Cerita BI

BI Icon

​​Departemen Komunikasi

8/15/2025 3:00 PM
Hits: 45

Jejak Kedaulatan di Setiap Keping Rupiah

​​Sobat Rupiah, pernahkah kita berhenti sejenak memandang kepingan logam di yang tertinggal di saku atau tergeletak di laci?

Bentuknya kecil, nilainya mungkin tak seberapa, tapi dibalik kilaunya yang sederhana, uang logam menyimpan jejak kedaulatan, simbol bahwa setiap Rupiah, sekecil apapun, tetap bermakna bagi bangsa.

Coba kita ingat, berapa kali dalam seminggu kita menerima kembalian Rp500 atau Rp1.000 dari tukang sayur, penjual minuman keliling, atau minimarket?
Seringnya, koin itu dimasukkan begitu saja ke dashboard mobil, celengan di rumah, atau malah tercecer di dasar tas.
Tak jarang, kasir memberi kita permen sebagai pengganti koin, dan kita menerimanya begitu saja. Lama-lama, tanpa sadar, koin hilang dari sirkulasi, padahal kehadirannya dibutuhkan untuk memberi kembalian yang pas.

Si Pejuang Tangguh

Uang logam adalah penjaga nilai terkecil dalam ekosistem pembayaran. Tak mudah lusuh, tak gampang sobek, dan sanggup bertahan bertahun-tahun. Ia setia hadir di warung, angkutan umum, hingga kios pasar, memastikan setiap transaksi, sekecil apapun, tetap berjalan lancar.

Ia melengkapi pecahan besar, memastikan keseimbangan antara transaksi harian dan nilai Rupiah yang utuh.

Seperti pejuang yang tak kenal lelah, uang logam dilahirkan dari logam pilihan dan dicetak dengan presisi tinggi. Logam seperti nikel dan kuningan memberikan ketahanan yang tak lekang waktu, menjadikannya kokoh meskipun sering berpindah tangan, tertinggal di saku, atau bersentuhan dengan air. Karenanya setiap koin adalah ‘Si Pejuang Tangguh’—awet, relevan, dan setia menjaga keutuhan transaksi harian kita.

Tantangan Koin di Era Digital

Kini, di tengah derasnya arus digitalisasi dan kebiasaan bertransaksi tanpa tunai, keberadaan uang logam mulai jarang terlihat.

Bukan karena ia tak dibutuhkan, tapi karena persepsi publik yang berubah, menganggapnya kurang praktis, kurang bernilai. Padahal, justru di sinilah tantangannya: menjaga peran sang pahlawan kecil agar tidak tergeser.


Tidak semua transaksi bisa didigitalisasi terutama di pelosok negeri atau di kalangan masyarakat yang belum sepenuhnya terliterasi digital. Uang logam akan tetap menjadi pilihan utama untuk transaksi tunai berskala kecil, menjaga inklusi keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Ia adalah pelengkap, bukan pesaing bagi inovasi pembayaran digital.

Tanpa Koin, Apa Jadinya?

Bayangkan ketika kita tidak lagi menerima kembalian pas, harga dibulatkan, atau permen menggantikan koin. Bukan hanya soal kehilangan alat bayar kecil, tapi juga kehilangan salah satu simbol kedaulatan yang paling nyata, kepingan yang merekam perjalanan ekonomi bangsa.


Tanpa koin, kita kehilangan jembatan transaksi kecil. Uang logam bukan hanya alat tukar, ia adalah artefak sejarah, cerminan budaya dan pengingat akan perjalanan ekonomi bangsa. Kehilangan uang logam berarti kehilangan bagian dari identitas Rupiah itu sendiri, sebuah kepingan jejak kedaulatan yang tak tergantikan. 


Menjadikan Koin Bermakna Kembali

Kuncinya ada pada kita semua: menggunakan, menjaga, dan memandang uang logam sebagai bagian penting dari hidup sehari-hari.


Untuk menghidupkan kembali denyut uang logam dalam peredaran ekonomi, Bank Indonesia terus berupaya melakukan edukasi dan program inovatif, seperti mendorong masyarakat menyetorkan uang logam melalui lomba menabung di perbankan maupun menyelenggarakan Gerakan Peduli Koin dengan memfasilitasi layanan penukaran uang logam dari masyarakat, salah satunya melalui Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (FERBI) dalam rangka menyambut peringatan HUT ke-80 RI. FERBI hadir kembali untuk meningkatkan literasi masyarakat terhadap Rupiah sebagai bagian penting dari sejarah bangsa dalam memperkuat keragaman, persatuan dan nasionalisme.


Mengusung tema "Uang Logam, Kecil Nilainya - Besar Manfaatnya", Bank Indonesia mengajak masyarakat untuk meningkatkan kecintaan terhadap uang Rupiah logam karena uang Rupiah logam kecil nominalnya namun besar manfaatnya sebagai alat transaksi pembayaran yang sah di seluruh NKRI.


Masyarakat dapat menukarkan berbagai jenis pecahan dan tahun emisi uang Rupiah logam menjadi uang Rupiah kertas. Logam yang akan ditukarkan dipisahkan berdasarkan jenis pecahan dan tahun emisi, serta tidak direkatkan menggunakan lakban/solatip/perekat lainnya. Melalui kegiatan tersebut, Bank Indonesia menegaskan bahwa uang logam adalah sahabat transaksi kecil yang tak tergantikan. Setiap kita memegang koin berarti kita memegang bagian dari kedaulatan bangsa.


Mari Rayakan Kedaulatan Rupiah!

Sobat Rupiah, mari bersama menjaga makna setiap keping yang kita miliki. Jangan lewatkan Festival Rupiah Berdaulat Indonesia 2025 pada 15–17 Agustus di Istora Senayan GBK Jakarta. Temui langsung berbagai informasi dan pengalaman interaktif tentang perjalanan dan peran penting Rupiah. Karena di setiap kepingnya, ada cerita kita.



Lampiran
Kontak

Contact Center Bank Indonesia Bicara: (62 21) 131

e-mail : bicara@bi.go.id
​Jam operasional Senin s.d. Jumat Pkl. 08.00 s.d 16.00 WIB​​​​
Halaman ini terakhir diperbarui 8/15/2025 5:25 PM
Apakah halaman ini bermanfaat?
Terima Kasih! Apakah Anda ingin memberikan rincian lebih detail?
Tag :

Baca Juga