Cerita BI

BI Icon

​Departemen Komunikasi​​​​

8/9/2025 5:00 PM
Hits: 39

Talenta Digital Indonesia Membangun Ekonomi Inklusif

Bayangkan sebuah desa di ujung Indonesia. Di sana, seorang ibu pengrajin duduk di beranda rumah panggungnya, menganyam kain tradisional dengan penuh kesabaran. Selama bertahun-tahun, hasil karyanya hanya dikenal oleh tetangga sekitar atau pembeli yang lewat di pasar mingguan. Harga yang didapat sering tidak sebanding dengan tenaga dan waktu yang ia curahkan.

​Namun, di balik tiap anyaman, tersembunyi kenyataan sunyi: ia belum mengenal dunia di luar batas desa. Tak ada jembatan digital yang menghubungkannya dengan pembeli jauh di kota dan tak ada panggung daring yang memperkenalkan keindahan karyanya ke mata dunia.

Inilah potret mengapa inklusivitas menjadi sebuah janji, dimana setiap lapisan masyarakat memiliki akses yang setara terhadap akses pasar dan layanan keuangan yang lebih luas, agar setiap pelaku usaha, di manapun ia berpijak dapat merentangkan sayap, tumbuh, dan berdaya dengan kesempatan yang setara.

Mengukir Mimpi dari Lhokseumawe

Mari kita sejenak melihat ke Lhokseumawe, Aceh, tempat KUB Ingin Jaya merajut mimpi. Di tangan-tangan terampil ibu-ibu pengrajin bordir, kain-kain biasa bertransformasi menjadi karya seni bernilai tinggi.


Dulu, penjualan mereka terbatas pada toko-toko souvenir. Namun, sentuhan digital mengubah segalanya. Dengan hadir di berbagai kanal media sosial, permintaan pasar melonjak hingga 50%.


Ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari semangat juang para ibu yang kini bisa berkarya dari rumah, sembari tetap membersamai buah hati. Sebuah harmoni indah antara produktivitas dan kehangatan keluarga yang sebelumnya mungkin sulit terbayangkan.


Dengan pendapatan yang meningkat para ibu ini merasakan langsung kemudahan akses terhadap layanan keuangan, membuka pintu bagi kesempatan yang lebih besar untuk meraih impian dan meningkatkan kualitas hidup mereka..


Menjadi salah satu binaan Bank Indonesia, upaya dilakukan untuk membimbing mereka tak hanya dalam pemasaran dan pembayaran digital, tetapi juga dalam pencatatan keuangan yang rapi, membuka gerbang terhadap akses pembiayaan yang lebih luas. Inilah inklusi yang sesungguhnya: teknologi yang merangkul, bukan mengucilkan.


Noken Clothing, Mengukir Jejak dari Papua

Bergeser jauh ke timur, di tanah Papua yang kaya budaya, Noken Clothing menorehkan jejak. Mereka tak hanya menjual pakaian, tetapi juga nilai, filosofi, dan adat istiadat Papua yang luhur.

Dengan merambah berbagai marketplace serta aktif di media sosial, Noken Clothing berhasil melipatgandakan penjualannya hingga lebih dari 100%. 


Di sinilah talenta digital bertemu dengan kearifan lokal. Melalui layar, mereka membuka mata konsumen tentang makna di balik setiap motif, setiap jahitan, menciptakan ikatan emosional yang melampaui sekadar transaksi.


Lebih dari itu, Noken Clothing memberdayakan masyarakat lokal Papua, dari desainer hingga penjahit, memastikan bahwa setiap helaan napas ekonomi digital turut menghidupi denyut nadi komunitas. Bank Indonesia turut memberikan pelatihan digitalisasi sistem pembayaran melalui  QRIS dan pencatatan keuangan secara digital, memastikan bahwa kemudahan transaksi digital juga sampai ke tangan-tangan mereka yang paling membutuhkan.


Inklusi dari Pelosok Negeri

Kedua kisah ini adalah simfoni tentang bagaimana talenta digital yang seringkali diasosiasikan dengan kota-kota besar dan gemerlap teknologi ternyata tumbuh subur di akar rumput. Ini adalah bukti bahwa inklusi bukan hanya tentang akses, tetapi juga tentang pemberdayaan.


Ketika berbagai pihak bahu-membahu memberikan pendampingan, pelatihan, dan akses ke ekosistem digital maka talenta-talenta lokal ini akan bersinar membawa dampak positif yang berlipat ganda.


Mereka tidak hanya meningkatkan pendapatan pribadi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, melestarikan budaya dan menggerakkan roda ekonomi di daerahnya masing-masing. Inilah bukti nyata bahwa hadirnya digitalisasi menjadi akselerator tumbuhnya inklusivitas di daerah.


Tantangan dan Kolaborasi

Namun, perjalanan ini tentu tak luput dari tantangan. Edukasi tentang nilai produk secara daring, masalah bahan baku, hingga kendala logistik adalah beberapa rintangan yang harus dihadapi.


Di sinilah peran kolaborasi menjadi krusial. Pemerintah, lembaga keuangan, dan komunitas harus terus bersinergi, menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan UMKM digital yang inklusif.


Dengan demikian, setiap individu di mana pun mereka berada, memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan merasakan manisnya buah ekonomi digital.


Masa Depan Ekonomi Digital yang Merata

Pada akhirnya, talenta digital bukanlah sekadar keahlian teknis semata. Ia adalah jembatan yang menghubungkan mimpi dengan kenyataan, inovasi dengan tradisi dan individu dengan komunitas.


Pentingnya peran talenta digital semakin diperkuat dalam Priority Economic Deliverables Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 yakni perlunya pengembangan kerangka kompetensi Literasi Keuangan Digital.


Oleh karena itu, sebagai bentuk kontribusi nyata pada tanggal 9 Agustus 2025 di Karya Kreatif Indonesia, telah diluncurkan Kajian Pemetaan Kompetensi Literasi Keuangan Digital yang merupakan karya kolaborasi antara Bank Indonesia dan mitra terkaitnya.


Inisiatif ini bertujuan untuk menjadi acuan bagi stakeholders dalam menyusun materi dan program untuk target edukasi keuangan, dengan harapan kedepan dapat meningkatkan literasi keuangan dan pemberdayaan konsumen sehingga tercapai inklusi keuangan yang berkualitas


Ini adalah kisah tentang harapan, tentang potensi tak terbatas dan tentang masa depan yang kita bangun bersama, sehelai demi sehelai dengan benang-benang digital yang penuh cinta.



Lampiran
Kontak

Contact Center Bank Indonesia Bicara: (62 21) 131

e-mail : bicara@bi.go.id
Jam operasional Senin s.d. Jumat Pkl. 08.00 s.d 16.00 WIB​​​​​​​​​​​​​​​​​
Halaman ini terakhir diperbarui 8/9/2025 6:18 PM
Apakah halaman ini bermanfaat?
Terima Kasih! Apakah Anda ingin memberikan rincian lebih detail?
Tag :

Baca Juga