Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan III 2017 melambat jika dibandingkan triwulan II 2017. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan-III 2017 tercatat tumbuh sebesar 4,91% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 5,15% (yoy). Pertumbuhan pada triwulan III 2017 juga lebih rendah dibandingkan nasional yang sebesar 5,06% (yoy). Perlambatan ekonomi terutama disumbang oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi, sebagaimana turut tercermin pada perlambatan sektor perdagangan besar dan eceran serta konstruksi. Perlambatan konsumsi rumah tangga juga turut tercermin pada melambatnya sektor informasi dan komunikasi, sebagaimana konsumsi untuk transportasi dan komunikasi yang juga melambat pada triwulan III 2017.
Realisasi anggaran pendapatan pemerintah di Provinsi NTT sampai dengan triwulan III 2017 telah mencapai Rp 18,98 triliun atau 74,11% dari total anggaran pendapatan tahun 2017. Jika dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun 2016 dan 2015, persentase realisasi pendapatan mengalami penurunan, terutama disebabkan oleh menurunnya pendapatan pajak penghasilan pemerintah pusat. Di sisi lain, realisasi anggaran belanja pemerintah di Provinsi NTT sampai dengan triwulan III 2017 telah mencapai Rp 19,56 triliun atau 54,48% dari total anggaran belanja tahun 2017. Persentase realisasi belanja triwulan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2016 dan 2015 sebesar 51,26% dan 43,53%.
Inflasi triwulan III di Provinsi NTT masih menunjukkan kondisi yang baik meskipun sedikit meningkat dibanding inflasi tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya. Deflasi pada bulan Juli dan Agustus 2017 paska hari raya tertahan oleh adanya inflasi di bulan September 2017 seiring adanya kenaikan tarif angkutan udara karena adanya libur Hari Raya Idul Adha dan tahun baru hijriah, serta adanya peningkatan kunjungan ke Kupang untuk mengikuti festival seni siswa nasional yang diselenggarakan di Kota Kupang. Adanya kenaikan biaya perguruan tinggi juga menjadi pendorong utama inflasi.
Seiring dengan relatif stabilnya perekonomian daerah, kinerja sistem keuangan di Provinsi NTT pada triwulan III 2017 secara umum juga menunjukan hal yang sama. Di triwulan III 2017, Provinsi NTT berhasil mencatat penyaluran kredit hingga Rp25,37 triliun yang menunjukan pertumbuhan sebesar 13,35% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelunya yaitu 11,03% (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong oleh perkembangan penyaluran kredit rumah tangga dan korporasi yang masing-masing sebesar 13,25 (yoy) dan 32,32% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yaitu 6,64% (yoy) dan -8,69% (yoy). Pada triwulan III 2017, perbankan juga berhasil memperbaiki kredit bermasalah menjadi 2,23% dari sebelumnya 2,29%.
Pada triwulan III 2017, indikator sistem pembayaran di Provinsi NTT mengalami peningkatan. Jumlah inflow dan outflow uang kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT masing-masing mengalami peningkatan 34,27% dan 11,40% (yoy). Transaksi kliring di Provinsi NTT juga mengalami kenaikan baik secara volume maupun nominal masing-masing sebesar 11,17% dan 7,96% (yoy). Kas titipan Bank Indonesia pada beberapa perbankan di Provinsi NTT menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp 277,47 miliar. Posisi net outflow tersebut mengalami peningkatan sebesar 13,37% (yoy). Terkait transaksi pembayaran non tunai kliring, pada triwulan III 2017 transaksi di Provinsi NTT mengalami kenaikan baik secara volume maupun nominal. Volume kliring Provinsi NTT pada triwulan III 2017 adalah 81.780 warkat. Jumlah tersebut meningkat 11,17% (yoy).
Perkembangan sektor kesejahteraan dan ketenagakerjaan menunjukkan adanya perbaikan di semester II 2017. Jika dibandingkan dengan total angkatan kerja, persentase pengangguran pada bulan Agustus 2017 tercatat sebesar 3,25% atau 78,5 ribu orang, sedikit meningkat dibandingkan Agustus 2016 yang sebesar 3,27% atau 76,6 ribu orang. Kesejahteraan menunjukkan adanya peningkatan, ditunjukkan melalui indikator Nilai Tukar Petani yang meningkat dari 101,20 (Triwulan II-2017) menjadi 103,00 (Triwulan III-2017). Hal ini menunjukkan kenaikan pendapatan petani yang lebih besar dibanding biaya hidup yang dikeluarkan.
Ke depan, perekonomian Provinsi NTT pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,90%-5,30% (yoy), melambat dibandingkan kisaran pertumbuhan triwulan IV 2017 sebesar 5,10%-5,50% (yoy). Perlambatan pertumbuhan diperkirakan terjadi seiring kinerja konsumsi pemerintah yang belum maksimal di awal tahun dan net impor antar daerah yang meningkat untuk kebutuhan konsumsi dan proyek baru di awal tahun. Tekanan inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan berada pada kisaran 2,90%-3,30% (yoy) atau meningkat dibandingkan perkiraan inflasi tahun 2017 pada kisaran 2,55%-2,95% (yoy). Relatif tingginya inflasi pada triwulan I 2018 lebih disebabkan oleh faktor based effect yaitu rendahnya posisi harga di tahun sebelumnya terutama untuk komoditas bahan makanan seperti sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan.