No.23/7/DKom
Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut :
A. Perkembangan Nilai Tukar 4-7 Januari 2021
Pada akhir hari Kamis, 7 Januari 2021
- Rupiah ditutup pada level (bid) Rp13.890 per dolar AS.
- Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 5,98%.
- DXY[1] melemah ke level 89,83.
- Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 1,08%.
Pada pagi hari Jumat, 8 Januari 2021
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp13.900 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun naik ke 6,10%.
Aliran Modal Asing (Minggu I Januari 2021)
- Premi CDS (Credit Default Swaps)[3] Indonesia 5 tahun turun di 65,45 bps per 7 Januari 2021 dari 66,06 bps per 31 Desember 2020.
- Berdasarkan data transaksi 4 - 7 Januari 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp6,06 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp5,03 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp1,03 triliun.
- Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto sebesar Rp10,41 triliun.
B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Januari 2021, perkembangan harga pada bulan Januari 2021 diperkirakan inflasi sebesar 0,38% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Januari 2021 secara tahun kalender sebesar 0,38% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,68% (yoy).
- Penyumbang utama inflasi yaitu cabai rawit sebesar 0,09% (mtm), cabai merah sebesar (0,05%), tempe dan tahu masing-masing sebesar 0,03% (mtm), emas perhiasan dan tarif angkutan antarkota masing-masing sebesar 0,02% (mtm), ikan kembung, daging ayam ras, udang basah, ikan tongkol dan nasi dengan lauk masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,03% (mtm) dan bawang merah sebesar -0,02% (mtm).
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.
Jakarta, 8 Januari 2021
Kepala Departemen Komunikasi
Erwin Haryono
Direktur Eksekutif
Informasi tentang Bank Indonesia
Telp. 021-131, Email : bicara@bi.go.id
[1] DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF).
[2] UST atau US Treasury Note merupakan surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun.
[3] CDS atau Credit Default Swaps merupakan indikator yang sering digunakan dalam mengukur risiko suatu negara.