I. ASESMEN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Perbaikan ekonomi Riau terus berlanjut seiring membaiknya permintaan global dan domestik. Pada triwulan IV 2020, pertumbuhan ekonomi Riau tercatat terkontraksi sebesar -1,47% (yoy), mengalami perbaikan dibandingkan triwulan III 2020 yang terkontraksi sebesar -1,67% (yoy). Dari sisi penggunaan, membaiknya pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan IV 2020 terutama bersumber dari ekspor luar negeri dan konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Perbaikan ketiga faktor tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi mitra dagang utama, percepatan realisasi anggaran pemerintah, serta meningkatnya aktivitas masyarakat saa perayaan Natal dan Tahun Baru. Dari sisi lapangan usaha, membaiknya permintaan ekspor dan domestik berdampak pada perbaikan kinerja di berbagai lapangan usaha (LU). Kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terus tumbuh positif terutama bersumber dari subsektor Perkebunan seiring meningkatnya permintaan ekspor. Kinerja LU Informasi dan Komunikasi serta LU Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial juga tumbuh positif sejalan dengan masih tingginya permintaan akan komunikasi data dan layanan kesehatan terkait dampak pandemi COVID-19.
Secara keseluruhan tahun, pandemi Covid-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Riau mengalami kontraksi namun tidak sedalam kontraksi pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2020 ekonomi Riau terkontraksi sebesar 1,12% (yoy), menurun dibandingkan dengan tahun 2019 yang tercatat tumbuh sebesar 2,81% (yoy). Dari sisi penggunaan, kontraksi terutama bersumber dari penurunan konsumsi RT, konsumsi pemerintah, dan PMTB. Penurunan konsumsi RT seiring dengan menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat akibat pandemi COVID-19 sejak bulan Maret 2020. Sementara, penurunan konsumsi pemerintah utamanya disebabkan oleh penurunan pagu serta realisasi belanja yang belum optimal. Dari sisi lapangan usaha, kontraksi bersumber dari LU Pertambangan dan Penggalian, LU Kontruksi, serta LU Perdagangan Besar dan Eceran. Hal ini disebabkan oleh penurunan aktivitas ekonomi serta penundaan proyek investasi dan infrastruktur oleh pemerintah daerah dan pelaku usaha.
II. ASESMEN INFLASI DAERAH
Inflasi Provinsi Riau pada triwulan IV 2020 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya tekanan inflasi tersebut bersumber dari kenaikan harga komoditas dari makanan, minuman, dan tembakau; kesehatan; serta rekreasi, olahraga, dan budaya. Adapun komoditas utama penyebab meningkatnya tekanan inflasi Riau pada triwulan IV 2020 antara lain: cabai merah, telur ayam ras, cabai rawit, obat batuk, obat gosok, vitamin, dan sepeda anak. Sementara itu, komoditas utama penahan inflasi ialah penurunan harga bawang merah, ikan serai, kentang, nangka muda, mobil dan pelumas/oli mesin. Secara spasial, inflasi Riau tertinggi terjadi di Tembilahan, diikuti Dumai dan Pekanbaru.
Secara keseluruhan tahun 2020, Provinsi Riau tercatat mengalami inflasi sebesar 2,42% (yoy), relatif stabil dibandingkan tahun 2019 yang mencatat inflasi sebesar 2,36% (yoy). Realisasi inflasi tersebut berada dalam kisaran target inflasi sebesar 3,0±1%. Selain didukung oleh kondisi kemarau basah sepanjang tahun 2020, hal ini juga didorong oleh koordinasi yang makin baik dalam TPID dalam menjaga pasokan dan stabilitas harga baik di tingkat konsumen maupun produsen. Inflasi yang cenderung meningkat mendekati akhir tahun sejalan dengan tren peningkatan harga CPO, yang menjadi salah satu motor penggerak utama daya beli masyarakat Riau, disamping faktor musiman kenaikan harga volatile food.
III. ASESMEN KEUANGAN PEMERINTAH
Pada triwulan IV 2020, realisasi APBD Provinsi Riau secara umum tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan IV 2019. Realisasi belanja Provinsi Riau pada triwulan IV 2020 mencapai sebesar Rp8,18 triliun atau 92,75% dari pagu anggaran, terkontraksi hingga 5,89% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2019 yang sebesar Rp8,69 triliun atau 91,53% dari pagu anggaran. Sedangkan pada sisi pendapatan, hingga triwulan IV 2020 realisasi pendapatan Provinsi Riau tercatat sebesar Rp8,62 triliun atau 98,68% dari pagu anggaran, mengalami kontraksi hingga 0,94% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2019 yang tercatat sebesar Rp8,70 triliun atau 92,33% dari pagu anggaran. Realisasi anggaran pada triwulan IV 2020 terkendala oleh refocusing kegiatan dan realokasi APBD sehingga realisasi belanja baru efektif pada bulan Juni 2020, serta lambatnya belanja penanganan COVID-19 oleh masing-masing OPD karena terkendala detail regulasi.
IV. ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
Stabilitas Sistem Keuangan daerah Riau pada triwulan IV 2020 menunjukkan perbaikan meski terbatas di tengah kontraksi perekonomian. Ketahanan sektor korporasi secara umum tercatat membaik, sejalan dengan peningkatan likuiditas, rentabilitas, indeks harga ekspor Riau, dan marjin korporasi. Kinerja pertumbuhan kredit korporasi turut mengalami perbaikan, khususnya di sektor-sektor utama. Ketahanan sektor rumah tangga (RT) juga terindikasi mulai membaik seiring dengan membaiknya keyakinan konsumen pada triwulan pelaporan dan membaiknya kolektabilitas kredit. Indikator kinerja perbankan di Riau pada triwulan IV 2020 tercatat membaik sebagaimana tercermin dari akselerasi pertumbuhan aset dan DPK, disertai NPL yang menurun dan LDR yang meningkat. Meski demikian, kinerja pertumbuhan pembiayaan menunjukkan perlambatan, seiring preferensi wait and see dari masyarakat dan juga pelaku usaha karena pandemi.
V. ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Perkembangan arus kas di Provinsi Riau pada triwulan IV 2020 tercatat mengalami net outflow sebesar Rp5,61 triliun. Hal tersebut menandakan jumlah uang yang disalurkan oleh Bank Indonesia kepada masyarakat melalui perbankan (outflow) lebih tinggi dibandingkan jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia melalui perbankan (inflow). Transaksi non-tunai melalui kliring dan RTGS mengalami peningkatan baik dari sisi jumlah maupun nominal transaksi. Transaksi kliring pada triwulan IV 2020 secara jumlah tercatat sebesar 87,5 ribu kali transaksi dengan total nominal sebesar Rp 3,13 triliun. Jumlah dan nominal transaksi tumbuh masing-masing sebesar 0,72% (qtq) dan 0,15% (qtq), melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 1,59% (qtq) dan 5,19% (qtq). Sementara, nominal transaksi non tunai menggunakan BI-RTGS di Provinsi Riau menurun sebesar -22.29% (qtq) dari Rp31,58 triliun pada triwulan III 2020 menjadi Rp24,54 triliun pada triwulan IV 2020. Jumlah transaksi tercatat ikut menurun dari 12,83 ribu transaksi pada triwulan III 2020 menjadi 12,51 ribu transaksi pada triwulan IV 2020 atau terkontraksi hingga 2.57% (qtq).
VI. ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Riau pada tahun 2020 (periode Agustus 2020) tercatat mengalami penurunan yang ditandai dengan meningkatnya persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pembatasan aktivitas sosial sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19 menghambat kegiatan ekonomi sehingga menurunkan penyerapan tenaga kerja. Meningkatnya angka pengangguran berdampak terhadap kondisi kesejahteraan di Provinsi Riau. Persentase jumlah penduduk miskin terhadap jumlah penduduk di Riau mengalami peningkatan pada tahun 2020 (periode September). Kondisi tersebut juga tercermin pada peningkatan indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan yang menunjukkan semakin tingginya kesenjangan di Provinsi Riau. Namun demikian, kondisi kesejahteraan di pedesaan mengalami perbaikan didorong oleh meningkatnya permintaan komoditas perkebunan terutama kelapa sawit.
VII. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Perbaikan ekonomi Riau terus berlanjut sejalan dengan membaiknya perekonomian global dan membaiknya aktivitas perekonomian domestik. Pada triwulan II 2021, pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau diperkirakan membaik dibandingkan triwulan sebelumnya dan keluar dari zona kontraksi. Meningkatnya kinerja perekonomian global dan nasional seiring dengan implementasi vaksinasi Covid-19, berdampak positif terhadap perekonomian Riau yang utamanya bersumber dari komoditas berbasis SDA. Dari sisi penggunaan, sumber utama peningkatan pertumbuhan diperkirakan berasal dari peningkatan ekspor luar negeri dan peningkatan konsumsi rumah tangga. Sementara dari sisi lapangan usaha (LU), pendorong utama pertumbuhan diperkirakan berasal dari LU Industri Pengolahan dan LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.
Secara keseluruhan tahun 2021, ekonomi Riau diperkirakan tumbuh positif, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh membaiknya permintaan seiring pemulihan ekonomi global dan juga nasional. Kinerja ekspor diperkirakan terus membaik sehingga menjadi pendorong membaiknya daya beli masyarakat. Membaiknya permintaan juga mendorong pulihnya kinerja investasi terutama untuk penambahan kapasitas produksi. Dari sisi lapangan usaha, kinerja seluruh LU yang sebelumnya terdampak pandemi COVID-19 diperkirakan membaik. Meskipun demikian, kondisi perekonomian Riau juga masih dibayangi beberapa risiko (downside risk), di antaranya diperkirakan berasal dari: (i) kepastian berakhirnya pandemi COVID-19 baik secara global maupun nasional; (ii) keberhasilan implementasi vaksin COVID-19; (iii) phasing out minyak sawit dalam biodiesel di Uni Eropa yang lebih cepat dan pengenaan bea masuk anti subsidi.
Provinsi Riau pada triwulan II 2021 diperkirakan akan mengalami inflasi lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya didorong oleh pulihnya perekonomian dan masih tingginya harga komoditas ekspor utama Riau yang menambah daya beli masyarakat. Di samping itu, bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri juga akan mendorong peningkatan permintaan. Harga sejumlah barang/jasa diantaranya komoditas makanan, sandang, serta angkutan penumpang diperkirakan akan meningkat. Sementara, pada keseluruhan tahun 2021 Provinsi Riau diperkirakan akan mengalami inflasi namun terjaga pada level yang rendah dan berada pada kisaran target inflasi nasional 3,0 ± 1% (yoy). Komoditas bahan pangan diperkirakan masih menjadi sumber utama pendorong inflasi. Tekanan inflasi dari komoditas-komoditas bahan pangan masih kuat karena masih tingginya ketergantungan Provinsi Riau terhadap pasokan dari luar daerah. Selain itu, tekanan inflasi 2021 juga diperkirakan bersumber dari penyesuaian tarif/harga yang ditentukan oleh pemerintah pusat seperti tarif cukai rokok, cukai plastik, dan cukai minuman berperisa.