No. 23/117/DKom
Pertemuan
ke-24 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3
menggarisbawahi pentingnya peningkatan kerja sama keuangan regional
untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan keuangan di kawasan dalam menghadapi COVID-19 serta meningkatkan kesiapan memasuki masa pascapandemi (post-pandemic era). Kesamaan pandangan tersebut mengemuka pada pertemuan yang berlangsung secara virtual pada tanggal 3 Mei 2021.
“Bank Indonesia telah melakukan berbagai kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi antara lain melalui penurunan suku bunga kebijakan menjadi 3,5% yang merupakan tingkat suku bunga terendah sepanjang sejarah, melakukan quantitative easing untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar, serta melakukan stabilisasi nilai tukar sesuai
dengan fundamental dan mekanisme pasar”, demikian disampaikan oleh
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, yang hadir pada pertemuan
tersebut bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani
Indrawati. Untuk mendukung pemulihan ekonomi domestik, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan mendorong percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan.
Pertemuan tersebut menyambut baik penguatan kerja sama keuangan yang dituangkan dalam Amandemen Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM[1]) yang mulai berlaku sejak 31 Maret 2021. Penguatan kerja sama CMIM mencakup peningkatan porsi fasilitas CMIM IMF De-Linked Portion (IDLP[2])
dari 30% menjadi 40%, dan pemberian fleksibilitas dalam pemanfaatan
kerja sama CMIM dalam mata uang lokal. Penggunaan mata uang lokal ini
dilakukan dengan prinsip voluntary and demand driven. Selain itu, negara-negara anggota juga menyambut baik ditandatanganinya Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Agreement sebagai milestone pendorong perdagangan dan investasi di kawasan. Negara-negara anggota mengharapkan agar perjanjian tersebut dapat segera berlaku efektif untuk semakin mendukung integrasi ekonomi kawasan.
Pertemuan
tersebut juga dihadiri oleh beberapa lembaga internasional, yaitu
ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), Asian Development Bank
(ADB), dan International Monetary Fund (IMF), sebagai mitra ASEAN+3.
Kehadiran lembaga-lembaga tersebut dimaksudkan untuk memberikan
pandangan mengenai kondisi ekonomi dan keuangan terkini, baik regional
maupun global, serta memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat diambil
untuk mengatasi dampak dari pandemi COVID-19.
Jakarta, 4 Mei 2021
Kepala Departemen Komunikasi
Erwin Haryono
Direktur Eksekutif
Informasi tentang Bank Indonesia
Telp. 021-131, Email : bicara@bi.go.id
[1] CMIM merupakan kerjasama keuangan di antara negara-negara ASEAN+3 dalam bentuk fasilitas
dukungan likuiditas bagi negara yang menghadapi masalah likuiditas
jangka pendek atau kesulitan neraca pembayaran. Kerja sama CMIM dibentuk
pada 2010 dengan nilai komitmen kerja sama sebesar 240 miliar dollar
AS.
[2] CMIM IMF De-Linked Portion adalah fasilitas CMIM yang diberikan kepada negara ASEAN+3 tanpa harus dikaitkan dengan program IMF.