Pada triwulan I 2025, Provinsi Gorontalo mengalami inflasi 2,88% (mtm), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,56% (mtm). Inflasi bulanan yang terjadi di Provinsi Gorontalo pada triwulan I 2025 merupakan inflasi tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya pada tingkat nasional. Inflasi bulanan tersebut terutama disumbang oleh komoditas tarif listrik, cabai rawit, ikan selar/tude, bawang merah, dan ikan layang/benggol. Inflasi pada komponen tarif listrik disebabkan oleh normalisasi tarif pasca selesainya periode pelaksanaan kebijakan diskon tarif listrik. Selanjutnya, inflasi bulanan turut disumbang oleh peningkatan harga komoditas pangan seiring dengan meningkatnya permintaan dan curah hujan yang tinggi pada Triwulan I 2025. Namun demikian, tekanan inflasi yang lebih tinggi masih tertahan oleh deflasi pada komoditas kangkung, beras, angkutan udara, tomat, dan kemiri. Sejalan dengan hal tersebut, secara tahunan Provinsi Gorontalo mengalami inflasi 1,76% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,79% (yoy). Atas catatan tersebut, laju inflasi tahunan Provinsi Gorontalo telah kembali ke dalam rentang sasaran inflasi Nasional 2,5%±1. Inflasi tahunan terutama disumbang oleh komoditas cabai rawit, bawang merah, tomat, ikan selar/tude, dan emas perhiasan. Peningkatan harga komoditas pangan khususnya hortikultura disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Berdasarkan informasi dari Stasiun Klimatologi Provinsi Gorontalo, curah hujan kumulatif pada Triwulan I 2025 tercatat sebesar 232mm, lebih tinggi dibandingkan curah hujan normal Triwulan I 2025 sebesar 121mm. Lebih lanjut, peningkatan permintaan pada periode HBKN Ramadan dan Idulfitri turut mendorong inflasi pada Triwulan I 2025. Sementara itu, deflasi tahunan disumbang oleh komoditas beras, tarif listrik, daging ayam ras, daun bawang, dan telur ayam ras. Deflasi komoditas beras disebabkan oleh bergesernya musim panen pasca El Nino yang berdampak pada langkanya komoditas beras pada tahun lalu. |