Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Di tengah perlambatan permintaan batubara global, ekonomi Kaltim pada triwulan II 2024 masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan ekonomi nasional dan regional Kalimantan, meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2024, Kalimantan Timur (Kaltim) mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,85% (yoy). Meskipun angka tersebut melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 7,26% (yoy), namun ekonomi Kaltim tetap tumbuh lebih tinggi dibandingkan ekonomi nasional yang tumbuh 5,05% (yoy) dan regional Kalimantan yang tumbuh 5,22% (yoy), dimana keduanya juga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Faktor utama penahan pertumbuhan ekonomi Kaltim ialah perlambatan pada Lapangan Usaha (LU) Pertambangan seiring produksi batu bara yang melambat didorong perlambatan permintaan batu bara global. Perlambatan permintaan batu bara tersebut juga menjadi faktor tertahannya kinerja net ekspor Kaltim, di tengah meningkatnya impor, terutama impor bahan baku dan barang konsumsi. Sementara itu, berlanjutnya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan infrastruktur penunjangnya mendorong LU Konstruksi tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan LU Konstruksi tersebut yang notabene memegang andil pertumbuhan tertinggi kedua menjadi faktor penahan perlambatan ekonomi Kaltim lebih dalam pada. Hal tersebut juga sejalan dengan kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang menyumbangkan andil tertinggi kedua dari sisi pengeluaran yang terutama didorong oleh peningkatan penanaman modal dari investor domestik (PMDN).
Keuangan Pemerintah di Daerah
Keuangan Pemerintah di Kaltim hingga triwulan II 2024 menunjukkan kinerja positif, di tengah rangkaian kegiatan HUT RI ke-79 serta fokus pembangunan infrastruktur strategis yang sejalan dengan kinerja lapangan usaha konstruksi. Kinerja positif keuangan pemerintah di Kaltim salah satunya tercermin dari realisasi belanja APBD Pemerintah Provinisi Kalimantan Timur yang tumbuh 10,76% (yoy) di triwulan II 2024, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan realisasi belanja terutama bersumber dari komponen belanja operasional, khususnya komponen belanja bansos. Besarnya realisasi belanja tersebut tidak terlepas dari tingginya realisasi pendapatan yang terutama bersumber dari komponen pendapatan transfer yang diprakirakan disebabkan oleh transfer dana persiapan pilkada dan rangkaian acara HUT RI ke-79 di Kaltim. Selain APBD, kinerja positif juga terlihat dari APBN, khususnya pada komponen belanja yang tumbuh 64,73% (yoy), di tengah pendapatan yang terkontraksi sebesar -28,80% (yoy). Lebih lanjut, realisasi belanja pada APBN paling tinggi bersumber dari belanja modal yang tumbuh 249,71% (yoy), terutama digunakan untuk pembangunan berbagai infrastruktur IKN beserta pendukungnya.
Perkembangan Inflasi Daerah
Inflasi Kaltim terjaga dalam rentang target inflasi nasional di tengah kenaikan harga beras dan tarif cukai rokok. Pada triwulan II 2024, inflasi Kaltim tercatat sebesar 2,99% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini didorong terutama oleh pasokan komoditas pangan yang melimpah, serta tibanya masa panen komoditas hortikultura di sentra produksi. Namun demikian, penurunan inflasi triwulan II 2024 yang lebih dalam tertahan oleh peningkatan harga beras seiring dengan relaksasi Harga Eceran Tertinggi (HET) beras yang berlaku hingga 31 Mei 2024, peningkatan harga komoditas Sigaret Kretek Mesin (SKM) seiring dengan penyesuaian tarif cukai rokok hasil tembakau di awal tahun, serta peningkatan harga komoditas emas seiring dengan kenaikan harga emas global.
Pembiayaan di Daerah serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Sejalan dengan kondisi ekonomi Kaltim, kinerja intermediasi perbankan di Kaltim pada triwulan II 2024 tetap resilien dengan risiko yang tetap terjaga, meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit tumbuh sebesar 5,54% (yoy), meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara sektoral, sejalan dengan kondisi ekonomi makro Kaltim, kredit pada sektor pertambangan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Adapun jika ditinjau berdasarkan penggunaannya, pertumbuhan kredit konsumsi lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, sejalan dengan pertumbuhan PDRB sektor perdagangan. Kinerja penyaluran kredit ini didukung oleh stabilitas sistem keuangan yang semakin terjaga dengan tingkat risiko kredit (Non Performing Loan, NPL) sebesar 1,17%, lebih rendah rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yakni 1,28%, yang menunjukkan pengelolaan risiko yang baik oleh perbankan di Kaltim. Di sisi lain, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mengalami peningkatan sebesar 8,52% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yang didorong terutama oleh peningkatan signifikan pada deposito. Selain itu, inklusivitas keuangan di Kaltim juga terus didorong, seiring kredit UMKM yang terus tumbuh positif dengan risiko kredit yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor UMKM di Kaltim terus berkembang dan mendapatkan dukungan yang kuat dari perbankan.
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Transaksi sistem pembayaran tumbuh positif, meski transaksi tunai mengalami net inflow. Pada triwulan II tahun 2024, transaksi nontunai mengalami pertumbuhan baik secara nominal maupun volume dan terjadi pada seluruh infrastruktur sistem pembayaran yang dikelola oleh Bank Indonesia (SKNBI dan RTGS). Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan konsumsi masyarakat pada berbagai hari besar keagamaan dan libur semester komunitas pendidikan. Pada periode yang sama, transaksi menggunakan instrumen pembayaran APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) berupa ATM/Debit, Kredit, Uang Elektronik (UE) juga mengalami pertumbuhan. Kanal pembayaran QRIS mengalami pertumbuhan signifikan sejalan dengan gencarnya kegiatan edukasi dan sosialisasi transaksi nontunai kepada masyarakat. Di sisi lain, transaksi tunai mencatatkan posisi net inflow sejalan dengan meningkatknya aktivitas pada berbagai lapangan usaha, maupun transaksi ritel terutama dengan menggunakan transaksi nontunai.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Masih kuatnya kinerja ekonomi turut mendorong perbaikan kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan kondisi ketenagakerjaan didorong oleh penyerapan tenaga kerja yang tinggi di beberapa sektor utama, seperti konstruksi dan pertambangan, seiring tingginya kinerja kedua LU tersebut. Tingginya penyerapan tenaga kerja tersebut selanjutnya meningkatkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Kondisi ketenagakerjaan yang lebih baik turut mendorong perbaikan kondisi kesejahteraan yang terlihat dari penurunan tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan masyarakat, serta peningkatan kesejahteraan petani dibandingkan periode sebelumnya.
Prospek Perekonomian Daerah
Seiring dengan masih optimisnya potensi permintaan domestik dan global, serta masifnya aktivitas pembangunan infrastruktur, prospek ekonomi Kalimantan Timur di 2024 diprakirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,50 – 6,30% (yoy), dengan tingkat inflasi yang masih pada rentang yang ditargetkan. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada 2024 diprakirakan dapat tumbuh lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya, khususnya dari LU pertambangan, walaupun terdapat potensi perlambatan permintaan dari negara mitra dagang strategis di pertengahan tahun 2024. Potensi pertumbuhan juga ditopang oleh aktivitas pembangunan infrastruktur pemerintah dan swasta yang masif sepanjang tahun 2024. Selain itu, dampak rambatan dari berbagai festive event di semester II 2024 juga berpotensi mendorong sejumlah LU seperti perdagangan, penyediaan akomodasi, makanan, dan minuman maupun transportasi pergudangan. Namun demikian, LU Industri Pengolahan diprakirakan akan terkoreksi dalam seiring penurunan produksi alami migas di 2024. Meskipun terdapat potensi kenaikan permintaan konsumsi, tekanan inflasi yang cenderung termoderasi dari prakiraan sebelumnya, serta masifnya upaya pengendalian inflasi diharapkan dapat turut mendorong tercapainya stabilitas harga di tahun ini dengan target inflasi di kisaran 2,5±1% (yoy).