PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN IV 2020 DAN KESELURUHAN TAHUN 2020
Masih berlangsungnya pandemi
COVID-19 berdampak pada masih tertahannya kinerja ekonomi Bali. Pada triwulan
IV 2020, ekonomi Bali masih terkontraksi meskipun sedikit membaik dibanding
triwulan sebelumnya. Ekonomi Bali tercatat kontraksi 12,21% (yoy), lebih baik
dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 12,32% (yoy). Masih
kontraksinya ekonomi Bali disebabkan oleh masih berlangsungnya penyebaran
COVID-19 yang menyebabkan sejumlah negara masih melakukan kebijakan travel
restriction dan lockdown. Hal ini kemudian berdampak pada menurunnya jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali sehingga menekan kinerja
pariwisata. Perbaikan ekonomi Bali secara terbatas terutama didorong oleh
adanya libur natal dan tahun baru yang mendorong kunjungan wisatawan nusantara
(wisnus) ke Bali. Dari sisi pengeluaran, perbaikan kinerja ekonomi Bali
bersumber kinerja dari konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor luar negeri.
Sementara dari sisi Lapangan Usaha (LU), perbaikan ekonomi bersumber dari
kinerja LU utama Bali yaitu LU penyediaan akomodasi makan-minum (akmamin),
LU perdagangan, serta LU pertanian.
Secara keseluruhan tahun 2020, ekonomi Bali tumbuh kontraksi, 9,31% (yoy),
lebih rendah dibanding tahun 2019 yang tumbuh positif. Adanya pandemi COVID-19
yang berlangsung sejak Maret 2020 membuat berbagai negara menerapkan kebijakan
travel restriction sehingga kunjungan wisatawan menurun signifikan.
PROSPEK
EKONOMI TRIWULAN I 2021
Kinerja perekonomian Bali pada
triwulan I 2021 diprakirakan akan mengalami pemulihan. Adanya proses vaksinasi
untuk COVID-19 berdampak positif pada confidence konsumen dan optimisme pelaku
usaha. Dari sisi pengeluaran, perbaikan kinerja diprakirakan bersumber dari
pemulihan kinerja konsumsi RT, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor luar
negeri. Dari sisi lapangan usaha, perbaikan kinerja perekonomian secara
terbatas diprakirakan bersumber dari perbaikan kinerja LU utama ekonomi Bali,
yaitu LU pertanian, akamamin, konstruksi, serta perdagangan.
PERKEMBANGAN
KEUANGAN PEMERINTAH
Realisasi belanja dan transfer
pemerintah (APBD dan APBN) di Bali sampai dengan triwulan IV tahun 2020
tercatat sebesar Rp33,61 triliun atau terkontraksi 6,83% (yoy). Capaian ini
lebih rendah dibandingkan dengan realisasi belanja tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar Rp38,41 triliun. Kondisi ini disebabkan penurunan serapan
belanja daerah di tingkat APBN, APBD Provinsi, dan APBD kabupaten/kota.
Demikian juga, realisasi pendapatan daerah di Bali sampai dengan triwulan IV
tahun 2020 tercatat mengalami kontraksi, terlihat dari penurunan realisasi
pendapatan APBD Provinsi Bali sedalam 18,05% (yoy), serta penurunan realisasi
pendapatan APBD gabungan kabupaten/kota Bali sedalam 6,07% (yoy).
PERKEMBANGAN INFLASI
Realisasi inflasi Provinsi Bali
pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar 0,80% (yoy), melandai dibandingkan
dengan realisasi inflasi triwulan III 2020 yang tercatat 0,95% (yoy). Realisasi
inflasi tersebut juga lebih rendah dibanding dengan realisasi inflasi Nasional
pada periode yang sama (1,68% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh turunnya
tekanan harga di sebagian besar kelompok barang. Sementara itu, untuk
keseluruhan tahun 2020 inflasi Bali tercatat melandai jika dibandingkan dengan
inflasi 2019. Melandainya tekanan inflasi tidak terlepas dari penurunan
permintaan akibat perlambatan ekonomi di masa pandemi Covid-19. Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), baik pada tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota di Wilayah Bali, terus mengawal pergerakan harga di sepanjang
2020.
PROSPEK
INFLASI TRIWULAN I 2021
Inflasi Bali pada triwulan I 2021
diprakirakan sedikit meningkat dibanding dengan triwulan IV 2020, namun lebih
rendah dibandingkan sasaran inflasi Nasional yang sebesar 3%±1%(yoy).
Peningkatan tekanan harga ini disebabkan oleh adanya beberapa HBKN, seperti
Imlek, Isra Mi'raj, Nyepi, dan Paskah. Adanya berbagai HBKN diprakirakan
meningkatkan permintaan untuk komoditas bahan makanan dan juga canang sari.
Namun demikian, dimulainya panen tanaman hortikultura serta normalisasi pasokan
daging ayam ras diprakirakan dapat menahan peningkatan tekanan inflasi lebih
jauh.
PERKEMBANGAN
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Secara umum, kondisi stabilitas
keuangan di Bali pada triwulan IV 2020 masih terjaga. Penghimpunan Dana Pihak
Ketiga (DPK) di Wilayah Bali pada triwulan IV 2020 tercatat terkontraksi
sebesar 1,51% (yoy), lebih terbatas dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang terkontraksi sebesar 3,48% (yoy). Perbaikan DPK ini terutama bersumber
dari peningkatan deposito (pangsa 38,86%) dan penurunan kontraksi tabungan
(pangsa 50,81%).
Penyaluran kredit korporasi
pada triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar 5,24%(yoy), berbalik arah dari
triwulan sebelumnya yang naik 0,88%(yoy). Dari sisi penggunaan, turunnya
kinerja penyaluran kredit korporasi bersumber dari penyaluran kredit
modal kerja yang terkontraksi lebih dalam, serta penurunan kredit investasi
yang sebelumnya masih tumbuh. Kredit modal kerja korporasi turun 13,06% (yoy),
lebih dalam dari triwulan sebelumnya (-2,06%, yoy). Kredit investasi pada
triwulan laporan terkontraksi sebesar 1,43%, berbalik arah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya (2,35%, yoy). Sementara itu, kualitas kredit korporasi
sedikit membaik. Pada triwulan IV 2020, NPL kredit korporasi tercatat sebesar
6,29%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,79%).
Pada triwulan IV 2020, kredit
rumah tangga terkontraksi 2,33%(yoy), terkontraksi dari triwulan lalu yang
tumbuh 1,45% (yoy). Turunnya kredit rumah tangga bersumber dari seluruh jenis
penggunaan, terutama dari melambatnya kredit kendaraan bermotor. Sementara itu,
risiko kredit RT masih terjaga cukup baik, tercermin dari tingkat NPL yang
masih cukup rendah dan berada di bawah 5%. Lebih lanjut, NPL pada triwulan IV
2020 sedikit menurun (1,67%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (2,12%).
Dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan III 2020, kredit UMKM meningkat pada triwulan IV 2020 sejalan
dengan program PEN yang diberikan oleh pemerintah, namun lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2019. Kredit UMKM tumbuh sebesar 1,67% (yoy),
meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,17% (yoy). Peningkatan
penyaluran kredit UMKM di Bali terutama bersumber dari kredit UMKM LU industri
(pangsa 6,84%) dan LU Akmamin (pangsa 13,97%), sejalan dengan perbaikan LU
tersebut dalam perekonomian Bali. Sementar aitu, risiko kredit UMKM masih
terjaga. NPL kredit UMKM pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar 2,64%, membaik
dibandingkan triwulan lalu (3,20%) maupun tahun 2019 (2,75%) dan masih terjaga
di bawah 5%.
PERKEMBANGAN
SISTEM PEMBAYARAN
Aliran uang kartal perbankan di
Provinsi Bali pada triwulan IV 2020 mengalami net outflow sebesar Rp2,18
triliun sejalan dengan upaya pemenuhan kebutuhan uang
tunai selama proses pemulihan ekonomi, serta peningkatan kebutuhan likuiditas
untuk perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (Natal) dan libur akhir tahun.
Sejalan dengan membaiknya perekonomian Bali pada triwulan IV 2020, nilai
transaksi BI-RTGS dan SKNBI tercatat membaik meskipun masih terkontraksi.
Perbaikan kinerja juga terlihat pada transaksi sistem pembayaran nontunai
ritel, yang tercermin dari peningkatan transaksi kartu kredit dan kartu
ATM/Debit, peningkatan transaksi dan jumlan akun Uang Elektronik, serta
peningkatan transaksi e-commerce yang mencapai 69,84%(yoy).
Di sisi lain, transaksi penukaran valuta asing di Bali masih
terkontraksi 91,29% (yoy), sejalan dengan penurunan jumlah wisman sebagai
konsumen utama KUPVA BB di Bali yang masih berlangsung hingga akhir tahun 2020.
KPwBI Prov Bali terus melakukan upaya untuk menjaga kelancaran
sistem pembayaran, diantaranya melalui layanan kas yang berfokus pada pemenuhan
likuiditas serta penerapan kebijakan clean money policy, sampai dengan
upaya perluasan SP nontunai berbasis QRIS yang bersifat nirsentuh/contactless
sebagai penyesuaian di masa pandemi COVID-19. Upaya elektronifikasi juga kerap
dilakukan melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan stakeholders.
PERKEMBANGAN
KESEJAHTERAAN
Kinerja perekonomian Bali yang
masih terkontraksi pada triwulan IV berdampak pada peningkatan jumlah
pengangguran dan jumlah penduduk miskin. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
tercatat meningkat dari 1,57% pada Agustus 2019 menjadi 5,63% (yoy) pada
Agustus 2020, sejalan dengan kebijakan pembatasan aktivitas akibat pandemi
COVID-19. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, LU Pertanian menjadi penyumbang
terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali, menggeser dominasi LU
Perdagangan dengan pangsa 22,51% dari total penduduk yang bekerja.
Sementara itu, kondisi
kesejahteraan di Bali menurun, tercermin dari peningkatan jumlah penduduk
miskin. Persentase penduduk miskin Bali pada September 2020 tercatat sebesar
4,45%, atau sejumlah 196,92 ribu orang, meningkat dibandingkan dengan periode
Maret 2020 yang sebesar 3,78% (165,19 ribu orang) dan periode September 2019
yang sebesar 3,61% (156,91 ribu orang).
PROSPEK EKONOMI
BALI
Implementasi vaksinasi dan
sinergi kebijakan nasional & daerah diperkirakan akan mendorong momentum
perbaikan ekonomi Bali di tahun 2021. Pada triwulan II 2021 perekonomian Bali
diperkirakan akan menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Dari sisi pengeluaran, membaiknya perekonomian bersumber dari
seluruh komponen, terutama konsumsi swasta, konsumsi pemerintah dan investasi.
Dari sisi lapangan usaha, perbaikan ekonomi bersumber dari seluruh lapangan
usaha utama. Untuk keseluruhan tahun 2021 ekonomi Bali diperkirakan meningkat
dibandingkan tahun 2020, yakni di kisaran 3,5% s/d 4,5% (yoy).
PROSPEK
INFLASI BALI
Sejalan dengan perkiraan membaiknya perekonomian pada 2021, tekanan inflasi
diperkirakan sedikit meningkat dan berada pada sasaran inflasi nasional 3%±1%
(yoy). Kecukupan pasokan komoditas pokok dan koordinasi serta langkah-langkah
strategis yang dilakukan TPID berkontribusi terhadap terkendalinya risiko
inflasi tahun 2021
