PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO KALIMANTAN SELATAN
Pada triwulan I 2022, perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan kembali melanjutkan pertumbuhan positif. Ekonomi tumbuh 3,49% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2021 yang tumbuh 5,55% (yoy). Dari sisi penawaran, perbaikan ekonomi terutama didorong oleh peningkatan kinerja Lapangan Usaha (LU Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) dan LU Konstruksi di tengah perlambatan kinerja LU Pertambangan, LU Industri Pengolahan, dan LU Pertanian. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja Investasi di tengah perlambatan kinerja konsumsi RT, konsumsi Pemerintah, Ekspor dan Impor.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Secara agregat, persentase realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan pada triwulan I 2022 mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi triwulan I 2021, meski secara nominal mengalami sedikit penurunan. Peningkatan persentase capaian terutama bersumber dari pos Lain-Lain Pendapatan yang Sah. Di level Provinsi, realisasi Total Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan I 2022 mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya baik secara nominal maupun persentase. Sementara itu, realisasi Total Pendapatan Daerah di level Kabupaten/Kota menurun. Dari sisi belanja secara agregat, persentase capaian realisasi Belanja Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Kalimantan Selatan pada triwulan I 2022 juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada triwulan I 2021, meski secara nominal masih di bawah capaian tahun sebelumnya. Selain karena pagu belanja yang lebih rendah, realisasi belanja juga sedikit tertahan khususnya di Level Provinsi akibat keterlambatan penyerapan belanja modal, di tengah capaian belanja di level Kabupaten dan Kota yang relatif lebih baik.
PERKEMBANGAN INFLASI
Pada triwulan I 2022, inflasi tahunan Provinsi Kalimantan tetap terjaga di range sasaran inflasi 3 ± 1%. Inflasi tahunan tercatat sebesar 3,65% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan IV 2021 (2,55%, yoy). Inflasi tersebut relatif moderat dibandingkan dengan provinsi lain di wilayah Kalimantan, dan lebih tinggi dari inflasi nasional. Inflasi tahunan terutama bersumber dari inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau, diikuti oleh kelompok transportasi, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, serta kelompok penyediaan makananan dan minuman/restoran. Inflasi triwulan II 2022 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2022. Peningkatan inflasi diprakirakan didorong oleh Ramadhan dan perayaan HBKN Idulfitri dengan pelonggaran perizinan mudik dan cuti bersama pada 29 April – 8 Mei 2022 yang turut meningkatkan mobilitas masyarakat. Kenaikan harga energi yang berpengaruh pada harga BBM dan BBRT serta kenaikan PPN dari 10% menjadi 11% per 1 April 2022 juga diprakirakan meningkatkan tekanan inflasi.
PEMBIAYAAN DAERAH, SERTA PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
Pada triwulan I 2022, fungsi intermediasi perbankan tetap tumbuh meskipun terbatas sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Penyaluran kredit melambat terutama dari kinerja kredit modal kerja yang tertahan di tengah kredit investasi dan kredit konsumsi yang mengalami peningkatan. Kredit modal kerja tumbuh 17,34% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,30% (yoy). Sementara itu, kredit investasi mengalami perbaikan kontraksi, dari -2,16% (yoy) menjadi -2,06% (yoy). Kredit konsumsi tumbuh 4,85% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (2,46%, yoy) terutama bersumber dari peningkatan penyaluran kredit Multiguna dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), serta perbaikan kontraksi Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) didorong oleh perpanjangan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) oleh Pemerintah di tahun 2022. Penyaluran kredit korporasi melambat, sejalan dengan perlambatan kredit pada LU utama yaitu LU Pertambangan dan LU Industri Pengolahan yang masing-masing tumbuh sebesar 17,21% (yoy) dan 0,25% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 44,67% (yoy) dan 15,31% (yoy). Perlambatan ini dipengaruhi oleh aktivitas operasional yang terbatas karena faktor cuaca dan pengalihan ekspor batubara untuk kebutuhan domestik oleh Pemerintah. Kualitas kredit mengalami penurunan, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang meningkat, dari 2,08% menjadi 2,51%. Sementara itu, perkembangan kredit UMKM terus menunjukkan perbaikan diikuti kualitas kredit yang tetap terjaga. Bank Indonesia juga terus mendukung pengembangan UMKM baik dari sisi peningkatan produksi, pemasaran, dan akses keuangan, melalui berbagai penyelenggaraan program UMKM bekerja sama dengan stakeholders terkait.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Pada triwulan I 2022, transaksi melalui Sistem Kliring Nasional (SKNBI) di Kalimantan Selatan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 10,51% (yoy) menjadi 4,41% (yoy). Sementara itu, transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami kontraksi sebesar 20,76% (yoy), dari sebelumnya yang tumbuh 42,48% (yoy). Di sisi lain, transaksi dengan menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan transaksi online mengalami peningkatan sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk mendorong perluasan elektronifikasi pembayaran di daerah terutama di masa pandemi. Peningkatan transaksi non tunai juga didukung oleh peningkatan jumlah merchant dan pengguna Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) di Kalimantan Selatan, serta peningkatan transaksi melalui e-commerce dengan dominasi metode pembayaran melalui uang elektronik. Sementara itu, aliran uang kartal pada triwulan I 2022 mengalami aliran masuk bersih (net inflow) sejalan dengan normalisasi aktivitas ekonomi pasca HBKN Natal dan Tahun Baru. Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah (Pemda) di wilayah Kalimantan Selatan terus berupaya mendorong imlplementasi elektronifikasi transaksi pemerintah di daerah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas serta peningkatan pendapatan daerah melalui penyusunan rencana kerja Tim Percepatan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD).
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Pada triwulan I 2022, kondisi ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Selatan mengalami perbaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sejalan dengan pemulihan ekonomi. Berdasarkan hasil SKDU Bank Indonesia, serapan tenaga kerja mengalami kontraksi sebesar 5,18%, membaik dari sebelumnya yang terkontraksi sebesar 6,13%. Hal ini sejalan dengan peningkatan Indeks Penghasilan pada Survei Konsumen Bank Indonesia menjadi 110,00, dari 79,58 pada triwulan I 2021. Sementara itu, berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional oleh BPS, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada triwulan I 2022 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sejalan dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang menunjukkan penurunan. Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat sebesar 113,80 meningkat 4,85% (yoy) atau 2,18% (qtq). Peningkatan NTP tahunan didorong oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani yang meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayar petani, masing-masing sebesar 3,55% (yoy) dan 1,35% (yoy). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2021 tercatat sebesar 71,28 meningkat dari tahun 2020 yang sebesar 70,91. Peningkatan IPM bersumber dari peningkatan dimensi umur panjang dan hidup sehat (UHH) dan pengetahuan (HLS dan RLS) di tengah standar hidup layak (pengeluaran per kapita) yang sedikit menurun.
PROSPEK PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN
Secara keseluruhan 2022, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2021. Hal ini didukung oleh perbaikan ekonomi global dan domestik secara gradual, seiring program vaksinasi COVID-19 yang terus berlanjut, di tengah peningkatan risiko konflik Rusia - Ukraina. Investasi diprakirakan meningkat baik investasi bangunan maupun nonbangunan didorong oleh realisasi beberapa proyek investasi existing dan proyek konstruksi baru. Ekspor diprakirakan meningkat, didorong oleh peningkatan permintaan komoditas utama, terutama batubara dan crude palm oil (CPO), sejalan dengan pemulihan ekonomi negara mitra dagang utama. Perbaikan perekonomian global dan domestik serta peningkatan kinerja ekspor tersebut diprakirakan akan meningkatkan kinerja sejumlah lapangan usaha (LU) utama pada 2022, yaitu LU Pertambangan, LU Industri Pengolahan, dan LU Pertanian. Sejalan dengan prospek perbaikan perekonomian tersebut, inflasi Kalimantan Selatan pada 2022 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2021, namun masih berada pada rentang sasaran inflasi nasional sebesar 3±1% (yoy). Peningkatan inflasi sejalan dengan pemulihan ekonomi yang didorong oleh vaksinasi yang diprakirakan semakin meningkat dan kasus COVID-19 yang diprakirakan semakin melandai sehingga berdampak pada peningkatan konsumsi dan perbaikan iklim usaha. Ke depan, sinergi Bank Indonesia dan Pemerintah serta instansi terkait melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di seluruh Kalimantan Selatan akan terus diperkuat guna memastikan pencapaian inflasi dalam rentang sasaran yang mendukung proses perbaikan ekonomi nasional secara berkelanjutan.