Ketidakpastian pasar keuangan global berlanjut, disertai dengan meningkatnya ketegangan geopolitik dan fragmentasi perdagangan. Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2024 diprakirakan mencapai 3,2% dengan tren melambat. Sejalan dengan tren inflasi global yang menurun, kebijakan moneter di negara-negara maju melonggar. Di Amerika Serikat, perubahan politik diperkirakan akan membawa arah kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dan strategi ekonomi yang fokus pada orientasi domestik (inward-looking policy). Hal ini mencakup penerapan tarif perdagangan yang lebih tinggi serta kebijakan imigrasi yang semakin ketat. Kondisi tersebut berpotensi menambah risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan mendorong kenaikan kembali tingkat inflasi dunia. Di sisi lain, laju penurunan inflasi di AS diprediksi akan berlangsung lebih lambat, sehingga ruang untuk penurunan suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) kemungkinan akan lebih terbatas. Pada saat yang sama, peningkatan kebutuhan pembiayaan defisit fiskal AS turut mendorong kenaikan yield US Treasury, baik untuk tenor jangka pendek maupun panjang. Perubahan kebijakan ini juga menyebabkan penguatan nilai tukar dolar AS menguat secara signifikan, serta pergeseran preferensi investor global yang kembali mengalokasikan portofolionya ke pasar AS. Dampaknya, tekanan terhadap nilai tukar mata uang berbagai negara meningkat, disertai arus keluar investasi portofolio asing, termasuk dari negara-negara Emerging Market (EM). Untuk menghadapi risiko tersebut, diperlukan penguatan kebijakan guna memperkuat ketahanan eksternal dan memitigasi dampak negatif dari memburuknya kondisi ekonomi global terhadap negara-negara EM, termasuk Indonesia.
Ekonomi Indonesia tetap tumbuh baik dan perlu terus didorong agar lebih tinggi. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap sehat, berkontribusi terhadap stabilitas eksternal yang terjaga. Stabilitas nilai tukar Rupiah tetap konsisten dengan kebijakan yang diterapkan oleh Bank Indonesia. Pada triwulan III 2024, Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional menurun dan terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi IHK triwulan III 2024 tercatat deflasi -0,12% (mtm), sehingga secara tahunan menurun menjadi 1,84% (yoy). Inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Memasuki triwulan IV 2024, IHK pada Oktober 2024 tercatat sebesar 1,71% (yoy), tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%. Instrumen moneter pasar terbuka seperti SRBI, SVBI, dan SUVBI terus dioptimalkan untuk mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah serta pencapaian target inflasi. Transmisi kebijakan berjalan efektif, dengan pertumbuhan kredit pada Oktober 2024 yang tetap kuat, mencapai 10,92% (yoy). Untuk meningkatkan pertumbuhan kredit yang lebih baik, Bank Indonesia terus memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Sistem ekonomi dan keuangan menunjukkan ketahanan yang baik. Kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital pada Triwulan III 2024 terus bertumbuh, didukung oleh sistem pembayaran yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal. Stabilitas sistem pembayaran terjaga, didukung oleh struktur yang semakin baik dan infrastruktur yang lebih tangguh.
Ekonomi DKI Jakarta pada triwulan III 2024 tumbuh sebesar 4,93% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (4,90%; yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit berada di bawah pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,95% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta terutama ditopang oleh konsumsi RT, investasi, dan ekspor. Konsumsi RT tetap resilien dan tumbuh tinggi didorong oleh konsumsi hotel dan restoran sejalan dengan tingginya jumlah wisman dan wisnus yang datang ke Jakarta karena masifnya pelaksanaan MICE dan event serta berlangsungnya periode libur anak sekolah. Selanjutnya, investasi juga masih tumbuh baik sejalan dengan masih berlangsungnya pembangunan proyek strategis multitahun Pemerintah maupun swasta seperti MRT dan LRT Jakarta. Perbaikan ekspor juga berlanjut yang terutama didorong oleh perbaikan ekspor barang khususnya mesin dan pesawat mekanik serta pakaian jadi. Adapun Konsumsi Pemerintah dan Konsumsi LNPRT juga tumbuh signifikan pada triwulan III 2024 masing-masing didorong oleh meningkatnya belanja khususnya yang melalui APBN serta tingginya aktivitas partai politik dan organisasi sosial jelang kampanye pilkada di Jakarta.
Dari sisi lapangan usaha (LU) utama DKI Jakarta, meningkatnya pertumbuhan terutama didorong oleh kinerja LU perdagangan, LU jasa keuangan dan LU konstruksi. LU perdagangan tumbuh meningkat yang tercermin antara lain dari tingginya indeks penjualan ritel. LU jasa keuangan juga turut menopang pertumbuhan didorong oleh penyaluran kredit di Jakarta yang masih tetap tumbuh tinggi. LU Konstruksi juga masih tetap tumbuh tinggi sejalan dengan masih terus berlanjutnya proyek strategis Pemerintah dan swasta yang bersifat multitahun di Jakarta. LU utama lainnya yaitu LU industri pengolahan serta LU informasi dan komunikasi (infokom) juga tumbuh positif yang masing-masing didorong oleh perbaikan kinerja di industri industri kimia, barang dari logam, dan makanan minuman serta tingginya penggunaan data dan internet di Jakarta.
Memasuki triwulan IV 2024, ekonomi DKI Jakarta diprakirakan masih tumbuh kuat, ditopang oleh meningkatnya konsumsi RT, konsumsi Pemerintah, dan konsumsi LNPRT sejalan dengan berlangsungnya HBKN Natal dan Tahun Baru serta pilkada serentak. Kinerja investasi juga diprakirakan masih tumbuh meningkat seiring dengan masih masuknya investasi untuk proyek strategis baik Pemerintah maupun swasta yang bersifat multitahun. Adapun kinerja ekspor juga diprakirakan terus membaik didorong oleh semakin membaiknya ekspor ke beberapa negara tujuan ekspor termasuk Jepang. Selain itu, perbaikan ekspor juga ditopang oleh ekspor komoditas lainnya termasuk komoditas pendukung ekspor otomotif (plastik dan bahan kimia). Dari sisi LU, lebih tingginya perekonomian Jakarta terutama didorong oleh meningkatnya LU perdagangan, LU konstruksi, LU industri pengolahan. LU lainnya seperti jasa keuangan juga diperkirakan akan tumbuh meningkat didorong oleh akselerasi penyaluran kredit di akhir tahun.
Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta sampai dengan triwulan III 2024 secara kumulatif tercatat sebesar 67,44% dari pagu APBD-P 2024, lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2023. Hal tersebut disebabkan oleh lebih tingginya capaian dari seluruh komponen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Demikian juga halnya dengan capaian realisasi Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta yang tercatat sebesar 52,53% dari pagu keseluruhan tahun 2024, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian yang lebih tinggi tersebut didorong oleh realisasi komponen baik Belanja Operasi maupun Belanja Modal.
Kinerja APBN di DKI Jakarta dari sisi Pendapatan pada triwulan III 2024 telah mencapai 92,61% dari total pagu anggaran, tumbuh sebesar 0,95% (yoy). Dari sisi belanja, realisasi mencapai 73,78% dari pagu anggaran, tumbuh sebesar 34,55% (yoy). Peningkatan utamanya didorong oleh realisasi Belanja Modal dan Belanja Barang.
Inflasi yang tercermin dari Indeks Harga Konsumen (IHK) DKI Jakarta pada triwulan III 2024 tercatat sebesar 1,70% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 2,23% (yoy). Capaian inflasi ini lebih rendah dari inflasi Nasional yang sebesar 1,84% (yoy). Terkendalinya inflasi Jakarta tersebut tidak terlepas dari kuatnya sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam upaya pengendalian inflasi untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Berdasarkan komoditasnya, penyumbang inflasi terbesar pada triwulan III 2024 yaitu emas perhiasan, angkutan udara, beras, sewa rumah dan upah asisten rumah tangga. Memasuki triwulan IV 2024, perkembangan inflasi DKI Jakarta pada Oktober 2024 tercatat menurun dengan inflasi sebesar 1,58% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang inflasi sebesar 1,70% (yoy). Ke depan, inflasi IHK DKI Jakarta diprakirakan akan tetap terkendali di dalam rentang sasaran 2,5±1% pada 2024.
Intermediasi perbankan tetap kuat dan didukung oleh ketahanan yang terjaga. Dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit ditopang oleh kondisi likuiditas bank yang memadai seiring penguatan strategi funding dari sumber pendanaan lainnya di tengah perlambatan DPK. Implementasi berbagai pelonggaran kebijakan makroprudensial Bank Indonesia turut mendukung tetap kuatnya fungsi intermediasi perbankan. Ketahanan bank tetap terjaga ditunjukkan oleh rasio kredit bermasalah yang rendah dan cenderung turun.
Dari sisi permintaan, kredit korporasi masih tumbuh tinggi seiring dengan membaiknya kinerja korporasi. Profitabilitas korporasi nonkeuangan meningkat sejalan dengan meningkatnya penjualan. Kemampuan membayar korporasi tetap kuat tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loans) kredit korporasi.
Sejalan dengan perbaikan kinerja sektor korporasi nonkeuangan, secara umum kinerja sektor rumah tangga juga tetap baik meskipun untuk kelas menengah bawah perlu menjadi perhatian. Kinerja sektor rumah tangga yang masih berdaya tahan tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen yang masih terjaga pada level optimis. Kredit sektor rumah tangga tumbuh positif meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit sektor UMKM meningkat dengan risiko kredit yang mulai turun. KPwBI Provinsi DKI Jakarta terus melakukan berbagai program untuk mendukung perbaikan produktivitas serta peningkatan kapasitas UMKM baik dari sisi SDM maupun pengembangan usaha.
Perkembangan nilai transaksi sistem pembayaran mengonfirmasi menguatnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Pada triwulan III 2024, arus kas tercatat net outflow dan transaksi pembayaran nontunai tumbuh menguat sejalan dengan menguatnya perekonomian di DKI Jakarta. Dari sisi industri Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB), nilai transaksi jual dan beli valuta asing (dalam Rupiah) mengalami peningkatan pada triwulan III 2024 sebesar 37,51% (yoy), sedangkan dari sisi industri Penyedia Jasa Pembayaran Layanan Remitansi (PJP LR), kenaikan tercatat sebesar 72,98% (yoy). Seluruh jenis transaksi remitansi meningkat baik incoming (ke dalam negeri), outgoing (ke luar negeri) dan domestik (di dalam wilayah Indonesia).
Seiring dengan perbaikan kinerja ekonomi, serapan tenaga kerja di DKI Jakarta periode Agustus 2024 mengalami kenaikan, diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran. Berdasarkan status pekerjaan utama, sektor formal masih mendominasi penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta. Dari sisi LU, peningkatan serapan tenaga kerja terutama terjadi pada LU Perdagangan Besar dan Eceran Kemudian, diikuti oleh LU sektor-sektor utama Jakarta lainnya yaitu penyediaan akomodasi dan makan minum, LU Transportasi dan Pergudangan, LU Industri Pengolahan, LU Jasa Lainnya.
Tingkat kemiskinan di DKI Jakarta mengalami penurunan menjadi sebesar 4,34% pada Maret 2024, menurun dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 4,44%. Tingkat kemiskinan di DKI Jakarta juga tercatat lebih rendah dibandingkan Nasional yang pada Maret 2024 berada pada level 9,03% Menurunnya tingkat kemiskinan tersebut sejalan dengan peningkatan kinerja perekonomian DKI Jakarta dan pengurangan jumlah pengangguran. Selain itu, gencarnya program bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi turut berkontribusi dalam menjaga tingkat konsumsi masyarakat miskin.
Pada 2024, pertumbuhan ekonomi Jakarta diprakirakan tetap tumbuh tinggi pada kisaran 4,6-5,4% (yoy) sejalan dengan masih kuatnya optimisme konsumen, semakin tingginya aktivitas MICE dan event di Jakarta, berlangsungnya pemilu dan pilkada serentak, serta berlanjutnya pembangunan proyek strategis Pemerintah. Dari sisi pengeluaran, perbaikan ekonomi Jakarta pada 2024 didorong oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga seiring dengan terjaganya daya beli serta meningkatnya aktivitas MICE dan event; membaiknya konsumsi Pemerintah sejalan dengan perbaikan postur APBN dan APBD, serta meningkatnya kinerja investasi sejalan dengan berlanjutnya pembangunan proyek strategis Pemerintah. Di sisi lain, kinerja ekspor diprakirakan masih akan tertahan sejalan dengan pembatasan kuota ekspor di beberapa negara, terhentinya produksi dan ekspor ke beberapa negara terkait isu uji keamanan produk, serta masih berlangsungnya tensi geopolitik. Sementara itu, dari sisi lapangan usaha (LU) perekonomian DKI Jakarta pada 2024 akan ditopang oleh pertumbuhan positif 5 (lima) sektor ekonomi utama yaitu perdagangan, konstruksi, industri pengolahan, informasi dan komunikasi, serta jasa keuangan. Namun demikian, beberapa risiko yang perlu dicermati yang dapat menahan perbaikan lebih lanjut utamanya yaitu perlambatan ekonomi global serta peningkatan ketegangan tensi geopolitik dan fragmentasi perdagangan.
Inflasi IHK DKI Jakarta pada tahun 2024 diprakirakan akan tetap terkendali pada sasaran 2,5±1% (yoy). Prakiraan tersebut terutama didukung oleh kondisi cuaca yang lebih kondusif pasca berlangsungnya El-Nino pada 2023 yang juga didukung oleh penguatan program pengendalian inflasi TPID melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).