Organisasi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat

Erwin Gunawan Hutapea

Direktur Eksekutif – Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Barat

Peta

Kontak

​Jl. Braga No. 108
​Bandung, 40111​
Telp: (022) 4230223
Fax: (022) 4230224

​Secara geografis, Jawa Barat berada pada posisi: 5°50' - 7°50' LS dan 104°48' - 104°48 BT dengan luas wilayah daratan 35.377,76km2. Dari 18 kabupaten dan 9 kota yang ada, kabupaten dengan luas wilayah terbesar adalah Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah mencapai 4.145,70km2. Sementara kota terluas adalah Kota Bekasi dengan luas wilayah mencapai 206,61 km2. Berdasarkan topografisnya, Jawa Barat merupakan daratan yang dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500mdpl, wilayah lereng bukit yang landai di tengah dengan ketinggian 100-1.500mdpl, wilayah daratan luas di utara dengan ketinggian 0-10mdpl, dan wilayah aliran sungai. 

Pada tanggal 4 Oktober 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya Provinsi Banten, yang berada di bagian barat dengan pusat pemerintahan yang berada di kota Serang. Jawa Barat dihuni oleh tiga suku asli di Jawa Barat yaitu Suku Sunda (termasuk Sunda Banten) yang berbahasa Sunda, Suku Betawi yang berbahasa Melayu dialek Betawi, dan Suku Cirebon yang berbahasa Bahasa Cirebon (dengan keberagaman dialeknya), sebagaimana berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003.
Masyarakat Jawa bagian Barat dikenal sebagai masyarakat agamis dengan kekayaan warisan budaya dengan perilaku sosial yang berfalsafah pada silih asih, silih asah, silih asuh, yang secara harfiah berarti saling mengasihi, saling memberi pengetahuan, dan saling mengasuh diantara warga masyarakat. 

Masyarakat Jawa Bagian Barat memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kebajikan. Hal ini terekspresikan pada pepatah “ulah unggut kalinduan, ulah gedag kaanginan” yang berarti konsisten dan konsekuen terhadap kebenaran serta keserasian antara hati nurani dan rasionalitas. Juga dalam pepatah “sing katepi ku ati sing kahontal ku akal”, yang berarti sebelum bertindak tetapkan dulu dalam hati dan pikiran secara seksama. Tatanan kehidupannya lebih mengedepankan keharmonisan seperti tergambar pada pepatah; “herang caina beunang laukna” yang berarti menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru atau prinsip saling menguntungkan.

Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2018 diperkirakan sebanyak 48,68 juta jiwa. Berdasarkan struktur umur, jumlah penduduk dengan usia 15 tahun ke bawah mencapai 26,29 %, penduduk usia produktif 15-64 tahun sebesar 68,12%, dan penduduk usia 64 tahun ke atas sebesar 5,59%. Dengan demikian, dependency ratio atau angka ketergantungan yang menggambarkan jumlah penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif di Jawa Barat pada tahun 2018 sebesar 46,81%. Dengan kata lain, setiap 100 penduduk usia produktif di Jawa Barat menanggung sekitar 47 orang penduduk usia belum/tidak produktif. Adapun jumlah angkatan kerja Jawa Barat pada Agustus 2018 sebanyak 22,63 juta jiwa atau 46,48% dari total jumlah penduduk. Berdasarkan pendidikan terakhirnya, distribusi angkatan kerja di Jawa Barat terdiri dari : 37,39% lulusan SD; 18,43% lulusan SMP; 32,35% lulusan SMA/SMK/MA; dan 11,83% lulusan Universitas. 

Dari total angkatan kerja tersebut, sebanyak 1,85 juta jiwa berstatus tidak bekerja atau dengan kata lain tingkat pengangguran terbuka (TPT) Jawa Barat pada tahun 2019 mencapai 8,04%. TPT di Jawa Barat bergerak dalam tren menurun selama 3 tahun terakhir, yakni pada 2017 sebesar 8,72% dan pada 2018 sebesar 8,23%. Berdasarkan tingkat pendidikannya, TPT tertinggi adalah pada kelompok lulusan SMA sederajat sebesar 10,89% dan SMP sebesar 8,39%.

Secara spasial, penduduk terbesar berada di Kabupaten Bogor sebanyak 5,84 juta jiwa, diikuti Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bekasi masing-masing 3,72 juta dan 3,63 juta jiwa. Sedangkan kabupaten/kota dengan populasi terkecil adalah Kota Banjar yang memiliki 182 ribu penduduk. Hampir tiga per empat atau 72,5% penduduk Jawa Barat tinggal di daerah perkotaan, sebagai akibat dari masuknya industri yang mendorong terjadinya urbanisasi. Daerah penyangga Ibukota seperti Bogor, Depok, dan Bekasi yang terbagi ke dalam 5 wilayah administrasi Kabupaten/Kota menyumbang hampir sepertiga dari total penduduk Jawa Barat atau 32,52% populasi.

Kepadatan penduduk Jawa Barat mencapai 1.256,51 jiwa per km2. Secara spasial, dari 27 kabupaten/kota, 15 diantaranya memiliki tingkat kepadatan penduduk lebih dari 1.000 jiwa per km2. Kota Cimahi dan Kota Bandung menjadi daerah terpadat dengan tingkat kepadatan masing-masing mencapai 15.478 jiwa per km2 dan 14.932 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk menunjukkan penurunan, yaitu dari 1,54% pada kurun waktu tahun 2000-2010 menjadi 1,49% pada tahun 2010-2018.

Jawa Barat lebih dari tiga dekade telah mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, pada tahun 2018, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat mencapai Rp1.983,31 triliun dan menyumbang 13,06% dari total PDB nasional. Pangsa PDRB Jawa Barat terhadap PDB menempati posisi ketiga setelah DKI Jakarta (17,20%) dan Jawa Timur (14,65%). Perekonomian Jawa Barat memiliki peran yang strategis terhadap nasional mengingat lokasinya yang berdekatan dengan DKI Jakarta, menjadi penyangga produksi pertanian, dan sentra industri manufaktur Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, perekonomian Jawa Barat terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan, diantaranya adalah industri mesin, alat angkut dan peralatan, elektronik, industri tekstil barang kulit dan alas kaki, serta industri logam. Selain itu, perekonomian Jawa Barat juga ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan serta sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor. 

Dari sisi harga, inflasi Jawa Barat dibentuk oleh 7 kota, yakni Bandung, Bekasi, Depok, Bogor, Cirebon, Sukabumi, dan Tasikmalaya. Berdasarkan faktor penyumbangnya, penyebab utama fluktuasi harga barang/jasa di Jawa Barat antara lain faktor musiman (panen bahan pangan), ekspektasi inflasi, kebijakan pemerintah terkait harga strategis seperti bensin, listrik, dan air, kurs, perayaan hari besar keagamaan nasional seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal, serta struktur pasar yang cenderung terkonsentrasi pada beberapa pelaku tertentu. 

Perkembangan Makroekonomi Regional
Perekonomian Jawa Barat tahun 2019 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp1.497,71 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp43,09 juta. Provinsi Jawa Barat memiliki peranan yang strategis dalam perekonomian nasional. Selain karena faktor kedekatan lokasi dengan DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan sekaligus pusat perekonomian Indonesia, Jawa Barat juga mempunyai keunggulan dari sisi geografi. Kemudahan aksesibilitas dan dekatnya jarak antara daerah sentra produksi ke pusat-pusat pasar Jabotabek menjadikan Jawa Barat mempunyai posisi strategis dalam menghasilkan produk-produk yang diperlukan oleh daerah Jabotabek.

Meningkatnya kegiatan industrialisasi telah mengakibatkan transformasi dalam struktur ekonomi regional di Jawa Barat, dari semula mengandalkan sektor pertanian dan sektor pertambangan bergerak menuju sektor industri pengolahan sebagai sektor andalan baru. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat pada tahun 1984 terutama dibentuk oleh 3 (tiga) sektor ekonomi dominan yaitu sektor jasa (45,18%), sektor pertanian (20,40%), dan sektor pertambangan & penggalian (18,81%), dengan pangsa keseluruhan sebesar 84,39% terhadap PDRB. Adapun kontribusi sektor industri pengolahan baru sebesar 15,61%. Kini tiga puluh lima tahun kemudian, kontribusi sektor industri pengolahan (khususnya dimulai sejak tahun 2000) menjadi paling dominan, dan pada tahun 2019 mencapai 41,60% dari total PDRB Jawa Barat. Pola perubahan struktur ekonomi regional Jawa Barat tersebut sejalan dengan proses transformasi struktural yang terjadi dalam perekonomian nasional maupun perekonomian di berbagai negara. Sejalan dengan hal tersebut, investasi yang disalurkan ke Jawa Barat terbesar ke sektor industri pengolahan dengan pangsa mencapai 42,05% untuk PMDN dan 39,88% untuk PMA.

Pada tahun 2019, 3 (tiga) sektor ekonomi utama Jawa Barat terdiri dari industri pengolahan (41,60%); perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor (15,23%); pertanian, kehutanan, dan perikanan (8,77%) serta konstruksi (8,53%). Adapun pangsa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terus menurun dari sebelumnya. Penurunan ini terutama seiring dengan terus meningkatnya pangsa sektor konstruksi yang menduduki peringkat keempat, yakni dari 8,44% pada tahun 2018 menjadi 8,53% pada tahun 2019. Sejalan dengan potret sektor ekonomi utama tersebut, pada tahun 2019 komposisi penyerapan tenaga kerja terbesar adalah sektor perdagangan, hotel & restoran (29,92%) dan sektor industri pengolahan (20,93%). 

Pada posisi ketiga, terjadi perubahan di mana sebelumnya sejak tahun 2011 hingga 2015 penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian menduduki peringkat ketiga, namun pada tahun 2019 digeser oleh sektor jasa sosial dengan pangsa sebesar 15,69%. Adapun pangsa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian terus menurun dari 20,92% pada tahun 2011 menjadi 13,81% pada tahun 2019. Seiring dengan meningkatnya industrialisasi serta meingkatnya kinerja sektor konstruksi, angkatan kerja yang berprofesi sebagai petani terus menurun dan memiliki preferensi lebih tinggi untuk menjadi tenaga kerja di pabrik atau tenaga kerja proyek bangunan. 

Perekonomian Jawa Barat pada tahun 2019 tumbuh 5,07% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 5,66% (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nasional sebesar 5,02% (yoy). Di kawasan Jawa, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2019 berada pada urutan paling rendah. 

A. Produksi Pertanian Unggulan
Berdasarkan pangsanya terhadap produksi nasional, diketahui bahwa Jawa Barat secara umum memiliki  keunggulan dan menjadi kontributor terbesar untuk produksi jenis sayur-sayuran. Adapun beberapa komoditas di mana Jawa Barat termasuk ke dalam kategori tiga besar provinsi penyumbang produksi terbesar secara nasional adalah:
1. Bawang Daun
2. Buncis
3. Cabai Besar
4. Kacang Merah
5. Kacang Panjang
6. Ketimun
7. Lobak
8. Terung
9. Tomat
10. Ubi Jalar
11. Cabai Rawit
12. Kembang Kol
13. Kentang
14. Kubis
15. Wortel

B. Produksi Peternakan Unggulan
Sementara untuk produk peternakan dan turunannya, Jawa Barat menjadi salah satu dari kategori tiga besar provinsi penyumbang produksi terbesar secara nasional untuk sejumlah komoditas sebagai berikut:
1. Daging Ayam Ras
2. Daging Kambing
3. Daging Sapi
4. Daging Kerbau
5. Daging Itik
6. Telur Ayam Ras
7. Telur Ayam Petelur
8. Susu Segar

C. Produksi Perkebunan Unggulan
Sementara untuk produk perkebunan, Jawa Barat menjadi Provinsi dengan pangsa produksi komoditas teh terbesar di Indonesia 
Dalam rangka mendorong serta optimalisasi potensi pariwsata Jawa Barat, Bappeda Jawa Barat telah menyusun roadmap pengembangan destinasi wisata kelas dunia Provinsi Jawa Barat untuk tahun 2016-2025. Dari 9 (sembilan) kawasan pariwisata strategis yang ada, pengembangan kawasan akan difokuskan kepada 3 (tiga) wilayah prioritas yakni: (1) kawasan strategis pariwisata kreatif Bandung dan sekitarnya; (2) kawasan strategis pariwisata sejarah dan keraton di Cirebon dan sekitarnya; dan (3) kawasan strategis geowisata Pelabuhan Ratu-Ciletuh-Ujunggenteng dan sekitarnya.
 
A. Kawasan Strategis Pariwisata Kreatif Bandung dan Sekitarnya
Sebagai salah satu kota kreatif di Indonesia, Bandung telah mampu mengembangkan variasi wisata yang baik dan mampu bersaing dengan kota besar lainnya di Indonesia. Sebagai pusat pendidikan di Jawa Barat, Bandung memiliki cagar budaya yang sarat dengan nilai edukasi seperti misalnya Universitas, museum, dan masjid raya. Selain itu, seni budaya wayang, angklung dan sejenisnya juga memberikan keberagaman wisata budaya dan pendidikan.

Wisata belanja, kuliner dan kerajinan tangan juga berkembang dengan baik di Bandung. Pusat perbelanjaan, factory outlet, dan kafe menawarkan variasi produk untuk berbagai kalangan. Wisata alam dan taman bertemakan edukasi serta pusat kebugaran/olahraga tersebar di Bandung dengan keberagaman yang baik.

Tema Wisata Nama Destinasi Gambar Bangunan, Museum, Pengetahuan
• ITB, UNPAD
• Museum Geologi
• Museum  Asia Afrika
• Gedung Sate
• Bosscha
• Masjid Raya Bandung
 
Seni dan Budaya
• Saung Angklung Udjo
• Wayang golek
• Degung
• Calung  

Mall dan Belanja
• Factory Outlet
• Pasar Baru
• Cihampelas Walk
• BTC, BIP
• PVJ  

Kuliner
• Pascal Food Market
• Braga
• Jalan Riau, Dago
• Lembang Milk, Yogurt  

Amusement and Theme Park
• Bandung Treetop
• Kampung Gajah
• Rumah Sosis
• Trans Studio
• Taman Lalulintas  

Sentra Kerajinan Tangan dan Souvenir
• Sentra Jeans Cihampelas
• Sepatu Cibaduyut
• Kampung boneka Sukajadi
• Sentra Rajutan Binong
• Sentra Kaos Suci
• Sentra keramik Kiaracondong
 
Wisata Alam Pemandangan
• Curug Dago
• Tangkuban Perahu
• Kawah Putih
• Punclut
• Goa Jepang
• Kawah Domas
• Ciater
 
Olahraga
• Lapangan Gasibu
• Sabuga
• Giri Gahan Golf  

B. Kawasan Strategis Pariwisata Sejarah dan Keraton di Cirebon dan sekitarnya
pada rencana pengembangan kawasan strategis pariwisata sejarah dan keraton di Cirebon akan diarahkan pada peningkatan image wisata sejarah yang sarat dengan nilai-nilai edukasi khususnya terkait budaya dan sejarah. Target pengunjung tidak sebatas pada turis domestik, namun juga menyasar turis asing, khususnya yang memiliki ketertarikan terhadap budaya dan sejarah.

Tiga keraton paling utama yang dijadikan unggulan adalah Keraton Kesepuhan, keraton Kanoman dan Keraton Kecerbonan. Berada dalam satu wilayah yang berdekatan memberikan keuntungan bagi pengunjung dari sisi lokasi. Selain keraton, wilayah Cirebon memiliki potensi wisata dalam hal cagar budaya yang beragam, mulai dari Masjib bersejarah, gedung bersejarah, maupun tugu dan icon. Dalam hal ini, integrasi antara wisata keraton dengan cagar alam bisa dijadikan salah satu potensi wisata khususnya dalam kota. Selain potensi keraton dan cagar budaya, Kota Cirebon dan sekitarnya memiliki potensi alam yang melimpah. Taman wisata Goa Sunyaragi, pemandian Cibulan, pantai Kejawanan, maupun taman telah tersedia. Pengembangan wisata juga dapat diperkaya dengan kerajinan khas dan kuliner seperti misalnya topeng Cirebon, lukisan kaca, dan lain sebagainya, seperti disajikan dibawah ini.

Tema Wisata Destinasi :
Sejarah

• Keraton Kesepuhan
• Keraton Kanoman
• Keraton Kecerbonan  

Cagar Budaya
• Masjid (Agung, Baitul Karim, dll)
• Tugu Kemerdekaan
• Gedung Linggarjati
• Kelenteng
• Balai Kota
• Makam, dll  

Alam
 • Gua Sunyaragai
• Taman Kalijaga
• Taman Ade Irma
• Pantai Kejawanan
• Pemandian Cibulan  

Kerajinan Khas dan Kuliner
• Topeng Cirebon
• Batik
• Lukisan Kaca
• Kerajinan Rotan dan Kerang
• Nasi Jamblang dan Empal Gentong  

C. Kawasan Strategis Geowisata Pelabuhan Ratu -Ciletuh - Ujunggenteng
Kawasan Pelabuhan Ratu – Ciletuh - Ujunggenteng memiliki potensi wisata yang belum dikembangkan secara optimal. Salah satu wisata unggulan yang saat ini gencar di promosikan adalah Ciletuh Geopark Sukabumi yang telah mendapat sertifikat resmi sebagai geopark nasional dari Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO dan Kementrian ESDM. Dengan wisata utama alam, kawasan ini berbasis konservasi, edukasi dengan keragaman geologi, hayati dan budaya. Selain kondisi geologi yang unik, terdapat beberapa air terjun yang dapat dikunjungi wisatawan yakni Curug Cimarinjing. Curug Awan, Curug puncak Manik, dll.
Selain wisata alam sebagai unggulan destinasi wisata, wilayah Ciletuh juga memiliki potensi hasil kerajinan khususnya kerajinan bamboo. Dengan integrase antara alam, kerajinan, budaya diharapkan dapat mengembangkan wisata Ciletuh.

Tema Wisata Destinasi :
Alam
• Sungai Citarik
• Pantai Ratu, Unjung Genteng
• Air Terjun, dll
• Wisata Simpenan Desa
Kertajaya
• Geopark  

Industri Kreatif
• Pusat Kerajinan Bambu  

D. Obyek Wisata Di Kota Bandung & Sekitarnya
Tempat Bersejarah
Gedung Bank Indonesia Jawa Barat. Menurut sejarah pembangunannya, Gedung Kantor Bank Indonesia yang semula bernama De Javasche Bank ini didirikan di Bandung untuk melindungi aset negara Hindia Belanda dari ancaman ekspansi Inggris akibat adanya perang Boer di Afrika Selatan. Keputusan untuk mendirikan cabang De Javascge Bank di Bandung dimulai dengan surat No.165 oleh J. Reijsenbach yang merupakan presiden ke-10 De Javasche Bank. Dalam suratnya beliau meminta kepada Dewan Militer Hindia Belanda untuk membuka kantor cabang di Bandung.

Gedung Javasche Bank yang dirancang oleh Edward Cuypers, Fermont, dan Hulswit ini terdiri dari dua buah gedung. Yang pertama disebut dengan Gedung Perintis yang terletak di sisi Jalan Perintis Kemerdekaan. Sedangkan gedung kedua disebut dengan Gedung Braga yang dibangun di ruas Jalan Braga, di depan Gedung Kertamukti. Jika dilihat dari bangunannya, Gedung Perintis terlihat lebih baru, hal ini dikarenakan gedung ini sudah pernah mengalami renovasi. Gedung BI ini dibangun pada tahun 1909 dengan nama De Javasche Bank yang kemudian pada tahun 1953 diambil alih dan diresmikan sebagai Bank Indonesia. 

Gedung Sate
Dengan ciri khasnya berupa ornamen tusuk sate pada menara sentralnya, telah lama menjadi penanda atau markah tanah Kota Bandung. Gedung Sate pada mulanya direncanakan sebagai gedung pusat pemerintahan untuk mengakomodasi pemindahan pusat pemerintahan Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung. Gedung Sate yang dibangun dengan arsitek kepala Ir. J Gerber dengan dibantu tim kerja Kol. V.L. Slors, Ir. E. H. de Roo, dan maestro arsitek Belanda Dr. Hendrik Petrus Berlage. Dalam proses pembangunannya, proyek ini termasuk proyek yang terbesar pada jamannya, yang kabarnya menghabiskan dana sebesar enam juta gulden yang pada akhirnya disimbolkan dengan enam buah jambu air dalam bentuk sate yang terdapat pada ornamen menara Gedung Sate. Gedung Sate ini sendiri mulai dibangun pada tahun 1920, tepatnya 27 Juli 1920 dilakukan peletakan batu pertama oleh Nona Johanna Catherina Coops yang merupakan putri sulung dari Walikota Bandung B. Coops, dan Nona Petronella Roelofsen, yang mewakili Gubernur Jenderal Batavia. Saat ini Gedung sate masih dipergunakan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

Gedung Merdeka
Gedung merdeka terletak di Jalan Asia-Afrika. Bangunan ini pertama kali dibangun pada tahun 1895 dan dinamakan Sociëteit Concordia, dan pada tahun 1926 bangunan ini direnovasi seluruhnya oleh Wolff Schoemacher, Aalbers dan Van Gallen. Pada masa pendudukan Jepang gedung ini dinamakan Dai Toa Kaman dengan fungsinya sebagai pusat kebudayaan.

Dengan keputusan pemerintah Republik Indonesia (1954) yang menetapkan Kota Bandung sebagai tempat Konferensi Asia Afrika, maka Gedung Concordia terpilih sebagai tempat konferensi tersebut. Pada saat itu Gedung Concordia adalah gedung tempat pertemuan yang paling besar dan paling megah di Kota Bandung. Lokasinya pun sangat strategis di tengah-tengah Kota Bandung serta dan dekat dengan hotel terbaik di kota ini, yaitu Hotel Savoy Homann, dan Hotel Preanger.

Setelah terbentuk Konstituante Republik Indonesia sebagai hasil pemilihan umum tahun 1955, Gedung Merdeka dijadikan sebagai Gedung Konstituante. Karena Konstituante dipandang gagal dalam melaksanakan tugas utamanya, yaitu menetapkan dasar negara dan undang-undang dasar negara, maka Konstituante itu dibubarkan oleh Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Selanjutnya, Gedung Merdeka dijadikan tempat kegiatan Badan Perancang Nasional dan kemudian menjadi Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang terbentuk tahun 1960. 

Gedung Indonesia Menggugat
Gedung ini terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan, dan memiliki arsitektur indis. Partisipasi beragam komunitas masyarakat dan komitmen pengurus GIM mewujudkan aura kepemilikan bersama di tempat Sukarno membacakan pledoi Indonesia Menggugat di tahun 1930.

Masjid Raya Jawa Barat
Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat, yang dulu dikenal dengan nama Masjid Agung Bandung adalah masjid yang terletak di alun-alun Bandung, Jl. Asia-Afrika. Status masjid ini adalah sebagai masjid provinsi bagi Jawa Barat. Masjid ini pertama dibangun tahun 1810, dan sejak didirikannya, Masjid Agung telah mengalami delapan kali perombakan pada abad ke-19, kemudian lima kali pada abad 20 sampai akhirnya direnovasi lagi pada tahun 2001 sampai sampai peresmian Masjid Raya Bandung 4 Juni 2003 yang diresmikan oleh Gubernur Jabar saat itu, H.R. Nuriana. Masjid baru ini, yang bercorak Arab, menggantikan Masjid Agung yang lama, yang bercorak khas Sunda.

Monumen Bandung Lautan Api
Monumen Bandung Lautan Api, merupakan monumen yang menjadi markah tanah Bandung. Monumen ini setinggi 45 meter, memiliki sisi sebanyak 9 bidang. Monumen ini dibangun untuk memperingati peristiwa Bandung Lautan Api, dimana terjadi pembumihangusan Bandung Selatan yang dipimpin oleh Muhammad Toha.

Monumen ini berada di tengah-tengah kota yaitu terletak di kawasan Lapangan Tegallega. Monumen ini menjadi salah satu monumen terkenal di Bandung. Monumen ini menjadi pusat perhatian setiap tanggal 23 Maret mengenang peristiwa Bandung Lautan Api.

Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat
Tujuan dibangunnya Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat adalah sebagai Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat dikenal oleh masyarakat dengan istilah “Monju” (Monumen Perjuangan) dan terletak di Jl. Dipati Ukur. Monju memiliki koleksi yang peristiwa-peristiwa kesejarahan di wilayah Jawa Barat yang ditata di ruangan pameran tetap. Koleksi berupa diorama-diorama dan relief-relief kesejarahan Jawa Barat.

Obyek Wisata Alam & Budaya Daerah Kota Bandung
Obyek wisata berupa pertunjukan seni mencakup permainan angklung, tarian tradisional, dan wayang golek ini dibangun tahun 1966 oleh Udjo Ngalena dengan tujuan melestarikan seni dan budaya tradisional Sunda. Sanggar angklung ini terletak di Jl. Padasuka No.118, Telp. 7201587.

Taman Hutan Raya (Ir. H. Djuanda)
Obyek wisata ini luasnya + 590 hektar dan digunakan juga sebagai penelitian botani. Didalamnya terdapat gua peninggalan Belanda dan Jepang serta monumen Ir. H. Juanda, jarak +9km dari pusat kota Bandung. 
Daerah Bandung Barat, Subang, dan Sekitarnya

Peneropongan Bintang (Bosscha)
Obyek wisata berupa tempat peneropongan bintang yang didirikan pada tahun 1923, jarak + 16 km menuju ke arah Lembang.
 
The Lodge Maribaya
Kawasan yang beralamat di Jln. Maribaya Timur Km. 6, Lembang ini dikelilingi hutan pinus yang lebat. Dengan tagline escape to nature, kawasan wisata ini menawarkan berbagai aktivitas menarik seperti outbond, camping, dll.

Sari Ater
Obyek wisata yang menonjolkan pemandangan alam dan sumber air panas, dengan fasilitas resort, restaurant, kolam renang air panas, jarak + 30 km menuju ke arah Subang. 

Tangkuban Perahu
Obyek wisata gunung berapi dengan kawah bekas letusan, serta tempat bumi perkemahan jarak +20km menuju ke arah Subang.

Farm House Lembang
Ressort yang berlokasi di Jl. Raya Lembang No.108 ini merupakan area rekreasi keluarga yang dirancang seperti layaknya pedesaan Eropa. Ada kandang kuda, domba, kelinci, dan bangunan-bangunan bergaya tradisional yang difungsikan sebagai toko oleh-oleh, resto, dan cafe.

Daerah Bandung Selatan
Kawah Putih
Obyek wisata gunung berapi dengan berbagai ukuran kawah yang putih, jarak +25km menuju ke arah Ciwidey.

Kebun Strawberry
Produk agrowisata unggulan dari Kabupaten Bandung, khususnya daerah Ciwidey, terdiri dari banyak kebun strawberry tradisional hingga kebun dengan pengelolaan tradisional, dan pengunjung bebas memilih dan memetik strawberry langsung.

Situ Patenggang
Obyek wisata danau dengan pemandangan alam, jarak +30km menuju ke arah Ciwidey.

Pangalengan
Obyek wisata pemandangan alam dengan perkebunan teh air panas, dan Situ Leunca, serta daerah penghasil susu terbesar di Indonesia, jarak +65km menuju ke arah Bandung Selatan.

Daerah Garut & Sekitarnya
Obyek wisata sumber air panas, dengan fasilitas hotel, restaurant, kolam renang air panas, jarak +60km menuju arah Garut.

Kawah Kamojang
Obyek wisata berupa kumpulan 20 kawah dan dimanfaatkan sebagai pusat listrik tenaga bumi terbesar di Indonesia, jarak +37km di Selatan kota Bandung. 

Candi Cangkuang
Candi yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda. Terletak di Desa Cangkuang, Kabupaten Garut.

Situ Bagendit
Obyek wisata danau dengan pemandangan alam, jarak +70km menuju ke arah Garut.
Daerah Cianjur, Sukabumi, Pangandaran & Bogor

Taman Bunga Nusantara 
Taman Bunga Nusantara diresmikan tanggal 10 September 1995. Luas keseluruhan taman 23ha yang dipenuhi keindahan display warna dan bentuk bunga dari berbagai belahan dunia. Alamat: Ds. Kawung Lumuk, Kec. Sukarsmi, Cipanas.

Kebun Wisata Pasir Mukti 
Kebun Wisata Agro yang ramah lingkungan dengan panorama hamparan sawah di antara kebun buah dan kolam ikan. Terletak di Jl. Raya Tajur Pasirmukti KM.4, Citereup.

Pantai Palabuhan Ratu
Pantai Palabuhanratu, atau lebih populer sebagai Pantai Pelabuhan Ratu, adalah sebuah tempat wisata di pesisir Samudra Hindia di selatan Jawa Barat. Lokasinya terletak sekitar 60km ke arah selatan dari Kota Sukabumi.

Green Canyon Pangandaran
Objek wisata yang juga dikenal dengan Cukang Taneuh (jembatan tanah) ini berlokasi di Desa Kertayasa, Kab. Ciamis dan berjarak kurang lebih 31km dari Pangandaran. Nama Green Canyon sendiri disebabkan karena airnya yang jernih kehijauan dari sungai dan lumut hijau berlimpah di sisi tebing. 
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat (KPw BI Provinsi Jawa Barat) ditetapkan sebagai koordinator kantor-kantor Bank Indonesia di wilayah Jawa-Barat (Tasikmalaya dan Cirebon) sejak tanggal 19 Maret 1986. Fungsi koordinator ini pada tahun 1996 diperluas hingga meliputi wilayah Bandar Lampung dan Palembang. Seiring dengan pelaksanaan reorganisasi KPw BI, sejak tahun 2007, kantor perwakilan berubah nama menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) dengan wilayah koordinasi yang disesuaikan meliputi wilayah Jawa Barat (Tasikmalaya & Cirebon) dan Banten (Serang). Kemudian pada reorganisasi yang berlangsung pada akhir tahun 2014, nomenklatur kembali diubah menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat dengan wilayah koordinasi meliputi Tasikmalaya dan Cirebon.

Sejalan dengan meningkatnya aktivitas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat dalam perekonomian regional dan nasional, dirasakan daya tampung gedung lama dirasakan sudah kurang memadai. Untuk itu, Direksi Bank Indonesia memutuskan untuk memperluas gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat yang diresmikan pada tahun 1998. Perluasan bangunan baru tersebut menempati lahan seluas + 13.730 meter persegi, dengan luas bangunan sekitar 11.900 meter persegi.
Sampai dengan tahun 2020, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat telah dipimpin oleh 33 (tiga puluh tiga) Kepala Perwakilan. Pada bulan Januari 2020, tongkat estafet kepemimpinan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat dilanjutkan oleh Bapak Herawanto, setelah dipimpin oleh Bapak Doni P. Joewono periode November 2018 hingga Desember 2019.​

Baca Juga