PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH
Ekonomi Provinsi Bengkulu mencatatkan pertumbuhan yang melambat pada triwulan III 2024 jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara umum, kondisi tersebut dipengaruhi normalisasi permintaan serta mobilisasi masyarakat pasca momen HBKN Idul Fitri dan Idul Adha, perilaku wait and see investor menjelang periode pemilu daerah di akhir tahun 2024, dan kontraksi kinerja industri pengolahan karena terbatasnya pasokan bahan baku TBS sawit dan bahan baku karet akibat musim kemarau serta kinerja LU pertanian yang mengalami perlambatan akibat musim kemarau dan serangan hama.
Dari sisi pengeluaran, Konsumsi Pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), dan Ekspor menjadi komponen yang mengalami peningkatan. Namun demikian, perlambatan Konsumsi Rumah Tangga dan Impor menahan pertumbuhan ekonomi untuk dapat tumbuh lebih tinggi.
Dari sisi lapangan usaha, mayoritas Lapangan Usaha (LU) utama mengalami peningkatan seperti LU Pertambangan dan Penggalian, LU Transportasi dan Pergudangan, LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, LU Administrasi Pemerintahan, LU Jasa Lainnya, dan LU Lainnya. Sementara itu, LU Pertanian, kehutanan, dan perikanan, dan LU Industri Pengolahan, dan LU Perdagangan Besar dan Eceran mengalami deselerasi.
KEUANGAN PEMERINTAH
Realisasi belanja APBD seluruh Provinsi Bengkulu triwulan III 2024 meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, khususnya pada belanja operasi dan belanja transfer. Di sisi lain, kontraksi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) menahan pertumbuhan pendapatan pada periode berjalan.
Realisasi belanja daerah konsolidasi Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2024 mencapai Rp.7.731,84 miliar atau sebesar 56,1% dari pagu anggaran. Realisasi tersebut tumbuh sebesar 2,91% (yoy).
Realisasi pendapatan konsolidasi Provinsi Bengkulu hingga triwulan III 2024 sebesar Rp7.277,70 miliar atau 54,7% dari pagu. Realisasi belanja tersebut kontraksi sebesar -9,59% (yoy) yang dipicu oleh kontraksi PAD dan Pendapatan Transfer.
Realisasi belanja APBN Provinsi Bengkulu triwulan III 2024 sebesar Rp11.692,21 miliar atau sebesar 69,74% dari pagu. Kinerja belanja APBN di Provinsi Bengkulu tumbuh 11,4% (yoy), didorong oleh transfer ke daerah dan dana desa dengan pangsa 68,61% dan tumbuh 11,50% (yoy). Pertumbuhan belanja APBN juga didorong oleh belanja pemerintah pusat yang tercatat meningkat 11,3% (yoy).
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2024 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini didorong masuknya masa panen tanaman hortikultura dan beras pada triwulan laporan. Selain itu, tingginya permintaan komoditas kopi menjaga penurunan inflasi lebih lanjut.
Tekanan inflasi tahunan pada triwulan III 2024 tercatat melandai dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi pada triwulan ini utamanya didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, peningkatan tekanan inflasi disumbang oleh komoditas cabai merah, beras, sigaret kretek mesin (SKM), beras, serta sigaret kretek tangan (SKT). Sementara pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya , peningkatan disumbang oleh komoditas emas perhiasan.
Pada triwulan IV 2024, tekanan inflasi Provinsi Bengkulu diprakirakan relatif meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2024. Hal ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dan mobilitas masyarakat pada momen HBKN Natal dan Tahun Baru. Kondisi cuaca dengan curah hujan yang tinggi juga berpotensi mengganggu produksi komoditas hortikultura. Tekanan pada komoditas inti diprakirakan lebih terbatas seiring dampak menguatnya kurs dan normalisasi permintaan dibandingkan periode sebelumnya. Efek pemilihan kepala daerah serentak terhadap permintaan komoditas juga diprakirakan terbatas.
PEMBIAYAAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
Kondisi stabilitas sistem keuangan Provinsi Bengkulu pada periode triwulan III 2024 menunjukkan kinerja yang baik dari sisi rumah tangga, pelaku usaha, dan perbankan. Intermediasi perbankan meningkat dengan didukung ketahanan yang tetap terjaga. Pertumbuhan kredit meningkat ditopang oleh kondisi likuiditas perbankan yang memadai seiring peningkatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Kinerja perbankan syariah cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan dana pihak ketiga. Kontribusi tersebut utamanya didorong oleh komponen giro dan deposito. Hal tersebut menggambarkan peningkatan keyakinan masyarakat pada penggunaan produk keuangan syariah.
Pangsa penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tercatat meningkat dengan tingkat risiko yang masih terjaga. Dengan kondisi ini, stabilitas sistem keuangan di Provinsi Bengkulu relatif terjaga.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Aktivitas transaksi tunai di Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2024 cenderung mengalami net outflow. Transaksi nontunai SKNBI mengalami kontraksi, sedangkan APMK debit dan kredit, uang elektronik, dan QRIS menunjukkan tren peningkatan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perluasan ekosistem digital di Provinsi Bengkulu juga terakselerasi yang ditunjukkan oleh peningkatan pengguna QRIS maupun perluasan akuisisi merchant.
Terjadi peningkatan aktivitas penarikan uang tunai dari perbankan terlihat dari aktivitas peredaran uang kartal di Provinsi Bengkulu yang mengalami net outflow sebesar Rp716 miliar. Pada triwulan III 2024, secara nominal, nilai transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Provinsi Bengkulu tercatat sebesar Rp156,74 miliar atau terkontraksi 0,93% dibandingkan triwulan II tahun 2024.
Di sisi APMK, rata-rata jumlah kartu kredit mengalami peningkatan sebesar 7,56% (yoy) diiringi kenaikan volume dan nominal transaksi. Di sisi lain, kartu debit mengalami peningkatan jumlah kartu sebesar 6,5% (yoy). Sama halnya dengan rata-rata jumlah uang elektronik yang meningkat sebesar 19,33% (yoy).
Transaksi pembelian pada Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) di triwulan III 2024 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023, sedangkan transaksi penjualan cenderung stabil. Lebih lanjut, jenis valuta asing yang paling banyak ditransaksikan oleh masyarakat Provinsi Bengkulu berturut-turut adalah Dollar Singapura (SGD), Ringgit Malaysia (MYR), dan Dollar Amerika Serikat (USD) dari total mata uang yang diperjualbelikan.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan di Provinsi Bengkulu mengalami perbaikan. Hal tersebut tecermin dengan adanya perbaikan pada kondisi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Nilai Tukar Petani (NTP), serta indikator kemiskinan. Kondisi perbaikan tersebut selaras dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu.
TPT Provinsi Bengkulu mengalami perbaikan kondisi dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Angka TPT Provinsi membaik dari 3,42% pada Agustus 2023, menjadi 3,11% pada Agustus 2024.
Nilai Tukar Petani (NTP) melanjutkan tren perbaikan di periode sebelumnya. NTP Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2024 tercatat sebesar 187,60, atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 177,28. Selanjutnya, pada Oktober 2024 NTP Provinsi Bengkulu juga kembali meningkat pada level 191,98.
Tingkat kemiskinan di Provinsi Bengkulu pada periode Maret 2024 berada pada angka 13,56% atau mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi pada Maret 2023 yang tercatat sebesar 14,04%.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Pada tahun 2024 pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu diprakirakan lebih lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2023, terutama dipengaruhi oleh akselerasi pertumbuhan konsumsi pemerintah dan tecermin dari pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, serta Perdagangan Besar dan Eceran.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi pemerintah diprakirakan terakselerasi, didorong oleh belanja pemerintah dalam rangka pelaksanaan pemilu dan pilkada tahun 2024. Selanjutnya, dari sisi konsumsi rumah tangga diprakirakan stabil namun terdapat potensi kehati-hatian masyarakat di tengah ketidakpastian global, dan perilaku wait and see pelaku usaha selama periode pemilu berlangsung. Di sisi lain, kinerja PMTB dan ekspor diperkirakan melambat sebagai dampak dari pemilu dan tren penurunan harga batu bara acuan yang diprakirakan masih berlangsung hingga pertengahan 2024 serta pendangkalan Pelabuhan Pulau Baai. Dari sisi Lapangan Usaha (LU), akselerasi pertumbuhan ekonomi Bengkulu pada 2024 terjadi pada LU Pertanian dan Perdagangan.
Dari sisi tekanan harga, inflasi di Provinsi Bengkulu pada 2024 diprakirakan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya namun masih dalam range sasaran inflasi nasional 2,5±1%, dipengaruhi oleh lain peningkatan konsumsi pemerintah akibat momen pemilu serta pilkada, tekanan geopolitik yang masih bergejolak, penyesuaian harga BBM, serta pergeseran masa tanam di tahun sebelumnya yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga akibat keterbatasan pasokan. Di sisi lain berbagai upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) guna pengendalian inflasi, termasuk upaya dalam mengantisipasi perubahan cuaca diprakirakan dapat mengurangi tekanan inflasi lebih lanjut.