“
Walau perjalanan yang kita tempuh cukup jauh dan rawan macet, namun harus tetap
kita jalani karena ada harapan dari belasan pedagang cilik yang kita bawa dalam
perjalanan ini“
Kalimat pemacu semangat tersebut dilontarkan oleh salah seorang sahabat saya, Yudi, dalam perjalanan kami ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jawa Timur yang berjarak 56 km dari kota kami, Mojokerto. Sebagai informasi, saya dan Yudi belakangan ini mempunyai kesibukan yang salah satunya yakni menjaga kelayakan kondisi uang kertas rupiah di pasaran melalui kegiatan penukaran uang kertas rusak ke kantor BI yang beralamat di Surabaya. Uang – uang rusak tersebut kami kumpulkan dari para pedagang kecil di daerah kami. Upaya kami tersebut dapat dikatakan sebagai bagian dari penerapan cinta rupiah dengan cara merawat dan menjaga uang kertas rupiah (CBP Rupiah).
Kegiatan penukaran uang kertas lusuh ini bukan tanpa alasan. Kebetulan, kami sama – sama mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi yang kami tempuh saat kuliah dahulu. Mahzab ekonomi yang kami anut pun adalah tipe ekonomi kerakyatan yang merupakan struktur terbawah dari piramida sistem ekonomi. Rasa mudah iba dan tidak tegaan menjadi trigger terbesar bagi kami untuk berkecimpung di kuadran ekonomi kerakyatan. “Tidakkah kamu kasihan dengan bapak tua itu yang masih berjualan asongan dengan baju basah kuyup sambil menghitung lembaran uang kertas yang basah?“ celetuk Yudi tiba – tiba membuyarkan lamunan saya yang menatap rintik air hujan dari balik jendela mobil kami.
“Pak, beli Pak!“ teriakan Yudi kembali mengagetkanku, gilanya lagi dia mengerem mobilnya secara mendadak. Ternyata dia memanggil bapak tua pedagang asongan yang basah kuyup kehujanan tadi untuk membeli 2 bungkus tahu sambal untuk saya dan dirinya. Bapak berperawakan kurus tersebut memberikan tahunya dan uang kembalian kepada kami, kemudian kami pun beranjak pergi. “Eh,eh,eh, tunggu dulu, ini uang kembalian sudah sobek begini dikasihkan kita? ayo kita kembali ke bapak tadi!“ seru Yudi yang baru sadar uang kembaliannya sobek. “Hah? Jangan lah bro, ikhlaskan saja jangan dikembalikan, kita kumpulkan untuk ditukar ke Bank Indonesia, sekalian dengan uang - uang rusak dari penduduk kampung yang kita bawa ini!" tukasku pada Yudi, namun dia tetap bersikukuh kembali karena dia yang menyetir mobilnya.
Sesampainya di bapak tua tadi, Yudi bertanya padanya, “Pak, apa Bapak masih mempunyai uang rusak lainnya?" ternyata dugaanku salah, Yudi malah mau mengambil uang rusak lainnya untuk ditukar uang baik yang sementara merupakan simpanan kami. Seluruh uang rusak atau sobek yang kami kumpulkan dari bapak tadi ternyata cukup banyak. Ditambah kondisi basah akibat kehujanan menyebabkan bentuknya sudah memprihatinkan. Prediksi kami, uang – uang lusuh tersebut dalam beberapa tahun ke depan sudah tidak dapat digunakan lagi karena kerusakan yang bisa semakin parah.
Menurut kami, uang kertas saat ini lebih banyak berputar di masyarakat kalangan bawah. Hal ini dikarenakan tren jual beli beralih ke uang digital di zaman yang serba modern seperti saat ini. Sebagaimana data Bank Indonesia (2023) menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia pengguna dompet digital mencapai 64% dari 280 juta jiwa penduduk tanah air. Dan jika kita amati, fenomena penggunaan uang digital ini hanya terjadi di kalangan masyarakat golongan menengah atas saja yang kesehariannya tidak bisa lepas dari gawai elektronik. Sedangkan pada masyarakat kalangan bawah, jangankan bertransaksi via digital, sekedar menggunakan gawai smartphone saja mereka masih kesulitan. Sehingga, kaum marginal tersebut mayoritas masih menggunakan uang kertas dalam kegiatan ekonominya.
Sayangnya, beberapa kondisi memprihatinkan masih dapat kita lihat dari kegiatan ekonomi masyarakat kalangan bawah. Seringkali uang kertas yang beredar di masyarakat memiliki kondisi yang tidak layak. Terkadang uang kertas rupiah yang sudah lusuh atau bahkan sobek masih saja digunakan dalam transaksi jual beli. Bagi masyarakat yang apes, bisa saja uang yang sampai pada mereka sudah tidak bisa digunakan untuk bertransaksi. Sehingga, mau tidak mau mereka harus mengalami kerugian dengan lembaran rupiah yang sudah tak layak edar tersebut.
Fenomena memprihatinkan terkait uang kertas rupiah yang tak layak edar di masyarakat menggugah jiwa kami untuk mengambil sikap. Salah satunya, jika kami menerima uang kertas kembalian dari transaksi pembelian maka kami tetap menerima uang tersebut dan kami simpan. Kemudian jika jumlah yang terkumpul sudah banyak, kami akan menukarkannya ke kantor Bank Indonesia (BI) terdekat. Selain itu, kami pun menggunakan skema jemput bola dengan cara mendatangi toko – toko kecil di daerah kami dan terkadang pedagang asongan di jalanan untuk menukar uang kertas mereka yang sudah rusak dengan uang baik hasil penukaran dari kantor BI. Atau jika kami belum sempat menukar uang ke kantor BI, maka uang tersebut untuk sementara waktu akan kami ganti dengan uang baik simpanan kami sendiri.
Gambar 1. Kegiatan Penukaran Uang ke Masyarakat
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, Oktober - November 2024)
Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, kami pun tiba di kantor BI. Di awal kedatangan kami, petugas satpam dengan sigap bertanya tentang tujuan kami dan melakukan sedikit pengecekan pada kendaraan kami. Kemudian kami dipersilahkan masuk dan langsung menuju loket penukaran uang kertas. Ramah dan profesional merupakan kesan pertama yang kami tangkap dari petugas BI di loket tersebut. Setelah menunggu beberapa antrian, akhirnya tiba saatnya kami dilayani petugas BI. Namun, di sini kami disuruh mendaftar secara online terlebih dahulu, syarat yang sebenarnya baru kami ketahui saat itu.
Setidaknya ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan penukaran uang rusak. Pertama, buka halaman www.pintar.bi.go.id dan pilih menu penukaran uang rusak/cacat. Kemudian pilih provinsi, kantor perwakilan BI, dan waktu penukaran. Berikutnya, mengisi data pmesanan yang meliputi NIK, nama, nomor telepon, dan alamat email. Lalu isi jumlah lembar uang rusak yang akan ditukar. Dan terakhir, pilih kategori kerusakan seperti terbakar, berlubang, atau sobek. Setelah selesai akan diberikan bukti pemesanan yang selanjutnya akan dibawa ke petugas di loket penukaran uang rusak.
Setelah proses penukaran kami selesai, petugas BI memberi beberapa informasi kepada kami. “Penukaran uang juga bisa dilakukan pada mobil – mobil kas keliling kami di lapangan Mas,“ kata petugas BI. Kami sebenarnya sangat malu karena total nominal uang yang kami tukarkan tidak terlalu besar, namun kami datang ke kantor BI yang sangat megah itu. “Andai kami tahu sejak awal, mungkin kami akan mendatangi mobil kas keliling BI di lapangan jika uang yang kami tukarkan jumlahnya kecil," gumam saya dalam hati sambil menahan malu.
“Mudah saja kok Mas, hampir sama dengan proses penukaran langsung ke kantor perwakilan BI. Pertama – tama buka saja situs www.pintar.bi.go.id, lalu pilih jadwal dan lokasi penukaran, mobil – mobil kami akan ada di tempat itu sesuai jadwal yang tertera,“ ujar petugas BI kembali yang seolah mengetahui ekspresi malu saya. “Oh iya Bu, terima kasih atas informasinya, mari Bu," ujar saya singkat, padat, dan ngibrit segera meninggalkan loket itu sambil menahan malu dengan segenggam uang hasil penukaran. Sebagai perbandingan, orang – orang lain yang menukar uang berbarengan dengan kami kebanyakan membawa tas ransel dengan nominal penukaran uang yang jauh lebih besar.

Gambar 2. Penukaran Uang Rusak ke Kantor Bank Indonesia
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 21 November 2024)
Dalam perjalanan pulang dari kantor BI dengan suasana mendung serta jalanan yang semakin sepi, kami berdua mencoba memainkan imajinasi kami. Terkait pemberdayaan ekonomi masyarakat bawah yang masih jarang bersentuhan dengan teknologi pembayaran digital, kami pikir sangat penting untuk memperhatikan kondisi kelayakan uang kertas yang beredar di pasaran. Menurut kami, uang kertas saat ini masih bisa dilakukan inovasi dalam beberapa hal. Pertama, uang kertas dapat diberi kode QR tercetak kecil atau transparan yang memiliki beberapa tujuan. Kode QR tersebut dapat menampilkan nomor seri asli uang sehingga sulit dipalsukan atau dapat pula menampilkan informasi rinci mengenai gambar foto alam atau pahlawan nasional yang tertera di uang kertas sebagai wawasan ke masyarakat.
Kedua, perlunya memperhatikan kaum disabilitas seperti tunanetra. Misal, pencetakan uang baru di masa yang akan datang akan menggunakan tanda pengenal khusus bagi tunanetra seperti angka nominal yang timbul atau tanda tertentu yang timbul di berbagai sudut uang kertas. Contohnya, uang kertas pecahan seribu akan memiliki tanda timbul di sudut kiri atas, sedangkan uang pecahan lima ribu akan memiliki tanda timbul di bagian tengah. Ketiga, perlunya mempertimbangkan penggunaan bahan pembuatan uang kertas yang lebih baik agar tidak mudah sobek. Terkait hal ini, BI dapat membandingkan antara biaya cetak uang dengan bahan bagus dan biaya kerugian akibat penggantian uang rusak dengan uang baru. Sehingga, dapat diukur lebih besar mana biaya di antara kedua kebijakan tersebut.
Pada akhirnya, segala upaya yang kami lakukan ini diharapkan dapat menyelamatkan perekonomian masyarakat kalangan bawah yang masih dominan menggunakan uang kertas. Tidak dapat dipungkiri bahwa di zaman serba digital seperti saat ini mayoritas transaksi sudah menggunakan skema cashless. Namun, tidak dapat kita abaikan pula bahwa uang kertas rupiah yang dinobatkan sebagai uang kertas terbaik di dunia pada ajang Currency Award 2023 tersebut masih sangat penting keberadaannya bagi kaum marginal yang belum tersentuh teknologi digital. Sehingga, kami berharap agar kegiatan penukaran uang rusak yang kami lakukan ini dapat menginspirasi calon – calon pejuang penyelamat rupiah lainnya di jagat nusantara ini.
“Sudah gak sabar rasanya aku membayangkan senyuman dari wajah para pedagang cilik di kampung halaman saat kita tiba nanti," ujar Yudi padaku sambil mencium bau uang baru yang dia tempelkan ke hidungnya. “Ini bukan kali terakhir kita ke kantor BI, kita pasti akan kembali ke tempat itu dengan membawa ratusan harapan dari para pedagang cilik lainnya suatu saat nanti," sahutku penuh keyakinan.
Karya
Haris Fifta Putra
Juara 2 BI Digital Content Competition 2024
Kategori Featured Article