Pernahkah kamu merasa seperti roti isi yang terjepit di tengah? Di satu sisi harus membantu orang tua yang mulai menua, di sisi lain juga harus memikirkan masa depan anak-anak. Itulah yang dirasakan oleh “Sandwich Generation” - generasi yang terhimpit antara tanggung jawab merawat orang tua dan membesarkan anak dan di tengah himpitan itu, mimpi memiliki rumah sendiri seringkali terasa semakin jauh.
Dilema Sandwich Generation: Antara Mimpi dan Realita
Bagi sandwich generation, memiliki rumah bukan sekedar keinginan, tapi kebutuhan mendesak. Bayangkan harus berbagi ruang terbatas dengan orang tua dan anak-anak atau terus-menerus membayar sewa yang semakin mahal. Namun, keluar dari lingkaran itu tidak mudah..
Berdasarkan laporan riset The Prakarsa (2021), sekitar 66,3% kelompok usia produktif di Indonesia tinggal dalam rumah tangga tiga generasi, yang mencerminkan fenomena sandwich generation. Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa sebagian besar rumah yang ditinggali saat ini bukan milik sendiri, menunjukkan adanya kesenjangan antara kebutuhan dan kemampuan kepemilikan rumah.
Terbentur Pendapatan, Terganjal Harga Rumah
Masalah utama yang dihadapi sandwich generation dalam mewujudkan rumah impian adalah ketidakseimbangan antara pendapatan dan harga properti. Di satu sisi, pendapatan harus dibagi untuk berbagai kebutuhan:
Di sisi lain, harga properti terus melambung. Akibatnya, kemampuan untuk mengakses Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi terbatas. Banyak yang akhirnya terpaksa menunda impian memiliki rumah atau beralih ke properti yang jauh dari pusat kota dengan fasilitas terbatas.
KLM: Solusi Kebijakan dari Bank Indonesia
Di sinilah peran Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia menjadi sangat penting. KLM adalah kebijakan yang dirancang untuk mendorong bank menyalurkan kredit ke sektor-sektor tertentu, termasuk perumahan.
Apa itu KLM?
KLM merupakan insentif yang ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui pengurangan giro bank di Bank Indonesia dalam rangka pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM). Dalam bahasa sederhana, bank yang rajin menyalurkan kredit ke sektor tertentu secara rata-rata akan mendapat “diskon” dalam kewajiban menyimpan dana di BI.
Bayangkan seperti ini: Setiap bank wajib “menitipkan” sebagian dananya di BI (disebut GWM). Nah, jika bank aktif menyalurkan KPR, BI akan mengurangi jumlah dana yang wajib dititipkan. Dengan demikian, bank memiliki lebih banyak dana untuk disalurkan sebagai kredit, termasuk KPR.
Ketentuan dan Besaran KLM
Berdasarkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) Nomor 7 tahun 2025, besaran KLM telah ditingkatkan dari semula paling tinggi 4% (400bps) menjadi paling tinggi 5% (500bps). Khusus untuk sektor tertentu termasuk sektor perumahan, besaran insentif maksimum adalah 3,2%.
Bank Indonesia juga memberikan tambahan besaran KLM paling banyak sebesar 0,3% untuk masing-masing sektor tertentu dan/atau kredit/pembiayaan inklusif berdasarkan pencapaian Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) jika rata-rata pertumbuhan kredit/pembiayaan memenuhi kriteria tertentu, salah satunya dalam penyaluran kredit perumahan termasuk perumahan rakyat, yaitu memiliki pangsa kredit lebih 2% dan pertumbuhan kredit lebih dari 5%.
Cakupan Sektor Perumahan, Real Estate, dan Konstruksi dalam KLM
Sektor perumahan yang mendapat dukungan KLM meliput:
Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal (KPR)
Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen (KPA)
Konstruksi
Real Estate
Pendukung Konstruksi dan Real Estate
Ini berarti, baik KPR untuk rumah tapak maupun apartemen, keduanya mendapat dukungan melalui kebijakan KLM.
Selain sektor perumahan ada 2 sektor lainnya, yaitu Daftar Kelompok Sektor Pertanian, Perdagangan, dan Industri Pengolahan serta Daftar Kelompok Sektor Transportasi, Pergudangan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif.
Potensi Penyaluran Kredit Perumahan yang Lebih Besar
Hadirnya KLM diharapkan dapat membantu mendorong perbankan untuk lebih giat dalam menyalurkan kredit kepada sektor perumahan, kenapa? Ini alasannya
Peningkatan Ketersediaan Dana
Dengan GWM (Giro Wajib Minimum) yang lebih rendah, bank memiliki lebih banyak dana yang tersedia untuk dipinjamkan. Ini secara langsung meningkatkan suplai kredit di pasar, termasuk untuk KPR.
Penurunan Biaya Dana Bank
Insentif ini mengurangi biaya operasional bank terkait pemenuhan GWM. Penghematan ini dapat memungkinkan bank menawarkan suku bunga KPR yang sedikit lebih kompetitif atau persyaratan yang lebih fleksibel namun tetap menerapkan prinsip kehati-hatian.
Fokus pada Sektor Tertentu
Kebijakan ini secara eksplisit mengarahkan bank untuk berinvestasi lebih banyak di sektor perumahan, terutama yang berdampak sosial dan lingkungan (MBR, KPR hijau), yang seringkali merupakan segmen yang memiliki permintaan tinggi namun terbatas dalam akses kredit.
Dukungan Skala Nasional
Bank Indonesia telah mengumumkan ruang insentif likuiditas yang sangat besar melalui KLM, yang berpotensi menyalurkan dana puluhan hingga ratusan triliun Rupiah ke sektor-sektor tertentu. Ini adalah dukungan berskala makro yang signifikan.
Saat ini, kriteria bank yang mendapatkan insentif khusus untuk sektor perumahan adalah yang memiliki nilai rata-rata pangsa kredit lebih besar dari 2% dan nilai rata-rata pertumbuhan kredit lebih besar dari 5%.
Artinya, masih ada ruang besar untuk mengoptimalkan penyaluran kredit perumahan, yang pada gilirannya akan membantu sandwich generation mewujudkan mimpi memiliki rumah.
Bagaimana KLM Membantu Sandwich Generation?
KLM memberikan manfaat bagi sandwich generation melalui beberapa cara:
Meningkatkan Akses KPR
Dengan insentif KLM, bank memiliki lebih banyak likuiditas untuk disalurkan sebagai KPR. Ini berarti lebih banyak sandwich generation yang berpeluang mendapatkan KPR.
Potensi Suku Bunga KPR yang Lebih Kompetitif
Likuiditas yang lebih besar berpotensi mendorong persaingan antar bank dalam menawarkan KPR. Hal ini akan lebih banyak memberikan alternatif bagi masyarakat yang bisa berujung pada suku bunga yang lebih kompetitif.
Mendorong Inovasi Produk KPR
Dengan insentif KLM, bank didorong untuk berinovasi dalam produk KPR yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sandwich generation.
Memperluas Pilihan Properti
Dukungan KLM untuk berbagai jenis properti (rumah tapak, apartemen, dll) memberikan lebih banyak pilihan bagi sandwich generation sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.
Wujudkan Rumah Impian, Bebaskan Diri dari Himpitan
Menjadi sandwich generation memang penuh tantangan, tapi bukan berarti mimpi memiliki rumah sendiri harus dikubur dalam-dalam. Dengan kebijakan KLM dari Bank Indonesia, peluang untuk mewujudkan rumah impian menjadi lebih terbuka.
Jangan biarkan status sandwich generation menghalangi langkah menuju rumah impian. Dengan informasi yang tepat dan perencanaan yang matang, rumah impian bisa menjadi kenyataan!