Pernah nggak sih, lagi enak-enak mau masak, eh harga cabai atau bawang tiba-tiba melambung tinggi? Atau pas lagi butuh banget stoknya malah langka? Pasti bikin pusing kepala, ya! Nah, menjaga agar harga kebutuhan pokok terutama pangan tetap stabil dan pasokannya aman itu penting banget buat kita semua.
Untungnya, ada kabar baik dari wilayah Bali dan Nusa Tenggara (Balinusra)! Bank Indonesia (BI) bersama Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP–TPID), plus berbagai kementerian dan lembaga terkait lainnya, baru saja menggelar Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Wilayah Balinusra 2025 pada 23 Mei lalu di Denpasar. Ini bukan sekadar acara biasa, tapi sebuah "jurus jitu" hasil kolaborasi untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan kita secara berkelanjutan.
Temanya saja sudah keren: "Sinergi dan Inovasi Peningkatan Produksi dan Penguatan Ketahanan Pangan Guna Mendukung Asta Cita Nasional serta Pengendalian Inflasi di Wilayah Balinusra". Intinya, kerja bareng dan cari cara baru biar urusan perut kita semua aman!
Tantangan Unik di Pulau Dewata dan Tetangganya
Kenapa sih Balinusra (Bali, NTB, NTT) butuh perhatian khusus? Sobat Rupiah pasti tahu dong, wilayah ini kan primadona pariwisata Indonesia! Jutaan turis datang silih berganti. Nah, ini jadi tantangan tersendiri. Kebutuhan pangannya jadi berlipat ganda, bukan cuma untuk penduduk lokal, tapi juga untuk para wisatawan. Belum lagi kalau ada upacara adat atau perayaan keagamaan, permintaan bahan pangan tertentu bisa melonjak drastis.
Di sisi lain, ada juga tantangan internal. Infrastruktur seperti pelabuhan dan transportasi antar pulau, khususnya di NTB dan NTT, masih perlu ditingkatkan agar distribusi pangan lancar. Di Bali, lahan pertanian kabarnya makin menyempit. Mencari generasi penerus petani juga jadi PR tersendiri. Ditambah lagi, peran pasar induk sebagai pusat distribusi pangan belum semaksimal yang diharapkan. Wah, kompleks juga ya?
GNPIP Balinusra Beraksi: Sinergi dan Inovasi Jawabannya!
Nah, di sinilah GNPIP Balinusra 2025 hadir sebagai solusi. Kuncinya ada dua: Sinergi dan Inovasi.
Kerja Bareng Itu Keren (Sinergi)
Sebagai bagian dari TPIP-TPID Bank Indonesia turut berkontribusi bersama dengan pemerintah daerah, sampai pihak swasta, semua bahu-membahu. Ibu Aida S. Budiman, Deputi Gubernur Bank Indonesia, sampai memberikan apresiasi khusus lho atas kerja keras ini. Pak Dewa Made Indra, Sekda Provinsi Bali, juga menekankan pentingnya Kerja Sama Antar Daerah (KAD). Bukan cuma antar pemerintah (G2G), tapi juga antar pelaku usaha (B2B). Contoh suksesnya? Di Bali, Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pangan sudah bekerjasama langsung dengan hotel dan restoran (lewat PHRI). Hasilnya? Rantai pasok makin pendek, produk petani lokal makin laris!
Terobosan Cerdas (Inovasi & Peningkatan Produksi)
Biar hasil panen makin melimpah, berbagai upaya dilakukan. Mulai dari bantuan sarana produksi pertanian (saprodi) sampai perluasan area tanam. Upaya ini juga diselaraskan untuk mendukung program nasional yang lagi hits, yaitu Makan Bergizi Gratis (MBG). Jadi, pasokan pangannya aman, gizinya pun terjamin!
Distribusi Lancar, Harga Aman
Logistik yang efisien itu krusial. Pak Ferry Irawan dari Kemenko Perekonomian menekankan hal ini dalam Rapat Koordinasi. Upaya terus dilakukan untuk mengatasi kendala infrastruktur dan memaksimalkan peran pasar induk agar distribusi pangan makin lancar jaya.
Hasilnya Gimana? Kerja keras ini membuahkan hasil nyata, Sobat Rupiah! Buktinya, inflasi di wilayah Balinusra pada April 2025 tercatat cukup terkendali di angka 2,06% (year-on-year). Padahal, saat itu permintaan lagi tinggi-tingginya karena momen Lebaran dan musim liburan turis. Ini menunjukkan kalau strategi yang dijalankan sudah di jalur yang benar!
Langkah Strategis ke Depan
Perjuangan belum selesai, tentunya. Dalam Rapat Koordinasi TPIP dan TPID Balinusra, dirumuskan beberapa langkah strategis ke depan:
- Melindungi lahan pertanian yang ada dan memanfaatkan lahan 'tidur' agar lebih produktif
- Menciptakan petani-petani muda yang inovatif.
- Memanfaatkan teknologi pertanian pintar untuk mengurangi risiko gagal panen.
- Memperkuat peran pasar induk sebagai pusat distribusi.
- Mendorong kemitraan yang saling menguntungkan antara petani/produsen dengan penyedia gizi untuk mendukung kelancaran program MBG.