Organisasi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara

DWI PUTRA INDRAWAN

Deputi Direktur – Kepala Perwakilan BI Provinsi Maluku Utara

​​​​Dwi Putra Indrawan lahir di Metro pada tahun 1977. Menyelesaikan pendidikan sarjana di Bidang Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas pada tahun 2000. Dwi melanjutkan Pendidikan di University of Sydney dan mendapatkan gelar Master di Bidang Finance pada tahun 2016.

Memulai kariernya di Bank Indonesia sejak tahun 2005, saat ini Dwi menjabat sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara sejak tahun 2024.

​​Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)​
​​Unduh LHKPN ​​​​​​​Informasi Publik​ Formulir Permohonan Informasi dan Keberatan

Peta

Kontak

​Jl. Yos Sudarso No. 1
​Ternate
Telp: (0921) 3124017
Fax: (0921) 3121217

Maluku Utara resmi terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999, melalui UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Pada awal pendiriannya, Provinsi Maluku Utara beribukota di Ternate yang berlokasi di kaki Gunung Gamalama, selama 11 tahun. Tepatnya sampai dengan 4 Agustus 2010, setelah 11 tahun masa transisi dan persiapan infrastruktur, ibukota Provinsi Maluku Utara dipindahkan ke Kota Sofifi yang terletak di Pulau Halmahera yang merupakan pulau terbesarnya.

Geografis Maluku Utara terletak pada Koordinat 3º 40' LS- 3º 0' LU123º 50' - 129º 50' BT. Maluku Utara merupakan gugusan kepulauan dengan rasio daratan dan perairan sebanyak 24 : 76. Memiliki gugusan pulau sebanyak 395 buah, 83% atau sekitar 331 pulaunya belum berpenghuni.

Provinsi Maluku Utara terkenal juga dengan sebutan Moloku Kie Raha atau Kesultanan Empat Gunung di Maluku, karena pada mulanya daerah ini merupakan wilayah 4 kerajaan besar Islam Timur Nusantara, terdiri dari:

  1. Kesultanan Bacan;
  2. Kesultanan Jailolo;
  3. Kesultanan Tidore; dan
  4. Kesultanan Ternate.

Terdapat beragam suku yang mendiami wilayah Maluku Utara, yaitu Suku Madole,Suku Pagu, Suku Ternate, Suku Makian Barat, Suku Kao, Suku Tidore, Suku Buli, Suku Patani, Suku Maba, Suku Sawai, Suku Weda, Suku Gane, Suku Makian Timur, Suku Kayoa, Suku Bacan, Suku Sula, Suku Ange, Suku Siboyo, Suku Kadai, Suku Galela, Suku Tobelo, Suku Loloda, Suku Tobaru, Suku Sahu, Suku Arab, dan Eropa. Pergerakan perekonomian daerah di Maluku Utara sebagian besar bersumber dari perekonomian rakyat yang bertumpu pada sektor pertanian, perikanan dan jenis hasil laut lainnya. Komoditas utama yang mendukung nadi perekonomian di Maluku Utara meliputi:

  1. Kopra;
  2. Buah Pala;
  3. Cengkeh;
  4. Perikanan, yang sebagian telah diekspor ke Jepang;
  5. Emas;
  6. Nikel, yang sebagian telah diekspor ke Jepang.
Provinsi Maluku Utara memiliki  beragam  potensi  ekonomi,  dari  sumber  daya  alam berbasis pertanian, kelautan, dan pariwisata. Hasil tanaman perkebunan yang cukup dominan di Provinsi Maluku Utara adalah tanaman kelapa, kakao, cengkeh, dan pala.

Provinsi Maluku Utara menyimpan potensi ekonomi yang sangat kuat, dan letaknya di bibir Samudera Pasifik, sehingga di masa yang akan datang wilayah ini berpeluang meraih beragam keuntungan ekonomi, khususnya dalam percaturan Pasar Pasifik.

Pulau Morotai-yang menjadi basis konsolidasi terakhir Tentara Sekutu pada Perang Dunia II-bisa diperankan sebagai pintu gerbang ke luar-masuk dari dan ke Pasifik. Letak strategis Pulau Morotai bisa menjadi pertimbangan utama pengembangan Maluku Utara. Bukankah AS sebelum menaklukkan Filipina, Jepang, dan Korea, mengonsolidasikan militernya di Morotai.

Sisa-sisa peninggalan AS di Morotai masih tampak kasat mata, seperti tujuh buah landasan pacu pesawat dan banyaknya kerangka kapal di perairannya. Bahkan hingga kini ranjau-ranjau laut yang disebar Sekutu untuk melindungi basis militer Morotai masih saja memangsa nelayan Morotai. Dikaitkan dengan maraknya pasar Pasifik, Morotai dapat dimanfaatkan dan diberdayakan untuk kepentingan perdagangan internasional Indonesia.

Pulau Morotai juga memiliki komoditas perdagangan yang beragam, mulai dari plywood, kayu olahan lain, minyak kelapa kasar, bungkil, pisang segar, kopra, pala, fuli, kakao, kayu bular, dan rotan. Bahkan, Kelompok Sinar Mas memiliki perkebunan pisang modern sebelum akhirnya ditutup akibat perang saudara.
Di samping itu, Maluku Utara yang akrab disebut Maloku Kie Raha (gugusan empat pulau bergunung) ini memiliki kekayaan tambang yang cukup menjanjikan, seperti nikel ore, limonite, dan emas. Yang tak kalah menarik, tentu potensi laut dan perikanan yang bernilai miliaran dollar.
Provinsi Maluku Utara memiliki potensi wisata unggulan yang menarik untuk dikunjungi. Sebagai Provinsi Kepulauan ada banyak alternatif objek wisata yang terletak di Pulau Ternate. Sebagai pintu gerbang masuk di Provinsi Maluku Utara, Kota Ternate punya banyak destinasi wisata yang populer di kalangan wisatawan. Terletak di kaki Gunung Gamalama, Kota Ternate menyimpan sejuta pesona keindahan yang menawan. Potensi wisata di kota kepulauan ini memang cukup lengkap, dengan destinasi wisata alam dan bahari, sejarah dan edukasi, serta wisata hiburan yang menyenangkan. 

Wisatawan dapat mengelilingi Kota dengan luas wilayah 5.795,4km2 ini dengan menggunakan kendaraan pribadi dengan waktu tempuh kurang dari 2 jam. Bila start dilakukan dari Pusat Kota menuju arah utara, spot pertama yang dapat disinggahi adalah Kawasan Wisata Batu Angus. Tempat ini menampillkan formasi bongkahan batu purba yang bentuk dan warnanya hitam kontras dengan bebatuan di sekitarnya. Menurut sejarahnya, bentuk  batu-batu tersebut merupakan bekas dari aliran lava yang membeku pada saat terjadi letusan Gunung Gamalama pada tahun 1907. Objek wisata ini terbentuk akibat letusan kuat yang memuntahkan lava ke arah timur laut hingga mencapai pantai. 

Selanjutnya, objek wisata yang tak kalah menarik yaitu Pantai Sulamadaha. Kawasan wisata ini memiliki Hol Sulamadaha yang dapat dicapai dengan jalan setapak sepanjang 500 meter dari Pantai Sulamadaha. Lokasi Hol Sulamadaha dikelilingi pepohonan rindang dan sejuk. Terdapat mata air panas yang jernih sebagai pelengkap atraksi wisatawan, sehingga aktivitas snorkeling dapat dilakukan dengan nyaman. Bahkan saking jernihnya, wisatawan dapat menikmati pertunjukan perahu melayang di Hol Sulamadaha. 

Usai menikmati keindahan Pantai Sulamadaha, perjalanan bisa dilanjutkan ke Kawasan Wisata Danau Tolire. Ada 2 Danau yang dapat dinikmati keindahannya, Tolire Besar airnya berwarna hijau dan Tolire Kecil berwarna lebih gelap yang lokasinya berada tepat di pinggir pantai. Menurut sejarah, letusan freatik yang terjadi di kaki Gunung Gamalama menyebabkan terbentuknya Danau Tolire Besar. Mitos yang berkembang di masyarakat, danau ini ditinggali oleh siluman buaya putih sehingga tidak ada warga yang berani turun ke pinggir danau atau mengambil ikan yang ada di dalamnya. Keunikan lain dari danau ini adalah jika ada yang melemparkan sesuatu ke danau, sekuat apapun lemparan batu tersebut. Lemparannya tidak akan mencapai permukaan danau. 

Selain objek wisata alam, Kota Ternate juga dijuluki Kota seribu benteng karena banyaknya peninggalan benteng Spanyol dan Portugis yang tersebar di berbagai sudut Kota. Diantaranya, Benteng Tolukko, Fort Oranje dan Benteng Kastela. Benteng-benteng ini masih dirawat dengan baik yang menjadi saksi sejarah peradaban negeri yang kaya rempah, Provinsi Maluku Utara.

​Sejak tanggal 29 Juli 1976 Kantor Bank Indonesia mulai beroperasi dengan nama Kantor Kas Bank Indonesia yang beralamat di Jalan Pahlawan Revolusi Ternate, menggunakan gedung milik Willem Theo yang disewa kontrakkan kepada Bank Indonesia.  Pada waktu itu Bank Indonesia sebenarnya sudah menyiapkan lahan/tanah milik Bank Indonesia untuk keperluan pembangunan gedung kantor, perumahan dinas dan tungku pembakaran. Tanah untuk gedung kantor terletak di lingkungan B III (Maliaro) seluas 8702 meter per segi (ex Eigendom Verponding No.447 seluas 1742m2 dan ex Eigendom Verponding No.446 seluas 6960m2, tanah untuk perumahan dinas terletak di lingkungan Letter B II seluas 9400m2 (sertifikat No.3249040), sedangkan tungku pembakaran uang berada di luar kota di Kampung Fitu seluas 660m2 (sertifikat No.3249127).  Wilayah kerja Kantor Kas Bank Indonesia meliputi Kabupaten/Dati II Maluku Utara dengan Ibukota Ternate (di Pulau Ternate) dan kabupaten/Daerah Administratif Halmahera Tengah dengan Ibukota Soasio (di Pulau Tidore).

Pada tanggal 1 Juli 1980 mulai dibangun gedung Bank Indonesia Ternate yang dilaksanakan oleh PT. Mahoni Harapan (Jakarta) dan selesai pada Tanggal 15 Januari 1983 dan pada tanggal yang sama, gedung Kantor Cabang Bank Indonesia Ternate yang beralamat di Jalan Jos Sudarso No.1 sudah mulai ditempati, yang diresmikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Bapak Rachmat Saleh pada tanggal 5 Maret 1983.
Cakupan wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara meliputi 8 wilayah kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Pulau Morotai, Kabupaten Pulau Taliabu, Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan.
Nama-Nama Pemimpin Bank Indonesia Ternate Periode Tahun 1976 s.d. Sekarang

PERIODE NAMA JABATAN
1976-1979 R. Muh. Komar  Pemimpin Kantor Kas
1979-1984 Srie Slamet Pemimpin Cabang
1984-1986 Nur Sudibyo Pemimpin Cabang
1986-1988 R.D.J Makatita Pemimpin Cabang
1988-1990 Haswandi S Effendi Pemimpin Cabang
1990-1993 Hadi Hassim Pemimpin Cabang
1993-1997 Suyanto Pemimpin Cabang
1997-1999 Sunaryo Pemimpin Cabang
1999-2001 Tri Selo PBI
2001-2004 M.Abdul Fadlil PBI
2004-2006 Sehono PBI
2006-2009 Endih Santosa PBI
2009-2012 Marlison Hakim PBI
2012-2015 Budiyono PBI
2015-2019 Dwi Tugas waluyanto PBI
2019-Sekarang Gatot Miftahul Manan PBI​

Baca Juga