Di tengah ketidapkastian pasar keuangan global yang tetap tinggi, prospek ekonomi dunia diprakirakan masih tumbuh positif sebesar 3,1% pada tahun 2024. Masih solidnya prospek ekonomi dunia bersumber dari tetap kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang ditopang utamanya oleh kuatnya permintaan domestik. Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi juga diprakirakan terjadi di kawasan eropa dan ASEAN-5, walaupun pertumbuhan lebih lanjut diprakirakan tertahan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi di beberapa kawasan akibat berlanjutnya ketidakpastian penurunan fed fund rate dan ketegangan geopolitik yang menyebabkan banyak investor global lebih berhati-hati.
Pada level nasional, ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan di tengah konstelasi ekonomi global yang terus menunjukan ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2024 tercatat sebesar 5,11% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,04% (yoy). Kenaikan pertumbuhan ekonomi nasional ini terutama didukung oleh solidnya permintaan domestik yang bersumber dari peningkatan konsumsi swasta maupun pemerintah sebagai dampak positif pelaksanaan Pemilu 2024 dan hari libur nasional. Sementara itu, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2024 tercatat mengalami penurunan dari 3,00% (yoy) menjadi 2,84% (yoy). Penurunan tekanan inflasi ini utamanya bersumber dari inflasi inti dan inflasi administered prices (AP) yang rendah serta inflasi volatile food (VF) yang juga mengalami penurunan. Perkembangan inflasi yang tetap terjaga tidak terlepas dari konsistensi kebijakan moneter serta sinergi erat pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali di dalam sasaran 2,5±1% pada tahun 2024.
Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I 2024 tetap tumbuh kuat sebesar 4,78% (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,85%, yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang tetap kuat ditopang oleh meningkatnya konsumsi Rumah Tangga (RT), konsumsi Pemerintah dan konsumsi lembaga non-profit rumah tangga (LNPRT). Konsumsi RT tumbuh meningkat yang terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi pada kelompok hotel dan restoran serta kelompok transportasi, komunikasi, rekreasi dan budaya. Selanjutnya, konsumsi Pemerintah juga tumbuh lebih baik yang terutama didorong oleh meningkatnya belanja pegawai sejalan dengan kenaikan gaji ASN dan penyaluran THR yang lebih awal serta meningkatnya belanja barang dan jasa untuk mendukung aktivitas pemilu. Meningkatnya aktivitas pemilu dan lembaga keagamaan serta organisasi masyarakat pada bulan Ramadhan juga turut mendorong kenaikan pertumbuhan konsumsi LNPRT pada triwulan I 2024. Di sisi lain, ekspor dan investasi tumbuh melambat. Perlambatan ekspor terutama disebabkan oleh kontraksi pada ekspor barang, sementara tertahannya kinerja investasi dipengaruhi oleh wait and see investor pada periode pemilu sebagaimana pola historisnya. Sementara itu, pertumbuhan impor mengalami peningkatan, terutama peningkatan impor jasa yang didorong oleh meningkatnya outbond tourism.
Dari sisi sektoral atau lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Jakarta terutama ditopang oleh meningkatnya kinerja beberapa LU utama Jakarta seperti LU perdagangan, LU konstruksi, dan LU infokom. Sementara itu, LU utama lainnya seperti LU industri pengolahan tumbuh negatif yang terutama dipengaruhi oleh melambatnya kinerja ekspor. LU jasa keuangan juga tumbuh lebih rendah sejalan dengan melambatnya kinerja jasa penunjang keuangan.
Memasuki triwulan II 2024, perekonomian DKI Jakarta diprakirakan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan didorong oleh meningkatnya konsumsi RT sejalan dengan tingginya permintaan pada HBKN Idulfitri, HBKN Iduladha, serta berlangsungnya long weekend dan berbagai event pada triwulan II 2024. Peningkatan juga didorong oleh meningkatnya konsumsi Pemerintah sejalan dengan kenaikan belanja pegawai untuk gaji ke-13 serta kenaikan belanja bansos untuk HBKN Idulfitri. Kinerja investasi juga diprakirakan meningkat sejalan dengan masih masuknya investasi untuk proyek strategis Pemerintah dan swasta yang bersifat multitahun. Di sisi lain, kinerja LNPRT diprakirakan melambat namun masih tetap tumbuh tinggi. Hal ini disebabkan oleh berakhirnya pemilu di tengah meningkatnya aktivitas ormas keagamaan dalam rangka HBKN Idulfitri.
Dari sisi fiskal, pada triwulan I 2024, capaian realisasi Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta sebesar 13,03% dari pagu APBD 2024, dimana capaian tersebut tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan capaian pada triwulan I tahun 2023 yang sebesar 23,00% dari pagu. Tidak hanya bersumber dari peningkatan pagu dibandingkan tahun sebelumnya, capaian realisasi yang lebih rendah pada periode laporan juga disebabkan oleh capaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Transfer yang lebih rendah. Capaian realisasi Belanja Daerah juga tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan triwulan sama tahun sebelumnya, yakni 10,70% dari pagu pada triwulan laporan. Pencapaian realisasi belanja yang lebih rendah disebabkan oleh komponen Belanja Operasi dan Belanja Modal yang terkontraksi.
Berdasakan rilis data oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta, kinerja APBN di wilayah DKI Jakarta pada triwulan I 2024 menunjukkan tren positif, hal ini didorong oleh peningkatan kinerja Belanja di tengah kinerja Pendapatan yang termoderasi. Kinerja Pendapatan yang termoderasi disebabkan oleh pendapatan dari perpajakan yang melambat. Pada triwulan laporan, kinerja PPN, PPh Migas, dan PPh-Nonmigas terkontraksi. Kendati demikian, peningkatan penerimaan bagian laba BUMN yang tumbuh signifikan menahan penurunan Pendapatan K/L di Jakarta. Dari sisi Belanja K/L, pada triwulan I 2024 terdapat realisasi sebesar Rp 181,52 triliun atau sebesar 21,70% dari pagu dan tumbuh 29,90% (yoy). Capaian ini didorong oleh peningkatan pada seluruh komponen Belanja K/L di Jakarta.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Jakarta pada triwulan I 2024 tercatat sebesar 2,18% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,28% (yoy). Capaian inflasi ini juga lebih rendah jika dibandingkan inflasi Nasional yang sebesar 3,05% (yoy). Relatif terkendalinya inflasi tidak terlepas dari upaya pengendalian inflasi pangan sebagai hasil sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Berdasarkan komoditasnya, penyumbang inflasi terbesar pada triwulan I 2024 diantaranya beras, daging ayam ras, cabai merah, emas perhiasan, dan tomat. Memasuki triwulan II 2024, perkembangan inflasi Jakarta pada Mei 2024 tercatat mengalami penurunan dengan inflasi sebesar 2,08% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang inflasi sebesar 2,11% (yoy). Ke depan, inflasi IHK Jakarta diprakirakan akan tetap terkendali di dalam sasaran 2,5±1% pada 2024.
Intermediasi perbankan meningkat dengan didukung ketahanan yang tetap terjaga. Dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit meningkat ditopang oleh kondisi likuiditas perbankan yang memadai seiring peningkatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), penguatan strategi funding dari sumber pendanaan lainnya serta implementasi berbagai pelonggaran kebijakan makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan. Sejalan dengan itu, risiko kredit terjaga rendah, sehingga mendorong perbankan tetap dapat menerapkan standar penyaluran kredit yang longgar.
Dari sisi permintaan, kredit korporasi meningkat seiring dengan membaiknya kinerja korporasi. Tingkat profitabilitas korporasi non keuangan mengalami kenaikan sejalan dengan meningkatnya penjualan. Dengan demikian, kemampuan membayar korporasi non keuangan tetap terjaga tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loans) kredit korporasi.
Sejalan dengan perbaikan kinerja sektor korporasi nonkeuangan, kinerja sektor rumah tangga pada triwulan I 2024 juga tetap terjaga baik. Kondisi ini tercermin dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit sektor rumah tangga tumbuh positif meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sektor UMKM juga terus membaik sejalan dengan peningkatan daya beli dan mobilitas masyarakat. Kredit UMKM meningkat didorong oleh kenaikan permintaan kredit dari UMKM skala menengah di tengah tetap kuatnya permintaan kredit dari UMKM skala mikro dan kecil. KPwBI Provinsi DKI Jakarta terus melakukan berbagai program untuk mendukung perbaikan produktivitas serta peningkatan kapasitas UMKM baik dari sisi SDM maupun pengembangan usaha.
Perkembangan nilai transaksi sistem pembayaran pada triwulan I 2024 mengonfirmasi masih kuatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta. Hal ini terindikasi dari arus kas yang mencatat net outflow dan transaksi nontunai BI-RTGS yang tumbuh meningkat. Selain itu, tren transaksi digital semakin berkembang, seiring peningkatan transaksi QRIS. Sementara transaksi kartu kredit dan kartu debet menurun. Dari sisi Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB), nilai transaksi jual dan beli valuta asing (dalam Rupiah) Penyelenggara KUPVA BB meningkat sebesar 38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan riwulan sebelumnya yang sebesar 26% (yoy); seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan. Dari sisi Penyedia Jasa Pembayaran Layanan Remitansi (PJP LR), terdapat kenaikan transaksi incoming (dari luar negeri ke DKI Jakarta) dan domestik (di wilayah DKI Jakarta). Sedangkan transaksi outgoing (dari DKI Jakarta ke luar negeri) mengalami penurunan.
Seiring dengan perbaikan kinerja ekonomi, serapan tenaga kerja di DKI Jakarta periode Februari 2024 mengalami kenaikan, diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran. Berdasarkan status pekerjaan utama, sektor formal masih mendominasi penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta. Dari sisi sektoral, peningkatan serapan tenaga kerja terutama terjadi LU Perdagangan Besar dan Eceran Kemudian, diikuti oleh LU sektor-sektor utama Jakarta lainnya yaitu penyediaan akomodasi dan makan minum, LU Transportasi dan Pergudangan, LU Industri Pengolahan, LU Jasa Lainnya.
Tingkat kemiskinan di DKI Jakarta mengalami penurunan menjadi sebesar 4,44% pada Maret 202, menurun dibandingkan Maret 2022 yang sebesar 4,69%. Tingkat kemiskinan di DKI Jakarta juga tercatat lebih rendah dibandingkan Nasional yang pada Maret 2023 berada pada level 9,36% Menurunnya tingkat kemiskinan tersebut sejalan dengan peningkatan kinerja perekonomian DKI Jakarta dan pengurangan jumlah pengangguran. Selain itu, gencarnya program bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi turut berkontribusi dalam menjaga tingkat konsumsi masyarakat miskin.
Pertumbuhan ekonomi Jakarta tahun 2024 diprakirakan tetap kuat pada kisaran 4,8-5,6% (yoy) sejalan dengan masih kuatnya optimisme konsumen, semakin tingginya aktivitas MICE dan event di Jakarta, berlangsungnya pemilu, serta berlanjutnya pembangunan proyek strategis. Dari sisi pengeluaran, perbaikan ekonomi Jakarta pada 2024 didorong oleh membaiknya konsumsi rumah tangga seiring dengan terjaganya daya beli serta meningkatnya aktivitas MICE dan event; membaiknya konsumsi Pemerintah sejalan dengan perbaikan postur APBN dan APBD, serta meningkatnya kinerja investasi sejalan dengan berlanjutnya pembangunan proyek strategis Pemerintah. Di sisi lain, kinerja ekspor diprakirakan masih akan tertahan sejalan dengan meluasnya tensi geopolitik dan pembatasan kuota ekspor di beberapa negara. Sementara itu, dari sisi lapangan usaha (LU) perekonomian DKI Jakarta pada 2024 akan ditopang oleh pertumbuhan positif 5 (lima) sektor ekonomi utama yaitu perdagangan, konstruksi, industri pengolahan, informasi dan komunikasi, serta jasa keuangan. Namun demikian, beberapa risiko yang perlu dicermati yang dapat menahan perbaikan lebih lanjut utamanya yaitu tertahannya perekonomian global, meluasnya tensi geopolitik, dan keberlanjutan stance moneter ketat AS (higher for longer).