengalami akselerasi pertumbuhan sebesar 7,05% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebelumnya sebesar 4,29% (yoy). Meskipun kredit tumbuh melambat, kualitas penyaluran kredit masih terjaga tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) yang menurun menjadi sebesar 2,87%.
Bab 5: Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Aktivitas transaksi pembayaran tunai pada triwulan II 2022 mencatatkan net outflow sebesar Rp1,11 triliun, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami net inflow sebesar Rp438,5 miliar. Transaksi non tunai melalui RTGS pada triwulan II 2022 tercatat mencapai Rp39,82 triliun atau tumbuh sebesar 22,43% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp36,03 triliun atau tumbuh 31,14% (yoy). Sementara, transaksi penggunaan APMK kartu kredit, transaksi UE, serta transaksi QRIS juga mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya preferensi dan akseptansi masyarakat terhadap penggunaan transaksi non tunai.
Bab 6: Kesejahteraan Masyakat dan Ketenagakerjaan
Seiring dengan tren pemulihan ekonomi yang terus berlanjut, tingkat kesejahteraan di Provinsi Kepulauan Riau (Provinsi Kepri) menunjukkan perbaikan yang diindikasikan dari meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Nilai Tukar Petani (NTP) serta penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengalami perbaikan pada Februari 2022 sebesar 8,02%, menurun dibandingkan posisi Februari 2021 sebesar 10,12%. Tingkat kesejahteraan petani pada triwulan II 2022 turut mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. NTP pada triwulan II 2022 tercatat sebesar 107,59 lebih baik dari triwulan sebelumnya sebesar 107,08. Di sisi lain gini ratio Provinsi Kepri pada Maret 2022 tercatat sebesar 0,342, menurun dibandingkan Maret 2021 sebesar 0,343. Penurunan gini ratio mengindikasikan bahwa tingkat kesenjangan pendapatan antar penduduk di Provinsi Kepri sedikit menyempit pada periode Maret 2021 - Maret 2022.
Bab 7: Prospek Perekonomian Daerah
Secara keseluruhan tahun 2022, perekonomian Kepri diperkirakan mengalami peningkatan didorong oleh meningkatnya mobilitas dan aktivitas usaha seiring terkendalinya kasus COVID-19. Perbaikan ekonomi tersebut diperkirakan ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat dan peningkatan kinerja ekspor. Perbaikan konsumsi rumah tangga pada tahun ini mulai terlihat pada triwulan II seiring meredanya kasus Covid-19 yang diikuti dengan pelonggaran mobilitas masyarakat terutama pada momentum Ramadhan dan Idul Fitri serta relaksasi aturan kunjungan untuk wisatawan.
Tekanan inflasi Provinsi Kepri pada keseluruhan tahun 2022 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2021. Kenaikan harga komoditas pangan dan energi global yang ditransmisikan pada kenaikan harga minyak goreng pada awal tahun dan biaya logistik termasuk tarif angkutan udara telah mendorong kenaikan inflasi domestik. Di sisi lain membaiknya kinerja perekonomian juga turut mendorong peningkatan permintaan dan konsumsi masyarakat. Kebijakan penyesuaian harga jual dari perusahaan Fast Moving Consumer Goods akibat kenaikan bahan baku juga ditransmisikan pada peningkatan harga jual.