I. ASESMEN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH
- Perekonomian Riau pada triwulan IV 2022 tumbuh positif, meski mengalami perlambatan. Kinerja ekonomi Riau tumbuh 4,10% (yoy), terdeselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 4,58% (yoy). Perlambatan ekonomi Riau pada triwulan IV 2022 dipengaruhi oleh termoderasinya kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Konsumsi Rumah Tangga (RT). Penurunan kinerja PMTB atau investasi terutama terjadi pada komponen investasi bangunan, sejalan dengan rendahnya intensitas pembangunan proyek infrastruktur pada akhir tahun 2022 yang tercermin pada penurunan realisasi pengadaan semen. Sementara itu, perlambatan harga TBS pada triwulan laporan cenderung membatasi daya beli masyarakat sehingga berdampak pada kinerja konsumsi RT. Meski demikian, akselerasi kinerja ekspor luar negeri dan konsumsi pemerintah, menjaga kinerja perekonomian tetap tumbuh tinggi di atas historisnya.
- Dari sisi lapangan usaha (LU), perlambatan ekonomi Riau disebabkan lebih rendahnya pertumbuhan LU Konstruksi dan Pertambangan. Sejalan dengan kinerja investasi bangunan, realisasi pembangunan proyek infrastruktur yang lebih rendah turut memengaruhi termoderasinya kinerja sektor konstruksi. Di samping itu, produksi migas yang cenderung terbatas, di tengah perlambatan harga komoditas tambang seperti minyak bumi dan batubara, menyebabkan kinerja LU Pertambangan dan Penggalian tidak setinggi triwulan sebelumnya. Namun, perlambatan kinerja lapangan yang lebih dalam tertahan oleh meningkatnya kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dan LU Industri Pengolahan.
- Secara keseluruhan tahun 2022, perekonomian Riau mengalami peningkatan kinerja pada seluruh elemennya. Perekonomian Riau pada tahun 2022 tumbuh 4,55% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2021 yang tumbuh 3,36% (yoy). Akselerasi perekonomian tersebut menjadikan Riau sebagai provinsi dengan PDRB terbesar kelima di Indonesia atau terbesar di luar Pulau Jawa. Peningkatan perekonomian Riau ditopang oleh penguatan permintaan domestik yang mendorong kinerja konsumsi RT dan PMTB. Sementara dari sisi lapangan usaha, kinerja impresif LU Perdagangan dan Industri Pengolahan mendorong perekonomian Riau tumbuh lebih kuat.
II. ASESMEN KEUANGAN PEMERINTAH
- Pada tahun 2022, realisasi APBD Provinsi Riau secara umum tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya. Realisasi belanja Provinsi Riau hingga triwulan IV 2022 sebesar Rp9,10 triliun, atau setara dengan 92,81% dari pagu anggaran, meningkat 1,91% (yoy) dibandingkan dengan capaian triwulan IV 2021 sebesar Rp8,93 triliun (91,93% dari pagu anggaran). Peningkatan realisasi belanja daerah Provinsi Riau tercermin pada kinerja PDRB konsumsi pemerintah pada tahun 2022 yang tercatat tumbuh 3,08% (yoy), setelah terkontraksi -5,32% (yoy) pada tahun sebelumnya. Jika ditinjau berdasarkan komponennya, peningkatan realisasi belanja daerah tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan realisasi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal, dan belanja transfer.
- Di sisi lain, realisasi pendapatan Provinsi Riau pada tahun 2022 tercatat sebesar Rp8,82 triliun, atau 98,55% dari pagu anggaran, terkontraksi 6,01% (yoy) dibandingkan dengan triwulan IV 2021 yang tercatat sebesar Rp9,38 triliun atau mencapai 102,17% dari pagu anggaran. Penurunan realisasi pendapatan daerah Provinsi Riau pada tahun 2022 dipengaruhi oleh rendahnya realisasi komponen dana perimbangan, terutama Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
III. ASESMEN PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
- Pada triwulan IV 2022, inflasi gabungan 3 kota di Provinsi Riau tercatat sebesar 6,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan III 2022 sebesar 7,26% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan perkembangan inflasi gabungan seluruh kota di Nasional yang mengalami penurunan dari 5,95% (yoy) pada triwulan III 2022 menjadi 5,51% (yoy) pada triwulan IV 2022. Penurunan inflasi gabungan kota di Riau dan Nasional ini didorong oleh inflasi pangan yang lebih terkendali. Selain itu, terbatasnya dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM terhadap permintaan komoditas nonpangan, serta efektivitas sinergi dan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi melalui TPID dan GNPIP dalam mendorong keterjangakuan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif turut menahan akselerasi inflasi pada triwulan IV 2022.
- Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, inflasi gabungan 3 kota di Provinsi Riau pada tahun 2022 sebesar 6,81% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2021 sebesar 1,54% (yoy). Peningkatan inflasi pada periode laporan didorong oleh kenaikan inflasi pada sebagian besar kelompok pengeluaran, terutama kelompok Transportasi; dan Makanan, Minuman, dan Tembakau. Kenaikan inflasi pada kelompok Transportasi dipengaruhi oleh penyesuaian tarif BBM pada September 2022, sehingga turut memicu kenaikan inflasi yang cukup tinggi pada subkelompok Pengoperasian Peralatan Transportasi Pribadi; dan Jasa Angkutan Penumpang. Beberapa komoditas yang tergabung dalam kedua subkelompok tersebut antara lain bahan bakar bensin dan tarif angkutan udara yang menjadi penyumbang utama inflasi pada triwulan IV 2022. Sementara, kenaikan inflasi pada subkelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau didorong oleh tekanan inflasi pada komoditas pangan, seiring dengan terbatasnya pasokan akibat curah hujan yang kurang kondusif, serta penyesuaian tarif cukai rokok yang mulai diberlakukan sejak tahun 2022, dan berlanjut hingga 2023-2024.
IV. ASESMEN PEMBIAYAAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN UMKM
- Kinerja perekonomian Riau yang tetap tumbuh positif pada triwulan IV 2022 turut mendorong penguatan fungsi intermediasi perbankan. Perkembangan tersebut tercermin dari laju pertumbuhan kredit yang tumbuh tinggi disertai dengan penurunan rasio Non-Performing Loan (NPL). Peningkatan kredit yang kuat, menjaga porsi Riau dalam pembentukan kredit di Sumatera pada posisi ketiga atau menyumbang 15,21% dari total kredit di Sumatera setelah provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.
- Seiring dengan perkembangan kredit, rasio intermediasi perbankan di Riau pada triwulan IV 2022 mencapai 73,09%, meningkat dibandingkan dengan triwulan lalu sebesar 71,93%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK. Penghimpunan DPK perbankan di Provinsi Riau pada triwulan IV 2022 mencapai Rp117,50 triliun atau tumbuh 7,09% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan III 2022 yang tumbuh sebesar 9,94% (yoy). Perlambatan DPK pada DPK perorangan dan korporasi mengindikasikan peningkatan konsumsi masyarakat, serta aktivitas usaha dan investasi oleh sektor korporasi.
V. ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
- Transaksi pembayaran tunai di Riau meningkat pesat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2022, pergerakan aliran uang kartal melalui Bank Indonesia Povinsi Riau tercatat mengalami net outflow sebesar Rp7,29 triliun. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), serta peningkatan kebutuhan masyarakat akan transaksi pembayaran secara tunai menjelang HBKN Natal dan Tahun Baru. Di sisi lain, transaksi nontunai melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI), serta pembayaran menggunakan kartu menunjukkan perlambatan pada triwulan IV 2022.
- Dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem pembayaran sekaligus menjaga ketersediaan uang yang layak edar di masyarkat, Bank Indonesia telah melakukan layanan perkasan langsung kepada masyarakat dan terus mendorong program elektronifikasi pembayaran. Selain efisiensi, elektronifikasi juga dirancang untuk mendorong inklusi keuangan. Untuk itu Bank Indonesia bersama dengan pemerintah daerah dan pihak terkait, berusaha meningkatkan elektronifikasi transaksi Pemda khususnya untuk penerimaan yang bersumber dari pajak dan retribusi.
VI. ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
- Kesejahteraan masyarakat Riau, yang diindikasikan oleh indikator ketenagakerjaan serta profil kemiskinan menunjukkan perbaikan. Kondisi ini tercermin dari menurunnya angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 4,42% pada Agustus 2021 menjadi 4,37% pada Agustus 2022. Sejalan dengan perbaikan indikator ketenagakerjaan, indikator kemiskinan turut membaik. Tingkat kemiskinan Provinsi Riau pada September 2022 mengalami perbaikan dari 7,00% pada September 2021 menjadi sebesar 6,84% di periode laporan. Sejalan dengan perkembangan kedua indikator tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan, yang terefleksi melalui Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV 2022 juga meningkat. Pada Desember 2022 NTP Riau meningkat sebesar 9,81% (qtq), yaitu dari 139,27 pada September 2022 menjadi 152,93 pada Desember 2022.
VII. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
- Prospek kinerja ekonomi Riau tahun 2023 diproyeksikan tetap tumbuh positif meski lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Riau diperkirakan dalam kisaran 3,7-4,5% (yoy). Kinerja positif ini ditopang oleh berlanjutnya proses pemulihan ekonomi yang didorong oleh konsumsi rumah tangga dan aktivitas ekonomi, kuatnya kinerja ekspor, serta tingginya prospek investasi di Provinsi Riau. Secara sektoral, prospek ekonomi Riau yang tetap tumbuh positif pada tahun 2023 juga tercermin pada kinerja lapangan usaha utama, seperti Industri Pengolahan, Pertanian, dan Perdagangan. Kinerja sektoral yang tetap terjaga ini menguatkan daya tarik investasi oleh sektor swasta. Oleh karena itu, meskipun terdapat eskalasi risiko global, peningkatan kinerja ekspor, yang disertai dengan konsumsi rumah tangga dan investasi yang tetap tinggi, mendukung berlanjutnya pemulihan ekonomi Riau pada tahun 2023.
- Inflasi gabungan 3 kota di Provinsi Riau pada tahun 2023 diperkirakan kembali di kisaran sasaran inflasi 3,0%±1% (yoy). Tekanan inflasi Riau diperkirakan mereda, sejalan dengan perkiraan cuaca yang lebih kondusif di daerah sentra produksi, harga komoditas energi global yang terkoreksi, serta ekspektasi inflasi yang lebih rendah.