Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan II 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 4,45% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan perekonomian Kalimantan Barat tersebut searah dengan pertumbuhan komponen permintaan dan penawaran. Dari sisi penawaran, pertumbuhan didorong oleh beberapa Lapangan Usaha (LU) seperti perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, pertambangan, serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), dan ekspor.
Keuangan Pemerintah
Secara umum kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan perkembangan. Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat triwulan II 2022 mengalami peningkatan baik secara nominal maupun persentase. Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat tercatat sebesar 51,98% atau Rp2.803,26 miliar. Persentase realisasi ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan II 2021 yang sebesar 44,54% dengan nominal Rp2.995,20 miliar.
Dari sisi belanja, realisasi belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat hingga triwulan II 2022 mengalami perlambatan. Persentase realisasi belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat triwulan II 2022 secara total sebesar Rp1.839,81 miliar atau 32,12%, lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan II 2021 yang mencapai Rp2.449,03 miliar atau 34,88% dari pagu. Sejalan dengan realisasi belanja APBD Provinsi, persentase realisasi belanja Kementerian/Lembaga di Kalimantan Barat hingga triwulan II 2022 sebesar 39,07% dari pagu anggaran, menurun dibandingkan dengan persentase realisasi belanja triwulan II 2021 yang sebesar 40,30%.
Perkembangan Inflasi Daerah
Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2022 tercatat sebesar 4,31% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan I 2022 sebesar 3,13% (yoy). Bahan bakar rumah tangga, angkutan udara dan minyak goreng menjadi komoditas pendorong peningkatan inflasi pada triwulan II 2022. Tekanan inflasi yang lebih tinggi pada periode tersebut tertahan oleh penurunan harga beberapa komoditas volatile foods antara lain daging ayam ras, bawang putih, jeruk dan telur ayam ras.
Inflasi Kalimantan Barat di tahun 2022 diprakirakan tetap berada di bawah inflasi nasional, seiring dengan program pengendalian inflasi yang terus diperkuat atas sinergi Bank Indonesia dan TPID di Provinsi Kalimantan Barat.
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Fungsi intermediasi perbankan di Kalimantan Barat Pada triwulan II 2022 mengalami perbaikan didorong oleh peningkatan pembiayaan kepada perseorangan dan sektor korporasi. Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Kalimantan Barat tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, didorong oleh perlambatan tabungan, giro, dan simpanan berjangka masyarakat. Penyaluran kredit UMKM tumbuh meningkat dengan pangsa 29,57% dari keseluruhan total kredit. Peningkatan tersebut bersumber dari perbaikan kinerja kredit investasi. Sementara itu, risiko kredit bermasalah di Kalimantan Barat mengalami peningkatan namun dalam level yang terjaga, terutama didorong oleh Non Performing Loan (NPL) kredit investasi dan kredit konsumsi.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Transaksi nontunai melalui Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan II 2022 tercatat mengalami penurunan baik dari sisi nominal maupun volume transaksi, dengan penurunan dari sisi volume transaksi sebesar -3,05% (yoy) serta dari sisi nominal sebesar -21,40% (yoy). Sejalan dengan transaksi RTGS, transaksi SKNBI juga mengalami penurunan dari sisi volume maupun nominal dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan transaksi BI-RTGS dan SKNBI ini dipengaruhi antara lain oleh implementasi BI-Fast serta pemanfaatan fitur mobile banking lainnya oleh masyarakat.
Sementara itu, elektronifikasi transaksi keuangan melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Sembako terus berjalan optimal. Upaya akselerasi elektronifikasi transaksi keuangan di Kalimantan Barat juga terus dilakukan terutama pada percepatan perluasan QRIS dan menjaga kelancaran penyaluran program bantuan sosial. Jumlah merchant QRIS hingga akhir triwulan II 2022 di Kalimantan Barat mencapai 191.259 merchant dengan jumlah pengguna QRIS pada bulan Juni 2022 telah mencapai sejumlah 225.378 user QRIS.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Kalimantan Barat pada triwulan II 2022 menunjukkan perbaikan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2022 tercatat sebesar 4,86%, membaik dibandingkan dengan Agustus 2021 yang sebesar 5,82%. Sejalan dengan penurunan TPT, rasio kemiskinan Kalimantan Barat pada Maret 2022 juga mengalami perbaikan menjadi 6,73%, menurun dibandingkan dengan Maret 2021 yang tercatat sebesar 7,15%. Di sisi lain, Nilai Tukar Petani (NTP) pada Triwulan II 2022 menunjukkan penurunan menjadi 137,59 dibandingkan dengan Triwulan I 2022 yang sebesar 152,67. Namun demikian NTP Kalimantan Barat merupakan NTP tertinggi di wilayah Kalimantan.
Prospek Perekonomian Daerah
Secara umum, perekonomian Kalimantan Barat pada tahun 2022 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2021. Perbaikan kinerja permintaan domestik seiring dengan penurunan dampak pandemi Covid-19 menjadi faktor peningkatan ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2022. Selain itu, upaya percepatan vaksinasi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, pelonggaran kebijakan pembatasan sosial, tingginya harga komoditas unggulan Kalbar, serta tren peningkatan ekspor yang terus berlanjut, turut menjaga perbaikan perekonomian Kalimantan Barat.
Sementara itu, inflasi Kalimantan Barat di tahun 2022 diprakirakan tetap berada pada di bawah inflasi nasional. Inflasi nasional pada 2022 diprakirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran, didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan global, namun kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada 2023. Beberapa upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh TPID antara lain memantau ketersediaan stok dan pasokan bahan pangan strategis, penyelenggaraan pasar murah, dan mendorong kerja sama antar daerah, memperkuat dan memperluas implementasi “Pasar Tani”, serta memfasilitasi interaksi antara petani/pedagang yang mempunyai produksi/stok surplus dengan market/konsumen yang membutuhkan baik intra maupun dengan daerah di luar Kalimantan Barat. Pada program jangka panjang, upaya yang dilakukan adalah integrasi program pengendalian inflasi dari hulu-hilir seperti peningkatan produksi melalui optimalisasi teknologi, melakukan diversifikasi supplier baru dari luar Kalimantan Barat terutama untuk komoditas yang produksi lokalnya masih terbatas, memperlancar distribusi melalui pemasaran digital, optimalisasi produk pangan lokal, pengembangan sistem penyimpanan komoditas volatile food untuk menjaga pasokan dan kestabilan harga, serta melakukan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai kanal.