Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum, perekonomian Lampung pada triwulan II 2025 tetap kuat, meski mengalami perlambatan. Perekonomian Provinsi Lampung tercatat tumbuh sebesar 5,09% (yoy), melambat dibandingkan capaian triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,47% (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan ekonomi nasional, namun masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan wilayah Sumatera. Secara nominal, perekonomian Lampung pada triwulan II 2025 berdasarkan ADHB dan ADHK (2010) masing-masing tercatat sebesar Rp134,40 triliun dan Rp76,05 triliun.
Dari sisi permintaan, sumber pertumbuhan masih bertumpu pada konsumsi rumah tangga dan investasi. Konsumsi rumah tangga tetap menjadi kontributor utama dengan andil 2,81% terhadap total pertumbuhan, meski pertumbuhannya melambat menjadi 4,67% (yoy) dari 5,06% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Investasi menunjukkan penguatan dengan pertumbuhan 5,31% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan 1,26% (yoy) pada triwulan sebelumnya, didorong oleh meningkatnya realisasi PMDN maupun PMA. Sementara itu, konsumsi pemerintah melanjutkan tren kontraksi lebih dalam -2,13% (yoy), sejalan dengan efisiensi belanja pemerintah. Dari sisi eksternal, net ekspor tetap tumbuh kuat sebesar 31,33% (yoy), meski lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (52,12%; yoy), dipengaruhi oleh perlambatan ekspor di tengah moderasi permintaan eksternal.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi ditopang terutama oleh industri pengolahan dan perdagangan, meski sektor pertanian mengalami perlambatan tajam. LU Industri Pengolahan mencatat kinerja solid dengan pertumbuhan 9,97% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 8,75% (yoy) pada triwulan sebelumnya, didukung oleh permintaan domestik dan permintaan ekspor yang tetap kuat. LU Perdagangan Besar dan Eceran tumbuh 7,34% (yoy), meningkat dari 6,46% (yoy), sejalan dengan kenaikan omset ritel. LU Konstruksi mencatat akselerasi signifikan 6,14% (yoy), ditopang oleh pembangunan swasta dan peningkatan pengadaan semen. Di sisi lain, LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan melemah menjadi 1,88% (yoy) akibat normalisasi siklus tanam, sementara LU Transportasi dan Pergudangan melambat menjadi 7,52% (yoy), meski tetap ditopang oleh peningkatan perjalanan wisatawan domestik.
Keuangan Pemerintah
Pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Kab/Kota se-Lampung menunjukkan penurunan pada 2025. Pagu pendapatan menurun sebesar 5,71% (yoy) dari Rp33,58 triliun pada 2024 menjadi Rp31,66 triliun. Kondisi ini didorong oleh penurunan pagu seluruh komponen pendapatan daerah. Selain itu, pagu belanja turut menurun sebesar6,86% (yoy) yang juga didorong oleh hampir keseluruhan komponen pembentuk Belanja Daerah kecuali belanja pegawai yang secara pagu mengalami peningkatan sebesar 7,67% (yoy) dibandingkan dengan pagu pada 2024.
Realisasi pendapatan konsolidasi APBD Provinsi dan Kab/Kota se-Lampung pada triwulan II 2025 mencapai Rp12,52 triliun atau sebesar 39,54% dari total pagu pendapatan Tahun 2025. Capaian ini sedikit melambat dibandingkan realisasi pendapatan pada periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp13,03 triliun atau 40,42% dari total pagu. Sementara itu, jika dilihat berdasarkan komponen pembentuknya, APBD Provinsi Lampung pada triwulan II 2025 dari sisi PAD cenderung mengalami penurunan, meskipun tertahan oleh adanya peningkatan pada komponen retribusi daerah yang meningkat 18,12% dibandingkan tahun 2024.
Pagu belanja APBN di Provinsi Lampung pada 2025 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Belanja APBN pada triulan II tahun 2025 adalah sebesar Rp31,84 Triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp32,31 Triliun, atau melambat 1,45% (yoy).
Inflasi
Secara tahunan, inflasi gabungan kabupaten/kota di Provinsi Lampung pada triwulan II 2025 tercatat sebesar 2,27% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,58% (yoy). Tingkat inflasi tersebut juga lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional sebesar 1,87% (yoy). Kenaikan tekanan inflasi Provinsi Lampung pada triwulan II 2025 disebabkan oleh kenaikan permintaan bahan pangan selama periode HBKN Idul Adha 2025 ditengah mulai menipisnya pasokan karena berlalunya masa panen. Secara tahunan, sumbangan inflasi terbesar pada triwulan II 2025 bersumber dari kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau dengan andil 1,10% (yoy) dan tingkat inflasi sebesar 3,28% (yoy). Di sisi lain, kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan menjadi kelompok dengan andil sebesar -0,05% (yoy) karena mengalami deflasi sebesar -0,94% (yoy).
Capaian inflasi triwulan II 2025 yang relatif terjaga, tidak terlepas dari sinergi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Daerah melalui TPID dalam mengendalikan harga pangan dan minimnya dampak curah hujan, ditengah tingginya permintaan selama periode HBKN Idul Adha 2025 serta beberapa hari libur nasional dan cuti bersama pada triwulan II 2025. Dalam menghadapi tekanan inflasi ke depan, TPID Provinsi Lampung terus berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah dan instansi terkait dalam melaksanakan langkah pengendalian bersama untuk menjaga stabilitas harga. Hal tersebut dilakukan dalam bentuk pemantauan harga harian dan ketersediaan pasokan melalui pendataan yang akurat serta penguatan Kerjasama Antar Daerah (KAD). TPID Provinsi Lampung turut memantau kelancaran distribusi dan membangun ekspektasi positif masyarakat melalui komunikasi ketersediaan pasokan, rencana pemenuhan pasokan serta himbauan berbelanja secara bijak. Selain itu, sebagai komitmen bersama, KPw BI Provinsi Lampung terus mendukung program swasembada pangan pemerintah sebagai upaya pengendalian inflasi dari sisi suplai.
Ke depan, BI dan Pemerintah Daerah perlu mencermati risiko inflasi dari melemahnya permintaan domestik maupun global akibat ketidakpastian eksternal, keterbatasan pupuk, serta masuknya musim tanam gadu pada triwulan III 2025.
Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan UMKM
Secara umum, di tengah peningkatan kinerja kredit perbankan Provinsi Lampung pada triwulan II 2025, kualitas kredit yang tercermin pada Non-Performing Loan (NPL) relatif rendah dan stabil sebesar 2,13%, masih di bawah ambang batas risiko kredit (≤ 5). Kinerja keuangan rumah tangga pada triwulan II 2025 tetap kuat. Pada triwulan II 2025, kredit konsumsi rumah tangga terealisasi sebesar Rp27,79 triliun atau tumbuh 12,02% (yoy) dan dengan kualitas kredit yang terjaga dengan Non-Performing Loan (NPL) di bawah ambang batasnya 5%. Kinerja kredit yang membaik, sejalan dengan posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) rumah tangga yang meningkat sebesar 7,91% pada triwulan II 2025 di Provinsi Lampung, yaitu senilai Rp 48,00 Triliun.
Penyaluran kredit perbankan kepada sektor korporasi di Provinsi Lampung pada triwulan II 2025 terakselerasi dengan baik, tumbuh 13,52% (yoy) atau senilai Rp34,40 Triliun. Penyaluran kredit korporasi pada triwulan II 2025 terutama bersumber dari kinerja positif penyaluran kredit pada LU Industri Pengolahan dengain nilai kredit Rp13,85 Triliun (tumbuh 22,65%;yoy), LU Perdagangan Besar dan Eceran dengan nilai Rp8,34 Triliun (tumbuh 18,67%;yoy), serta LU Transportasi dan Pergudangan Rp2,02 Triliun (tumbuh 6,09%;yoy) .Kredit UMKM pada triwulan II 2025 tumbuh positif meski melambat. Kredit yang disalurkan pada periode laporan tercatat sebesar Rp32,36 Triliun atau tumbuh 1,95% (yoy), melambat dibandingkan triwulan I 2025 yang tumbuh sebesar 3,87% (yoy).
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Aliran uang kartal di Provinsi Lampung pada triwulan II 2025 tercatat mengalami net inflow sebesar Rp0,62 triliun. Kondisi ini sejalan dengan kinerja ekonomi yang membaik. Sementara, kondisi net outflow menurun sebesar 34,30% (yoy) terendah selama tiga tahun terakhir), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan sebesar 16,04% (yoy).
Transaksi pembayaran melalui sistem yang dikelola oleh Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (RTGS) terkontraksi sebesar 32,95% (yoy) pada triwulan II 2025. Sejalan dengan RTGS, transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) juga mengalami kontraksi sebesar 6,63% (yoy). Secara nominal, transaksi kartu ATM/Debit tumbuh sebesar 7,35% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,47% (yoy).
Sampai dengan Juni 2025, merchant QRIS yang tersebar di Provinsi Lampung mencapai 695.962 merchant. Jumlah tersebut terus meningkat sejalan dengan tren peningkatan merchant QRIS di wilayah Sumatra. Sementara, jumlah pengguna QRIS di Provinsi Lampung sebanyak 1.362.209 atau tumbuh 1,59% (qtq) dari triwulan sebelumnya.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kondisi ketenagakerjaan Provinsi Lampung pada semester I 2025 menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja menjadi 4,88 juta orang, naik sebanyak 42,73 ribu orang dibandingkan dengan semester I 2024. Sejalan dengan itu, jumlah angkatan kerja juga tumbuh sebesar 41,83 ribu orang menjadi 5,09 juta orang.
Sementara itu, proporsi pekerja formal mengalami peningkatan sebesar 1,90 persen poin menjadi 29,40%, menunjukkan adanya pergeseran ke arah pekerjaan yang lebih stabil dan berdampak positif terhadap kualitas ketenagakerjaan.
Pada saat yang sama, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat menurun tipis sebesar 0,05 persen poin menjadi 4,07% pada triwulan I 2025, dan angka ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan TPT Nasional pada periode yang sama.
Rata-rata NTP Provinsi Lampung pada triwulan II 2025 tercatat sebesar 128,95, meningkat jika dibandingkan dengan triwulan II 2024 yang sebesar 122,56 walaupun cenderung melambat secara qtq jika dibandingkan dengan triwulan I 2025 yang sebesar 133,28. Peningkatan NTP dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya mengindikasikan bahwa kesejahteraan petani secara umum pada triwulan II 2025 juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung pada semester I 2025 terpantau mengalami penurunan sebesar 5,67% (yoy), yaitu sebanyak 941,23 ribu jiwa pada Semester I 2024 menjadi 887,02 Semester I 2025. Dari sisi komposisinya, hingga Semester I 2025, penduduk miskin di Provinsi Lampung utamanya berada di daerah pedesaan di mana sebagian besar berprofesi sebagai petani.
Prospek Ekonomi Daerah
Ekonomi global 2025 diperkirakan tumbuh 3,0% dan 3,1% pada 2026, lebih rendah dari rata-rata pra-pandemi di tengah ketidakpastian perdagangangan dunia. Pertumbuhan negara maju terbatas (1,5–1,6%), sementara negara berkembang, khususnya India dan Tiongkok, menjadi penopang utama. Indonesia tetap solid dengan pertumbuhan 4,8% pada 2025–2026, ditopang konsumsi, investasi, serta kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif.
Perekonomian Lampung 2025 diprakirakan tumbuh 4,6–5,3%, ditopang konsumsi rumah tangga yang meningkat seiring kenaikan UMP, serta investasi swasta pasca pemilu. Dari sisi lapangan usaha, perbaikan kinerja pertanian dan perkebunan, berlanjutnya proyek konstruksi, serta kuatnya industri pengolahan menopang pertumbuhan, meski risiko perlambatan ekspor akibat ketidakpastian global masih perlu diwaspadai. Inflasi gabungan empat kabupaten kota di Provinsi Lampung pada tahun 2025 diprakirakan tetap terjaga dalam sasaran 2,5±1%.
Laju inflasi gabungan di Provinsi Lampung yang semakinterkendali tersebut sejalan dengan koordinasi aktif TPIP dan Satgas Pangan dalam menjaga keterjangkauan harga dan ketersediaan pasokan, salah satunya melalui komitmen bersama dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).