LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian Jawa Barat pada triwulan II 2022 mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 5,68% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2022 yang tumbuh sebesar 5,61% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut merupakan manifestasi dari kondisi perekonomian yang terus membaik pada triwulan II 2022 seiring dengan melandainya kasus covid-19, peningkatan aktivitas dan mobilisasi masyarakat akibat relaksasi aturan perjalanan salah satunya pada momen ramadhan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi bersumber dari komponen konsumsi rumah tangga dan ekspor. Peningkatan tinggi konsumsi rumah tangga ini menandakan bahwa telah terdapat perbaikan permintaan domestik sejalan dengan melandainya jumlah kasus pada triwulan II 2022 yang mendorong mobilisasi masyarakat. Di sisi lain, ekspor juga masih tumbuh positif meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan I 2022. Moderasi ini disinyalir terjadi akibat telah mulai termaterealisasinya risiko tekanan global yang telah diprediksi sebelumnya. Eskalasi tensi geopolitik utamanya akibat invasi Rusia ke Ukraina disertai pengenaan sanksi yang lebih luas, kebijakan Zero-Covid Tiongkok, dan percepatan normalisasi kebijakan berbagai negara telah menyebabkan volume perdagangan dunia melambat.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan positif juga tercermin pada kinerja lapangan usaha yang menunjukkan kinerja cukup baik, terutama pada lapangan usaha utama, antara lain industri pengolahan, sektor transportasi & pergudangan, serta sektor penyediaan akomodasi & makanan minuman. Hal ini didorong oleh tingginya permintaan terutama yang berasal dari domestik pada periode Ramadan dan HBKN Idulfitri. Adapun pelonggaran restriksi, termasuk diperbolehkannya mudik lebaran berhasil mendorong kinerja sektor perdagangan, transportasi serta sektor penyediaan akomodasi yang di tahun 2021 lalu tumbuh terbatas.
KEUANGAN PEMERINTAH
Anggaran belanja Jawa Barat pada tahun 2022 secara keseluruhan mencapai Rp169,6 triliun, turun 0,9% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp169,81 triliun. Penurunan pagu anggaran tersebut disebabkan oleh penurunan APBD Provinsi Jawa Barat akibat adanya peralihan distribusi Dana Bantuan Operasional (BOS) yang langsung disalurkan ke Pemerintah Kabupaten/Kota. Pada 2022, anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat (APBD) mengalami surplus sebesar Rp2 triliun. Surplus ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan yang lebih tinggi dari peningkatan pengeluaran. Pada triwulan II 2022, realisasi belanja APBN di Jawa Barat mencapai 39,56% dari alokasi anggaran yang direncanakan. Adapun realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat terhadap pagu anggaran mencapai Rp13,42 triliun atau 42,60%, secara persentase lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2021 yang mencapai 38,69% dari pagu anggaran.
PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Jawa Barat pada triwulan II 2022 tercatat sebesar 4,41% (yoy) dan merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir, serta berada di atas rentang target nasional (3±1%). Berdasarkan kota pembentuk IHK di Jawa Barat, Kota Tasikmalaya mencatatkan IHK tertinggi dengan laju inflasi sebesar 5,12% (yoy), sementara Kota Sukabumi menjadi kota dengan laju inflasi terendah yakni sebear 3,95% (yoy). Anomali cuaca yang ditunjukkan dengan intensitas hujan di atas normal, tensi geopolitik yang menyebabkan disrupsi pasokan komoditas, dan tingginya permintaan seiring Hari Besar Keagamaan Nasiona (HBKN) menjadi faktor utama inflasi periode ini.
Tingginya inflasi pada triwulan II 2022 didorong oleh lonjakan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Sumbangan inflasi kelompok ini disebabkan oleh kenaikan harga komoditas cabai merah, bawang merah, cabai rawit, telur ayam ras, dan tomat. Selain itu, inflasi juga dipengaruhi oleh peningkatan harga pada komoditas bahan bakar rumah tangga dan harga BBM.
Inflasi Jawa Barat pada triwulan III 2022 diperkirakan berada di atas rentang target sasaran inflasi 2022 yakni 3 ± 1%, namun cenderung bias ke bawah seiring dengan panen raya khususnya hortikultura, di tengah masih berlanjutnya disrupsi pasokan akibat tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH & PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
Stabilitas sistem keuangan Jawa Barat pada triwulan II 2022 dengan berlanjutnya tren peningkatan kredit yang disertai dengan risiko kredit yang relatif terjaga meskipun mengalami kenaikan NPL gross. Secara umum, penyaluran kredit di Jawa Barat terus menunjukkan tren perbaikan seiring dengan pemulihan yang terus berlangsung meskipun terdapat sejumlah tantangan global. Penyaluran kredit yang berlokasi di Jawa Barat pada triwulan II 2022 tercatat sebesar Rp809,01 triliun atau tumbuh 9,25% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,42% (yoy).
Peningkatan penyaluran kredit juga terjadi pada kredit UMKM, kredit korporasi, dan kredit rumah tangga. Perbaikan permintaan domestik secara umum berhasil mendorong perekonomian dimana perbankan memiliki rasa optimis terhadap prospek kinerja mayoritas lapangan usaha.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Pada triwulan II 2022, aliran uang kartal masuk ke kantor-kantor Bank Indonesia di Jawa Barat atau mengalami inflow sebesar Rp26,43 triliun. Sementara itu alliran uang kartal keluar (outflow) dari kantor-kantor Bank Indonesia di Jawa Barat tercatat sebesar Rp19,12 triliun, sehingga terjadi net-inflow sebesar Rp7,30 triliun. Adapun inflow dan outflow uang kartal di triwulan II 2022 sama-sama tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2022 seiring dengan tingginya kebutuhan uang kartal masyarakat pada periode HBKN Idulfitri.
Di sisi lain, perkembangan transaksi non tunai baik melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) justru mengalami penurunan. Transaksi melalui SKNBI pada triwulan II 2022 mengalami kontraksi 7,42% (yoy), menurun dibandingkan periode sebelumnya. Sementara, transaksi melalui BI-RTGS secara nilai mengalami perlambatan menjadi 6,16% (yoy) pada periode laporan. Penurunan transaksi SKNBI ditengarai sebagai dampak dari diimplementasikannya BI-FAST di akhir tahun 2021 yang merupakan infrastruktur baru Sistem Pembayaran ritel nasional yang bisa memfasilitasi pembayaran ritel lebih cepat, aman, efisien, dan fleksibel. Adapun perlambatan transaksi melalui BI-RTGS sejalan dengan menurunnya realisasi anggaran pemerintah di wilayah Jawa Barat.
Sementara itu, pembayaran menggunakan kartu (APMK) dan Uang Elektronik (UE) menunjukkan peningkatan yang menunjukan semakin kuatnya akseptansi dan preferensi masyarakat terhadap penggunaan pembayaran secara non tunai baik berbasis kartu maupun berbasis digital.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat pada terus menunjukkan perbaikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang tetap positif di level cukup tinggi pada triwulan II 2022. Membandingkan kondisi Februari 2022 dengan Februari 2021, perbaikan kondisi ketenagakerjaan ditandai oleh peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dan penurunan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPAK pada Februari 2022 mencapai 66,31% atau meningkat sebesar 1,48 persen poin dibandingkan Februari 2021 yang sebesar 64,83%. Sementara itu tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2022 adalah sebesar 8,35%, membaik sebesar 0,57 persen poin dibandingkan dengan Februari 2021 yang sebesar 8,92%, dan membaik sebesar 1,47 persen poin apabila dibandingkan dengan Agustus 2021 tercatat sebesar 9,82%.
Pada Maret 2022, laju perbaikan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat tertahan dibandingkan periode sebelumnya. Tingkat kemiskinan tercatat sebesar 8,06% atau meningkat dibandingkan September 2021 (7,97%), namun membaik jika dibandingkan Maret 2021 (8,40%). Di sisi lain, perbaikan kesejahteraan petani masih tertahan sebagaimana terindikasi dari Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2022 yang tercatat sebesar 98,28, menurun 1,12% (qtq) dibandingkan triwulan I 2022.
PRAKIRAAN PEREKONOMIAN KE DEPAN
Proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2022 kembali mengalami koreksi ke bawah menjadi 3,2% (yoy) seiring dengan masih berlangsungnya konflik geopolitik, tingginya inflasi, perlambatan ekonomi di berbagai kawasan, penurunan volume perdagangan dunia, serta berlanjutnya disrupsi rantai pasokan global. Perekonomian Indonesia 2022 diproyeksikan tumbuh pada rentang 4,5%-5,3% (yoy), sehingga berpotensi tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2021. Permintaan domestik masih menunjukkan peningkatan searah dengan terkendalinya pandemi Covid-19, didukung masih positifnya kinerja ekspor, serta terjaganya stabilitas sistem keuangan.
Searah perbaikan ekonomi nasional, perekonomian Jawa Barat 2022 diperkirakan tumbuh pada rentang 4,7%-5,5% (yoy). Setelah mencatat kinerja menggembirakan pada triwulan II 2022 yang tumbuh 5,68% (yoy), tantangan risiko perlambatan ekonomi ke depan perlu diwaspadai, antara lain kinerja ekspor dan investasi yang berpotensi tumbuh lebih rendah, seiring menurunnya prospek ekonomi dan volume perdagangan global. Namun demikian, masih terdapat optimisme kinerja perekonomian pada triwulan-triwulan mendatang yang diperkirakan masih tumbuh positif pada tingkat yang cukup tinggi.
Kuatnya permintaan domestik perlu dijaga dengan akselerasi ekonomi melalui penguatan ekspansi fiskal daerah, dorongan realisasi investasi dan berlanjutnya pembangunan infrastruktur, serta keberlangsungan aktivitas lapangan usaha utama. Tingginya inflasi patut diwaspadai bersama, dengan sinergitas dan kolaborasi untuk terus menjaga ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga, khususnya komoditas strategis yang diperlukan masyarakat.