Menenun Bukan Sekadar Menganyam Benang
Menenun di NTT bukan sekadar keterampilan tradisi, ia adalah bahasa cinta yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Setiap helai benang menyimpan kisah, tentang kampung halaman, tentang identitas, dan tentang perjuangan hidup.
Bagi banyak perempuan di NTT, menenun dulunya hanya dilakukan di rumah, sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari, sambil mengasuh anak atau menunggu suami pulang melaut. Namun, di tangan Dorce Lusi dan suaminya Yus Lusi, menenun naik kelas menjadi kekuatan ekonomi yang mengubah hidup banyak orang.
Dimulai pada 1991 dengan modal Rp20.000, pasangan ini mendirikan Rumah Tenun Ina Ndao. Awalnya, hanya ada segelintir perajin yang berkarya di halaman rumah sederhana mereka di Kupang. Tetapi keyakinan mereka sederhana: jika keterampilan menenun bisa membuka jalan menuju kesejahteraan, mengapa tidak dibagikan kepada lebih banyak orang?
Dari Rumah Sederhana Menjadi Pusat Harapan
Seiring waktu, Rumah Tenun Ina Ndao berkembang menjadi sentra produksi, pelatihan, dan pemasaran tenun ikat NTT. Bukan hanya menerima pesanan, mereka juga memberikan pelatihan gratis bagi ibu rumah tangga, pelajar, mahasiswa, hingga perempuan di wilayah terpencil.
Bayangkan seorang ibu di desa yang semula tak punya penghasilan sendiri. Setelah ikut pelatihan, ia mulai menerima pesanan tenun dari Ina Ndao. Hasil karyanya dibayar layak, dan uangnya bisa membantu biaya sekolah anak. Cerita seperti ini bukan satu atau dua kali terjadi, sudah ribuan perempuan yang merasakannya.
Data mencatat, sejak 1997 hingga kini, sekitar 4.700 orang kelompok perempuan telah mengikuti pelatihan menenun dari Ina Ndao. Sebagian menjadi perajin tetap, sebagian lainnya membentuk kelompok usaha baru di daerah masing-masing. Dampaknya terasa luas: keterampilan lokal terjaga, penghasilan rumah tangga bertambah, dan perempuan semakin percaya diri untuk berperan dalam ekonomi keluarga.
Sinergi Dukungan Menuju Jalan Kemandirian
Di balik kesuksesan banyak UMKM seperti Rumah Tenun Ina Ndao, ada dukungan yang tak terlihat dari dekat namun sangat signifikan, yakni pendampingan, pembiayaan, dan promosi, salah satunya dari Bank Indonesia.
Melalui Program Pengembangan UMKM Binaan, Bank Indonesia tidak hanya hadir memberikan pendampingan atau fasilitas promosi, tetapi juga membekali pelaku usaha dengan pelatihan manajemen, inovasi produk, digitalisasi pemasaran, dan akses pasar yang lebih luas.
Bagi Ina Ndao, ini bisa mengikuti pameran berskala nasional seperti Karya Kreatif Indonesia (KKI), membuka peluang bertemu pembeli dari berbagai daerah hingga mancanegara. Dukungan ini membantu tenun NTT tak hanya dikenal sebagai kain tradisional, tetapi juga sebagai produk kreatif bernilai tinggi yang bisa masuk ke pasar fesyen global.
Tak berhenti di sana, berkat sinergi beberapa lembaga dan kementrian terkait, Ina Ndao mendapatkan kesempatan untuk tampil di beberapa pameran Internasional. membuka kesempatan bagi Ina Ndao tampil di beberapa pameran internasional di Jepang. Pameran tersebut tidak hanya memberikan kesempatan untukmemperluas jangkauan pasar, tetapisekaligus memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke dunia. Selain itu, melalui kerja sama dengan dinas UMKM, mereka juga berkesempatan mengikuti pameran di Singapura, salah satu pasar premium di Asia Tenggara. Lebih dari itu, demi menjaga keberlanjutan produksi, Ina Ndao telah mendapatkan pelatihan sertifikasi hijau sebagai bagian dari komitmen pada proses yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab secara sosial.
Dukungan yang terjalin melalui sinergi berbagai pihak ini menjadi fondasi kokoh bagi UMKM untuk tidak sekadar tumbuh, tetapi juga naik kelas secara berkelanjutan dan tampil kompetitif di pasar global.
Tenun, Ekonomi, dan Martabat
Tenun ikat NTT bukan sekadar barang dagangan. Ia adalah simbol martabat dan identitas. Di balik setiap motif ada filosofi hidup. Misalnya, motif Kaif yang melambangkan doa dan rasa syukur, atau motif Buna yang mencerminkan keanggunan dan keberanian perempuan.
Dengan berkembangnya Rumah Tenun Ina Ndao, kain-kain ini tidak lagi hanya menjadi pakaian adat, tetapi juga merambah dunia mode lewat gaun pesta, tas, sepatu, hingga aksesori. Inovasi seperti ini penting bukan hanya untuk memenuhi selera pasar modern, tetapi juga untuk memastikan tradisi tetap relevan di tengah zaman yang berubah.
Dari sisi ekonomi, keberadaan UMKM seperti Ina Ndao memberikan efek ganda: membuka lapangan kerja, menggerakkan ekonomi lokal, sekaligus menjadi daya tarik wisata. Tak heran, Rumah Tenun Ina Ndao juga meraih Anugerah Pesona Indonesia 2020 sebagai destinasi wisata belanja terpopuler.
Belajar dari Benang dan Tenunan
Kisah Rumah Tenun Ina Ndao mengajarkan kita bahwa keberhasilan tak selalu datang dari modal besar, tetapi dari kesetiaan pada nilai dan kemauan untuk berbagi. Dorce dan Yus tidak hanya membangun bisnis, mereka membangun ekosistem: jaringan perajin, koperasi, hingga lembaga pelatihan.
Bagi Bank Indonesia, ini sejalan dengan misi besar untuk mendorong ekonomi inklusif dan berkelanjutan. UMKM seperti Ina Ndao adalah bukti bahwa ekonomi kreatif berbasis budaya bisa menjadi pilar penting dalam ketahanan ekonomi nasional.
Sehelai kain tenun tak akan berarti banyak jika hanya tergeletak di sudut lemari. Namun, di tangan yang tepat, ia bisa menjadi identitas, sumber penghidupan, bahkan pembawa perubahan. Begitu pula dengan potensi yang kita miliki sebagai bangsa: jika dipelihara, dikembangkan, dan dibagikan, ia akan tumbuh menjadi kekuatan bersama.
Rumah Tenun Ina Ndao hanyalah satu contoh dari ribuan UMKM yang kini bergerak maju bersama dukungan Bank Indonesia. Dari benang-benang kecil lahirlah karya besar dan dari langkah-langkah sederhana lahirlah perubahan yang berarti.
Mungkin, dalam kehidupan sehari-hari, kita juga sedang “menenun” sesuatu. Entah itu membangun keluarga, mengembangkan usaha, atau membentuk masa depan yang lebih baik. Dan seperti benang-benang di tenunan Ina Ndao, setiap upaya kecil kita, jika dirangkai dengan sabar, akan menjadi karya yang indah.
Mau tahu lebih banyak tentang UMKM unggulan Indonesia?
Yuk, hadiri Karya Kreatif Indonesia 7-10 Agustus 2025, di Hall B JICC, Senayan, Jakarta.
Sobat Rupiah bisa menemukan kisah-kisah inspiratif lainnya yang membuktikan bahwa karya anak negeri tak hanya indah dipandang, tapi juga bermakna bagi kehidupan.