Laporan Perekonomian Provinsi

BI Icon

​​​​​​​​Bank Indonesia DIY, ​​BPS DIY​, DJPb DIY, BPKAD DIY

6/2/2021 12:00 AM
Hits: 8332

Laporan Perekonomian DI Yogyakarta Mei 2021

DI Yogyakarta
Triwulan

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perekonomian DIY pada Triwulan I 2021 mengalami peningkatan. Meski jika dibandingkan triwulan sebelumnya hanya tumbuh 0,86% (qtq), tetapi secara tahunan terakselerasi 6,14% (yoy) mengakhiri kontraksi ekonomi dalam 4 (empat) triwulan terakhir. Pertumbuhan ekonomi DIY ini relatif lebih baik dibanding Jawa (-0,83%; yoy) maupun nasional (-0,74%; yoy).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DIY ditopang oleh komponen investasi. Kinerja investasi mulai mencatatkan capaian positif yang sejalan dengan pembangunan proyek multiyear yang terus dilaksanakan, seperti pembangunan jembatan pada JJLS dan pembangunan Tol Jogja – Solo, dan peningkatan investasi non bangunan pada triwulan laporan.  Selain itu, komponen konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen terbesar pembentuk PDRB DIY kembali melanjutkan tren perbaikan sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat di triwulan laporan dan perbaikan penghasilan karena peningkatan UMR.

Sementara itu dari sisi lapangan usaha, peningkatan kinerja ekonomi DIY dipengaruhi oleh perbaikan kinerja di beberapa Lapangan Usaha (LU) utama. Beberapa LU dapat tumbuh positif, antara lain LU Informasi dan Komunikasi, LU Pertanian, LU Industri Pengolahan, dan LU Konstruksi. LU Informasi dan Komunikasi (Infokom) bertumbuh 31,9% (yoy) sejalan dengan meningkatnya penyelenggaraan kegiatan berbasis daring. LU Pertanian juga bertumbuh tinggi 10,9% (yoy) ditopang oleh cuaca yang mendukung, hasil panen yang cukup baik, dan statistical based effect akibat pergeseran masa panen ke Triwulan II 2020. LU Konstruksi juga tercatat tumbuh 11,4% (yoy) sejalan dengan mulai dilakukannya konstruksi Proyek Strategi Nasional Kereta Bandara YIA dan KRL Jogja-Solo dan proyek strategis daerah JJLS (multiyears). Selanjutnya, LU Industri Pengolahan mencatatkan perbaikan dengan tumbuh tipis 0,4% (yoy), terutama terjadi pada industri makanan dan minuman yang merupakan pangsa terbesar dari industri pengolahan di DIY.

Walaupun kinerja perekonomian DIY pada triwulan I 2021 meningkat, namun tingkat inflasi DIY masih stabil rendah. Inflasi DIY triwulan I 2021 tercatat 1,43% (yoy). Capaian inflasi ini naik tipis dibanding realisasi inflasi DIY akhir 2020 yakni 1,40% (yoy). Meskipun demikian, capaian inflasi DIY lebih tinggi dibandingkan capaian inflasi Nasional (1,37%; yoy). Rendahnya inflasi DIY ini menunjukkan tingkat konsumsi yang masih rendah. Ekspektasi inflasi masyarakat masih dalam level yang terjaga, sehingga pergerakan harga komoditas masih tetap berada pada rentang yang wajar.

Peningkatan aktivitas ekonomi pada Triwulan I 2021 berdampak pada perbaikan tingkat ketenagakerjaan penduduk. Berdasarkan survei BPS pada Februari 2021, sektor ekonomi yang mengalami perbaikan kinerja juga mencatatkan kenaikan persentase penduduk bekerja. Selain itu, penduduk usia kerja DIY yang terdampak COVID-19 mencapai 428 ribu orang, turun 21,35% dibanding survei sebelumnya pada Agustus 2020 (540 ribu orang). Hal ini juga menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) DIY pada Februari 2021 (4,28%) sudah menunjukkan perbaikan jika dibandingkan dengan yang sebelumnya (4,57%). Perbaikan ini berdampak positif pada keyakinan masyarakat untuk kembali bekerja.

Rasio NPL Perbankan masih terjaga, namun perbankan belum mampu mendongkrak pertumbuhan kredit sebagaimana yang diharapkan. Quantitative easing yang diberikan kepada perbankan mampu menjaga likuiditas dan permodalan dari perbankan, sehingga perbankan mampu memberikan restrukturisasi kredit dan memberikan pinjaman permodalan kepada debitur yang terdampak COVID-19. Rasio kredit macet (NPL gross) terjaga pada level 2,67%, namun kecukupan likuiditas tersebut belum mampu mendorong intermediasi perbankan di DIY. Pada triwulan I 2021, penyaluran kredit tercatat masih tumbuh rendah pada tingkat 3,56% (yoy), meskipun sudah terdapat indikasi perbaikan tipis dibanding triwulan sebelumnya (3,12%, yoy). Penyebab penyaluran kredit masih rendah dikarenakan bank semakin selektif dalam memberikan kredit akibat tingkat risiko yang masih tinggi. Selain itu, permintaan kredit dari pelaku ekonomi juga belum tinggi.

Dari sisi kelancaran Sistem Pembayaran tunai maupun nontunai terjaga baik. Dari sisi pembayaran tunai, pada Triwulan I 2021 peredaran uang yang tercatat di Bank Indonesia DIY mengalami net outflow sebesar Rp1,68 triliun. Kondisi net outflow ini telah terjadi dalam empat triwulan berturut-turut, yang mengindikasikan tingginya kebutuhan uang tunai di masyarakat yang didorong oleh pemberian bantuan sosial dari PEN. Sementara itu pandemi COVID-19 terus mengakselerasi transaksi secara online. Transaksi uang elektronik pada Triwulan I 2021 tercatat meningkat 129% (yoy). Adapun transaksi e-commerce turut mengalami peningkatan 91,60% (yoy). Kedepan, akselerasi transaksi pembayaran ini diperkirakan akan terus berlanjut, sejalan dengan upaya Bank Indonesia dalam mendorong gerakan nontunai.

Berdasarkan hasil asesmen Bank Indonesia, perbaikan ekonomi DIY diperkirakan masih terus berlanjut di sepanjang 2021. Perbaikan ekonomi 2021 dilandasi oleh 2 (dua) prasyarat utama yaitu kesuksesan pengendalian pandemi COVID-19 dan efektivitas belanja fiskal. Kami meyakini vaksinasi merupakan game changer untuk pemulihan ekonomi. Apabila program vaksinasi pemerintah berjalan sesuai target, hal ini akan memberikan ekspektasi positif pada masyarakat sehingga berdampak mendorong konsumsi. Sementara itu, inflasi DIY pada 2021 diperkirakan meningkat dibandingkan capaian pada 2020 dan diperkirakan berada pada titik tengah sasaran inflasi 3,0±1% (yoy).


Lampiran

​​

Kontak
​Contact Center BICARA: (62 21) 131, e-mail : bicara@bi.go.id
Jam operasional Senin s.d. Jumat Pkl. 08.00 s.d 16.00 WIB
Informasi Kantor Perwakilan BI Provinsi D.I. Yogyakarta
Halaman ini terakhir diperbarui 6/9/2021 5:09 PM
Apakah halaman ini bermanfaat?
Terima Kasih! Apakah Anda ingin memberikan rincian lebih detail?

Baca Juga