Pertumbuhan ekonomi dunia melambat dengan ketidakpastian yang masih tinggi. Ekonomi Amerika Serikat (AS) masih tumbuh kuat, sementara ekonomi Tiongkok melambat. Secara keseluruhan, Bank Indonesia masih memprakirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 sebesar 2,9%. Inflasi di negara maju masih di atas target dengan tekanan yang mulai mereda. Dengan perkembangan inflasi ini, suku bunga kebijakan moneter termasuk Federal Funds Rate (FFR) diprakirakan bertahan tinggi dalam jangka waktu yang lama (higher for longer). Ketidakpastian pasar keuangan masih berlanjut dan berpengaruh terhadap volatilitas aliran modal dan tekanan nilai tukar di negara emerging market.
Pertumbuhan ekonomi Nasional tetap kuat didukung oleh permintaan domestik. Kinerja ekonomi triwulan III 2023 tumbuh sebesar 4,94% (yoy), ditopang oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi di tengah turunnya konsumsi Pemerintah dan kinerja ekspor. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap baik pada triwulan IV 2023, tecermin pada beberapa indikator dini seperti keyakinan konsumen, ekspektasi penghasilan, dan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan dalam kisaran 4,5-5,3%. Inflasi tetap rendah dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1%, yaitu sebesar 2,56% (yoy) pada Oktober 2023. Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan mempererat sinergi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1% pada 2023.
Perekonomian DKI Jakarta dengan pangsa 16,62% terhadap nasional, pada triwulan III 2023 tetap tumbuh kuat sebesar 4,93% (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (5,13% yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi DKI Jakarta terutama disebabkan oleh konsumsi Pemerintah yang terkontraksi serta perlambatan ekspor dan investasi. Konsumsi Pemerintah mengalami kontraksi sebesar 15,87% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh positif (6,06% yoy) disebabkan oleh kontraksi pada belanja pegawai serta belanja barang dan jasa. Selanjutnya, perlambatan juga terjadi pada ekspor yang pada triwulan III 2023 tumbuh 5,82% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (8,93% yoy) yang dipengaruhi oleh kontraksi pada ekspor barang terutama untuk komoditas produk kimia, ikan dan udang, serta lemak dan minyak hewan/nabati seiring dengan tertahannya ekonomi Tiongkok. Adapun kinerja investasi juga tumbuh sedikit lebih rendah menjadi sebesar 4,17% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 4,22% (yoy) yang terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja investasi swasta sejalan dengan wait and see investor jelang Pemilu 2024. Di sisi lain, permintaan domestik yang tercermin dari kinerja konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat.
Dari sisi sektoral atau lapangan usaha, melambatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta terutama disebabkan oleh melambatnya kinerja LU perdagangan dengan pertumbuhan sebesar 3,99% (yoy) pada triwulan III 2023, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (4,67% yoy). Selain itu, perlambatan juga bersumber dari menurunnya kinerja LU transportasi dan pergudangan serta LU jasa lainnya dipengaruhi oleh melambatnya kinerja transportasi barang sejalan dengan menurunnya kinerja ekspor serta menurunnya aktivitas rekreasi pasca HBKN Idulfitri pada triwulan II 2023.
Memasuki triwulan IV 2023, perekonomian DKI Jakarta diperkirakan masih akan tetap tumbuh tinggi meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan terutama dipengaruhi oleh melambatnya kinerja konsumsi rumah tangga dan ekspor sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian perekonomian global. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang masih cukup baik diperkirakan ditopang oleh baiknya kinerja investasi, konsumsi Pemerintah, dan konsumsi LNPRT yang masing-masing didorong oleh akselerasi penyelesaian proyek strategis baik Pemerintah maupun swasta, penyerapan belanja Pemerintah pada akhir tahun, serta peningkatan aktivitas jelang pemilu 2024.
DRPD Provinsi DKI Jakarta baru saja mengesahkan rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) 2023 pada September 2023. Adapun, pagu APBD-P Jakarta mengalami penurunan dari APBD murni menjadi sekitar Rp79,5 Triliun, atau lebih rendah 4,16% dari APBD-P 2022. Lebih lanjut, berdasarkan APBD-P 2023 yang telah disahkan, DKI Jakarta pada tahun 2023 diprakirakan akan kembali mengalami defisit anggaran.
Pada triwulan III 2023, kinerja Pendapatan Daerah di DKI Jakarta tumbuh melambat. Melambatnya pertumbuhan Pendapatan Daerah utamanya disebabkan oleh kontraksi realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Transfer. Perlambatan kinerja pada penerimaan Pajak Daerah utamanya disebabkan oleh penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang tercatat kontraksi setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan positif. Perlambatan lebih jauh pada kinerja penerimaan Pajak Daerah di DKI Jakarta pada triwulan laporan tertahan oleh kinerja positif pada komponen Pajak Hiburan dan Pajak Hotel. Dari sisi belanja, realisasi Belanja Daerah tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan rerata historis periode yang sama. Capaian belanja yang lebih rendah pada triwulan laporan disebabkan oleh realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal yang tercatat lebih rendah.
Kinerja APBN di DKI Jakarta dari sisi Pendapatan dan Hibah pada triwulan III 2023 telah mencapai 91,46% dari total pagu anggaran. Dari sisi belanja, realisasi belanja APBN di DKI Jakarta pada triwulan laporan tumbuh melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan kinerja ini utamanya disebabkan oleh kontraksi pada hampir seluruh komponen belanja APBN kecuali komponen belanja modal yang mencatatkan pertumbuhan positif pada triwulan laporan.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Jakarta pada triwulan III 2023 tercatat sebesar 1,89% (yoy), melandai dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 3,20% (yoy). Capaian inflasi ini juga lebih rendah jika dibandingkan inflasi Nasional yang sebesar 2,28% (yoy). Terkendalinya inflasi sejalan dengan eratnya sinergi pengendalian inflasi TPID melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, kestabilan harga, dan komunikasi efektif. Berdasarkan komoditasnya, penyumbang inflasi terbesar pada triwulan III 2023 diantaranya beras, kontrak rumah, daging ayam ras, rokok kretek filter, dan upah asisten rumah tangga. Memasuki triwulan IV 2023, perkembangan inflasi Jakarta pada Oktober 2023 tercatat mengalami peningkatan dengan inflasi sebesar 2,08% (yoy). Ke depan, inflasi IHK Jakarta diprakirakan akan tetap terkendali dalam rentang sasaran 3±1%.
Intermediasi perbankan membaik dengan didukung ketahanan yang terjaga. Di tengah kenaikan suku bunga acuan dan tetap tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, sinergi bauran kebijakan pro stability dan pro growth Bank Indonesia sebagai bagian bauran kebijakan nasional mampu menjaga ketahanan dan mendorong intermediasi perbankan tetap tumbuh positif pada triwulan III 2023. Pertumbuhan tersebut terutama didukung oleh masih kuatnya penawaran di tengah permintaan yang relatif terbatas.
Dari sisi penawaran, perbankan memiliki kapasitas yang baik untuk menyalurkan kredit sejalan dengan kondisi likuiditas yang memadai dan risiko kredit yang terjaga rendah. Kecukupan likuiditas perbankan ditopang oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK). Adapun risiko kredit yang terjaga rendah tercermin dari penurunan rasio Non Performing Loans (NPL) sehingga mendorong perbankan tetap dapat menerapkan standar penyaluran kredit yang longgar. Selain itu, kapasitas perbankan diperkuat oleh berbagai pelonggaran kebijakan dan insentif makroprudensial sebagai inovasi kebijakan Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan.
Sementara itu dari sisi permintaan, kredit korporasi meningkat terbatas seiring meningkatnya tekanan kinerja korporasi akibat perlambatan permintaan global. Tingkat profitabilitas korporasi nonkeuangan sedikit menurun sejalan penurunan tingkat penjualan. Meskipun demikian, kemampuan membayar korporasi nonkeuangan tetap baik tercermin dari rendahnya rasio NPL kredit korporasi.
Sejalan dengan perkembangan kinerja sektor korporasi, kinerja sektor rumah tangga pada triwulan III 2023 juga membaik terbatas. Kondisi ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen yang tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kinerja sektor UMKM terus meningkat sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat. Kenaikan pertumbuhan kredit UMKM didorong oleh permintaan kredit dari skala mikro dan kecil terutama dari sektor perdagangan. KPwBI Provinsi DKI Jakarta terus melakukan berbagai program untuk mendukung perbaikan produktivitas serta peningkatan kapasitas UMKM baik dari sisi SDM maupun pengembangan usaha.
Perkembangan nilai transaksi sistem pembayaran tunai dan nontunai mengonfirmasi terus berlanjutnya pemulihan ekonomi Jakarta. Pada triwulan III 2023, arus kas tercatat net outflow sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga. Transaksi nontunai pada berbagai instrumen pembayaran yaitu BI-RTGS, SKNBI, serta APMK baik jenis kartu debet dan kartu kredit, juga mengalami peningkatan nilai. Sementara itu, transaksi e-commerce mengalami sedikit perlambatan.
Seiring dengan perbaikan kinerja ekonomi, serapan tenaga kerja di DKI Jakarta periode Agustus 2023 mengalami kenaikan, diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran dan bertambahnya porsi pekerja formal. Dari sisi sektoral, peningkatan serapan tenaga kerja di DKI Jakarta periode Agustus 2023 terutama terjadi pada sektor jasa perdagangan, penyedia akomodasi, dan pengangkutan.
Pada 2023, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta diprakirakan masih tumbuh tinggi pada kisaran 4,8-5,2% (yoy) sejalan dengan mobilitas masyarakat yang terus meningkat, optimisme masyarakat yang masih baik, semakin tingginya aktivitas pariwisata, MICE dan event baik skala nasional maupun internasional, serta berlanjutnya berbagai proyek infrastruktur strategis baik Pemerintah maupun swasta. Dari sisi pengeluaran, motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta pada 2023 masih bersumber dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Sementara itu, dari sisi lapangan usaha (LU) perekonomian DKI Jakarta pada 2023 akan ditopang oleh pertumbuhan beberapa LU utama yaitu perdagangan besar dan eceran dan reparasi kendaraan bermotor, konstruksi, serta informasi dan komunikasi.
Pada 2024, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta diprakirakan meningkat pada kisaran 4,8-5,6% (yoy) sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik dan masih baiknya permintaan eksternal. Meningkatnya perekonomian domestik didorong oleh membaiknya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi serta masih baiknya permintaan eksternal sejalan dengan perbaikan ekonomi negara-negara ASEAN dan Timur Tengah. Sementara itu, dari sisi lapangan usaha (LU) perekonomian DKI Jakarta pada 2024 akan ditopang oleh meningkatnya 5 (lima) sektor ekonomi utama yaitu perdagangan, konstruksi, industri pengolahan, informasi dan komunikasi, serta jasa keuangan. Namun demikian, beberapa risiko yang perlu dicermati yang dapat menahan perbaikan lebih lanjut utamanya yaitu berlanjutnya tensi geopolitik, tertahannya pemulihan ekonomi Tiongkok, dan keberlanjutan stance moneter ketat AS.
Inflasi DKI Jakarta pada 2023 diprakirakan akan menurun dibandingkan tahun sebelumnya dan terkendali dalam rentang sasaran 3±1% (yoy). Pada 2024, inflasi Jakarta juga diperkirakan akan tetap terkendali, dengan sasaran inflasi yang semakin rendah sebesar 2,5±1% (yoy). Perkiraan tersebut terutama didukung oleh kondisi cuaca yang lebih kondusif pasca berlangsungnya El-Nino pada 2023 yang juga didukung oleh penguatan program pengendalian inflasi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).