Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan III 2020
membaik seiring pemulihan aktivitas ekonomi masyarakat di tengah pandemi
COVID-19. Kontraksi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT berkurang menjadi 1,68%
(yoy) dari triwulan II 2020 sebesar 1,99% (yoy). Kebijakan adaptasi kebiasaan
baru mendorong perbaikan permintaan domestik secara bertahap terutama konsumsi
rumah tangga. Dari sisi lapangan usaha, perbaikan ekonomi Provinsi NTT pada
triwulan III 2020 dipengaruhi oleh peningkatan kinerja LU utama yakni
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Adaptasi kebiasaan baru memengaruhi
perbaikan permintaan komoditas bahan makanan dan memperlancar distribusi
komoditas tersebut sehingga mendorong peningkatan produksi LU Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan. Pada triwulan IV 2020, perbaikan ekonomi Provinsi NTT
diprakirakan berlanjut. Mobilitas masyarakat Provinsi NTT terus meningkat dan
mendorong konsumsi rumah tangga pasca penerapan adaptasi kebiasaan baru. Dari
sisi LU, kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran diprakirakan meningkat,
didukung oleh momen Natal, pembukaan destinasi wisata, dan Pilkada serentak. LU
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan juga diprakirakan meningkat seiring masa
panen komoditas perkebunan, terutama mete.
Realisasi belanja pemerintah (APBD dan APBN) di NTT pada
triwulan III tahun 2020 tercatat sebesar Rp27,32 triliun, dengan persentase
serapan sebesar 57,09% dari total anggaran belanja. Persentase serapan ini
lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini
didorong oleh penyerapan APBN dan APBD Provinsi yang tinggi dalam rangka
penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi. Sementara itu, realisasi pendapatan pemerintah
(APBD) di NTT mencapai Rp18,69 triliun dengan persentase serapan sebesar 66,25%
dari total anggaran pendapatan. Persentase serapan lebih tinggi dibandingkan
dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Meskipun demikian, pendapatan
Pemerintah Kota dan Kabupaten tertahan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
akibat kinerja PAD yang menurun di tengah pandemi COVID-19.
Inflasi Provinsi NTT pada triwulan III 2020 relatif
terkendali, yaitu sebesar 1,10% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi
nasional dan inflasi NTT di triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar
1,42% (yoy) dan 1,57% (yoy). Penurunan tekanan inflasi Provinsi NTT pada
triwulan III terutama bersumber dari penurunan tarif angkutan udara, harga
cabai rawit dan cabai merah, serta ikan ekor kuning dan ikan teri. Di sisi
lain, kenaikan harga ikan kembung, ikan tongkol, emas perhiasan, rokok kretek
filter, dan rokok putih menjadi faktor pendorong inflasi. Pada triwulan IV
2020, inflasi Provinsi NTT secara year-on-year diprakirakan lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, seiring dengan konsumsi masyarakat
yang masih terbatas serta curah hujan yang diprakirakan meningkat akibat La
Nina.
Secara umum, kondisi stabilitas sistem keuangan di Provinsi
NTT pada triwulan III 2020 masih terjaga. Hal ini tercermin dari pertumbuhan
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat, meskipun pertumbuhan
penyaluran kredit melambat. DPK tumbuh sebesar 16,90% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,11% (yoy). Di sisi lain,
penyaluran kredit tumbuh sebesar 4,13% (yoy), melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,49% (yoy). Kinerja penyaluran kredit rumah
tangga masih kuat, namun kredit usaha UMKM mengalami kontraksi.
Indikator sistem pembayaran di Provinsi NTT baik tunai
maupun nontunai pada triwulan III 2020 menunjukkan perbaikan, sejalan dengan
pemulihan ekonomi seiring kebijakan adaptasi kebiasaan baru. Pada triwulan III
2020, Provinsi NTT menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp699,93 miliar. Net
outflow tersebut tumbuh 18,88% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 11,91% (yoy). Transaksi nontunai secara
bertahap juga mengalami perbaikan, tercermin dari pertumbuhan volume transaksi
SKNBI dan BI RTGS yang meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Namun, secara nominal, pertumbuhan SKNBI dan BI RTGS masih lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Provinsi NTT pada bulan
Agustus 2020 tercatat sebesar 4,28%, naik dibandingkan bulan Agustus 2019 yang
sebesar 3,14%. Persentase kemiskinan Provinsi NTT pada Maret 2020 tercatat
sebesar 20,90%, naik dibandingkan September 2019 yang sebesar 20,62% sebagai
dampak pandemi COVID-19. Koefisien gini yang menunjukkan tingkat ketimpangan
pengeluaran masyarakat menurun dari 0,355 pada bulan September 2019 menjadi
0,354 pada bulan Maret 2020.
Pemulihan ekonomi NTT pada triwulan I 2021 diperkirakan berlanjut. Kebijakan adaptasi kebiasaan baru mendorong perbaikan permintaan domestik, meskipun masih dibayangi perilaku berjaga-jaga yang dipengaruhi oleh perkembangan COVID-19. Pada tahun 2021, ekonomi NTT diperkirakan meningkat, dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat yang sejalan dengan membaiknya mobilitas dan pendapatan, peningkatan kapasitas fiskal, serta kelanjutan pembangunan proyek infrastruktur pemerintah. Di sisi lain inflasi pada triwulan I 2021 diperkirakan meningkat seiring membaiknya permintaan domestik pasca adaptasi kebiasaan baru.