Laporan Perekonomian Provinsi

BI Icon

​​Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur​

11/29/2021 12:00 PM
Hits: 2866

Laporan Perekonomian Provinsi Jawa Timur November 2021

Jawa Timur
Triwulan

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Kinerja ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2021 masih tetap tumbuh positif, meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2021 tumbuh 3,23% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (7,07%, yoy). Lebih rendahnya kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2021 dari sisi permintaan terutama disebabkan oleh perlambatan konsumsi Rumah Tangga (RT), investasi, serta kinerja  eksternal. Secara umum, penerapan PPKM Darurat pada 3 – 25 Juli 2021 yang dilanjutkan dengan PPKM berbasis level 3-4 dari 26 Juli – 2 Agustus 2021 untuk menekan laju penyebaran varian delta Covid-19 berimplikasi pada tertahannya aktivitas ekonomi masyakarat yang berdampak pada tertahannya permintaan domestik yang tercermin dari lebih rendahnya pertumbuhan Konsumsi RT  pada triwulan III 2021 dibandingkan triwulan II 2021. Penyebaran varian delta Covid-19 secara global turut berimplikasi pada tertahannya permintaan eksternal yang berdampak pada pertumbuhan ekspor LN Jawa Timur pada triwulan III 2021 yang lebih rendah dibandingkan triwulan II 2021. Perlambatan permintaan domestik dan eksternal tersebut berdampak pada lebih rendahnya pertumbuhan investasi pada periode laporan.

Dari sisi penawaran, hampir seluruh kinerja lapangan usaha (LU) utama di Jawa Timur, yaitu LU Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Penyediaan Akomodasi, Makanan dan Minuman mengalami perlambatan pada triwulan III 2021. Permintaan domestik dan eksternal yang menurun sebagai implikasi dari pembatasan operasionalisasi sektor-sektor ekonomi produktif untuk menekan penyebaran Covid-19 menjadi faktor utama yang menyebabkan perlambatan. Seluruh LU utama kecuali LU Pertanian dan Konstruksi mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II 2021. Sementara itu, seluruh LU pendukung kecuali LU Informasi dan Komunikasi serta LU Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mengalami perlambatan pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan LU Informasi dan Komunikasi serta LU Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial didorong oleh peningkatan kembali aktivitas pembelajaran dan pekerjaan secara daring sejalan dengan penerapan kebijakan pembatasan wilayah yang lebih ketat pada awal triwulan III 2021. Sementara itu, kenaikan kinerja LU Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas jasa kesehatan, terutama rumah sakit, klinik, dan perdagangan obat serta vitamin untuk menangani peningkatan kasus Covid-19 pada awal triwulan III 2021.

Perlambatan kinerja ekonomi Jawa Timur yang lebih dalam tertahan oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah dan perdagangan antardaerah dari sisi permintaan. Kenaikan konsumsi pemerintah ditopang oleh tingginya komitmen Pemerintah Pusat dan Daerah dalam penyaluran bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19, khususnya untuk kelompok pra-sejahtera. Sementara itu, pertumbuhan perdagangan antardaerah pada triwulan III 2021 meningkat signifikan dibandingkan triwulan II 2021.  Peningkatan harga komoditas global mendukung masih kuatnya kinerja ekonomi Kawasan Timur Indonesia, khususnya wilayah Maluku dan Papua yang merupakan mitra dagang domestik utama Jawa Timur. Hal tersebut menopang peningkatan kinerja perdagangan antardaerah pada triwulan laporan. Lebih lanjut, peningkatan program misi dagang dan inovasi kegiatan Pasar Murah Online Mandiri (PAMOR) oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sepanjang triwulan III 2021 turut mendukung tingginya peningkatan pertumbuhan perdagangan antardaerah Jawa Timur pada periode laporan.


Asesmen Inflasi Daerah

Inflasi Jawa Timur pada triwulan III 2021 masih rendah yakni tercatat 1,92% (yoy), meski meningkat dibandingkan triwulan II 2021 (1,19%; yoy). Hal ini sejalan dengan perlambatan kinerja ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2021. Inflasi IHK Jawa Timur pada triwulan III 2021 yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya terutama bersumber dari kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sejalan dengan berakhirnya masa panen raya hortikultura di Jawa Timur, kenaikan harga pakan ternak,  meningkatnya harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional, dan dampak kenaikan harga cukai pada berbagai komoditas rokok.

Pada triwulan IV 2021, inflasi IHK Jawa Timur diperkirakan masih terjaga dan berada pada koridor sasaran inflasi 3,0%±1% (yoy), dengan kecenderungan lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2021 terutama dipengaruhi oleh potensi kenaikan permintaan bahan makanan menjelang Natal dan Tahun Baru. 

Asesmen Keuangan Pemerintah Daerah

Anggaran Belanja pemerintah Jawa Timur (APBD Provinsi dan APBD 38 Kabupaten/ Kota) tahun 2021 sebesar Rp134,85 triliun, mengalami penurunan    -1,81% (yoy) dibandingkan anggaran pasca perubahan tahun 2020.  Berdasarkan nominal dan pangsanya, APBD Kabupaten/Kota mendominasi anggaran pengeluaran pemerintah Jawa Timur (Rp101,92 triliun, pangsa 75,59%), sementara APBD Provinsi Jawa Timur tercatat sebesar Rp32,92 triliun, atau berkontribusi 24,41% dari anggaaran belanja.

Sampai dengan triwulan III 2021, total realisasi belanja daerah mencapai 51,85% dari pagu anggaran, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan III 2020 (52,51%). Realisasi pada APBD Provinsi tercatat 55,46%, lebih tinggi dibandingkan realisasi APBD Kabupaten/Kota yang sebesar 50,68% dari pagu anggaran.

Pembiayaan Daerah dan Pengembangan UMKM

Ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga Jawa Timur masih terjaga meskipun pembiayaan ke sektor tersebut tertahan sejalan dengan perlambatan kinerja ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2021. Kinerja sektor korporasi dan rumah tangga terpantau melambat sejalan dengan perlambatan hampir di seluruh lapangan usaha di Jawa Timur. Pertumbuhan kredit korporasi terpantau melambat pada periode laporan disebabkan oleh penurunan kebutuhan pembiayaan korporasi sejalan dengan lebih rendahnya permintaan domestik dan eksternal. Kebijakan pembatasan aktivitas ekonomi secara global untuk menekan merebaknya varian delta Covid-19 berimplikasi pada terbatasnya operasionalisasi industri, pusat perdagangan, sarana perhubungan, dan mobilitas masyarakat sehingga berdampak pada penurunan konsumsi domestik dan permintaan mitra dagang luar negeri Jawa Timur. Lebih lanjut, pembatasan operasionalisasi sektor-sektor ekonomi produktif di Jawa Timur ditengarai turut berdampak pada penurunan pendapatan sekelompok masyarakat, khususnya tenaga kerja informal, sehingga berimplikasi pada penurunan konsumsi masyarakat lebih dalam. Penurunan konsumsi masyarakat Jawa Timur tercermin dari deselerasi pertumbuhan Konsumsi RT PDRB Jawa Timur pada triwulan III 2021 dibandingkan triwulan II 2021. Sementara itu, perlambatan permintaan eksternal tercermin dari lebih rendahnya pertumbuhan ekspor LN PDRB Jawa Timur pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun penyaluran kredit korporasi pada triwulan laporan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, DPK korporasi mengalami peningkatan pada periode yang sama. Hal tersebut mengindikasikan masih kuatnya kondisi keuangan korporasi dan masih terdapat ruang optimalisasi penyaluran kredit ke depan. Lebih lanjut, meskipun pertumbuhan DPK Rumah Tangga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, masih positifnya pertumbuhan DPK Rumah Tangga mengindikasikan sebagian besar kelompok rumah tangga masih mampu menyimpan dananya di perbankan di tengah penurunan kinerja ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2021. 

Intermediasi perbankan di Jawa Timur masih perlu ditingkatkan. Loan to Deposit Ratio (LDR)  perbankan di Jawa Timur pada triwulan III 2021 masih tercatat rendah yakni 79,13%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 84,03%. Melambatnya LDR karena pertumbuhan kredit yang masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan DPK pada periode laporan.

Risiko kredit perbankan di Jawa Timur pada triwulan III 2021 masih terjaga dalam batas aman. Risiko kredit perbankan di Jawa Timur masih terjaga dalam batas aman meskipun terjadi peningkatan rasio NPL (dari 4,20% menjadi 4,41%). Sementara risiko likuiditas cenderung rendah.

 

Asesmen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran

Pada triwulan III 2021 (data Juli s.d. Agustus 2021), pergerakan inflow (uang masuk) dan outflow (uang keluar) di Jawa Timur dalam posisi net-outflow  sebesar Rp0,80 triliun yang menurun dari triwulan II 2021.  Penurunan net-outflow pada triwulan III 2021 (data Juli s.d. Agustus 2021) dibandingkan triwulan II 2021  sejalan dengan menurunnya aktivitas masyarakat yang terjadi seiring dengan pemberlakuan PPKM Darurat dan Berbasis Level karena kembali meningkatnya angka positivity rate Covid-19, terutama pada bulan Juli sehingga berimplikasi menahan konsumsi masyarakat dan menurunnya penggunaan Uang Layak Edar (ULE) pada periode laporan. Hal ini terkonfirmasi oleh penurunan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2021 yang sebesar 3,23% (yoy) dari semula tumbuh 7,07% (yoy) pada triwulan II 2021.

Nominal transaksi nontunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) dan pembayaran menggunakan kartu menunjukkan penurunan pada triwulan III 2021. Meskipun demikian, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Layanan Pembayaran secara nontunai atas transaksi e-commerce masih tetap kuat pada triwulan III 2021. Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) dan pembayaran menggunakan kartu (Kartu debit, ATM, dan Kartu Kredit) menunjukkan penurunan sejalan dengan menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat. Sementara itu, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) menunjukkan peningkatan pada triwulan III 2021 dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut mengindikasikan masih tingginya transaksi dengan nilai besar yang belum ditransmisikan di sektor produktif pada triwulan III 2021. Lebih lanjut, Layanan Pembayaran secara nontunai atas transaksi e-commerce masih menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan II 2021. Peningkatan transaksi Layanan Pembayaran secara non-tunai atas transaksi e-commerce mengindikasikan masih kuatnya konsumsi pada sekelompok masyarakat dan mengindikasikan meningkatnya preferensi masyarakat dalam bertransaksi secara nontunai di masa pandemi.

Pada triwulan III 2021, jumlah agen LKD di Jawa Timur sebanyak 100.367 agen, meningkat 12,66% (qtq) dibandingkan triwulan II 2021 yang sebanyak 89.086 agen. Sementara itu, jumlah mesin ATM mengalami penurunan sebesar -0,52% (qtq) menjadi sebanyak 11.932 ATM. Lebih lanjut, nominal transaksi menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) mengalami penurunan sebesar -16,35% (qtq) menjadi Rp132,14 triliun. Hal tersebut sebanding dengan transaksi pembayaran melalui LKD yang tetap didominasi oleh transaksi pembayaran tagihan rutin, yang juga menunjukkan penurunan, menjadi sebesar Rp964,08 miliar.

 

Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi ketenagakerjaan pada Agustus 2021 relatif menurun dibandingkan Februari 2021, tercermin dari peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 5,18% pada Februari 2021 menjadi 5,73% dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurun dari 66,14% menjadi 65,98%. Berdasarkan tingkat pendidikannya, terdapat penurunan tenaga kerja pada tingkat pendidikan yang ditamatkan mulai dari SD, SMP, dan Diploma I/II/III, sementara tingkat pendidikan yang ditamatkan SMA, SMK, dan Universitas mengalami peningkatan tenaga kerja.

Sementara itu, kesejahteraan masyarakat pedesaan yang direpresentasikan dengan Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat pada triwulan III 2021 dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) meningkat pada triwulan III 2021. Peningkatan NTP dari 99,03 menjadi 100,58, didorong oleh subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan. Sementara itu kenaikan NTN, dari sebesar 101,24 menjadi 104,15, dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga yang diterima nelayan (It) dari 109,40 menjadi 112,58, sedangkan indeks harga yang dibayar nelayan (Ib) hanya meningkat terbatas dari 108,08 menjadi 108,10.

Secara keseluruhan, pendemi Covid-19 memberikan tekanan pada tingkat kemiskinan Jawa Timur yang mengalami kenaikan. Pada Maret 2021, jumlah penduduk miskin Jawa Timur meningkat, dengan tingkat kemiskinan 11,40%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 11,09%. 


Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2021 dan 2022

Ekonomi Jawa Timur pada keseluruhan tahun 2021 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 sejalan dengan perbaikan ekonomi global dan domestik, namun dengan magnitude yang lebih rendah seiring dengan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang lebih ketat pada triwulan III 2021 untuk memutus rantai penularan Covid-19. Dari sisi permintaan, perbaikan kinerja ekonomi Jawa Timur diperkirakan bersumber dari membaiknya konsumsi RT dan LNPRT, investasi, serta net ekspor antardaerah. Sementara ekspor LN juga diperkirakan tetap tumbuh positif. Kebijakan vaksinasi yang berlangsung secara global ditengarai mendorong semakin luasnya pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif dan peningkatan aktivitas masyarakat yang berimplikasi pada kenaikan permintaan eksternal dan domestik. Dari sisi penawaran, perbaikan ekonomi Jawa Timur diperkirakan ditopang oleh perbaikan kinerja lapangan usaha utama, yakni Industri Pengolahan dan Perdagangan sebagai respon atas kenaikan permintaan domestik dan eksternal. Lebih lanjut, lapangan usaha Konstruksi diperkirakan turut terakselerasi sejalan dengan perluasan pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif dengan protokol kesehatan serta pembangunan proyek-proyek infrastruktur sesuai Perpres 80/2019.

Perekonomian Jawa Timur pada tahun 2022 diperkirakan terakselerasi dibandingkan tahun 2021, sejalan dengan tren perbaikan ekonomi global dan domestik. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada 2022 diperkirakan membaik didorong oleh mobilitas yang terus meningkat sejalan dengan akselerasi vaksinasi, kinerja ekspor yang tetap kuat, pembukaan sektor-sektor prioritas yang semakin luas, stimulus kebijakan yang berlanjut, serta masih berlanjutnya penyelesaian proyek-proyek yang terdapat dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Peraturan Presiden No.80 Tahun 2019.

Sementara itu, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Jawa Timur tahun 2021 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2020, namun masih berada dalam sasaran inflasi nasional 3,0%±1% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi sejalan dengan mulai pulihnya kinerja perekonomian sehingga berdampak pada peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan sekunder dan tersier, di antaranya inflasi kelompok sandang, pendidikan, dan transportasi. Inflasi IHK Jawa Timur diperkirakan kembali meningkat pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2021 sejalan dengan potensi berlanjutnya perbaikan permintaan domestik yang ditopang oleh akselerasi vaksinasi Covid-19 yang mendorong semakin luasnya pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif yang berimplikasi pada kenaikan mobilitas masyarakat dan mendorong peningkatan permintaan, khususnya untuk kebutuhan sekunder dan tersier. Meskipun demikian dengan koordinasi pengendalian inflasi melaui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah, inflasi diperkirakan tetap terjaga di sasaran inflasi nasional 3,0%±1% (yoy).


Lampiran



Kontak
​Contact Center BICARA: (62 21) 131, e-mail : bicara@bi.go.id
Jam operasional Senin s.d. Jumat Pkl. 08.00 s.d 16.00 WIB
Informasi Kantor Perwakilan BI ​Provinsi Jawa Timur​​​



Halaman ini terakhir diperbarui 12/7/2021 9:07 PM
Apakah halaman ini bermanfaat?
Terima Kasih! Apakah Anda ingin memberikan rincian lebih detail?

Baca Juga