Sobat Rupiah, sektor
ekonomi dan keuangan
syariah (EKSyar) telah
berperan sebagai salah satu
pendorong pertumbuhan ekonomi
nasional. Oleh karena itu, upaya
pengembangannya terus dilakukan
oleh Pemerintah bersama pihak-
pihak terkait.
Hasilnya menggembirakan, laporan
State of the Global Islamic Economy
(SGIE) 2021/2022 menempatkan
Indonesia di posisi kedua, meningkat
dari peringkat keempat tahun lalu,
dalam urutan negara dengan sektor
EKSyar terbaik. Kenaikan peringkat
itu utamanya didorong oleh
peningkatan ekspor makanan dan
minuman halal Indonesia.
Tentu saja, selain produksi
makanan dan minuman halal,
bidang lain seperti modest fashion,
pariwisata ramah muslim, dan
layanan keuangan syariah juga
digarap serius. Upaya ini terus
dilakukan demi mengoptimalkan
peluang dari peningkatan tren gaya
hidup syariah di dalam maupun luar
negeri.
Laporan SGIE menyebut, total
belanja 1,9 miliar umat muslim dunia
hingga kuartal III 2021 diprakirakan
mencapai 2 triliun dolar AS. Jumlah
pengeluaran ini diprakirakan akan
meningkat mencapai 2,8 triliun
dolar AS di tahun 2025. Sebuah
peluang pasar yang tentu sayang jika
dilewatkan.
Dalam pengembangan sektor
EKSyar, BI menjadi salah satu pihak
yang berperan serta, antara lain
melalui gelaran tahunan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF).
ISEF
yang di tahun ini memasuki usia satu
dekade semakin menunjukkan peran
pentingnya sebagai karya kolaboratif
berbagai pihak untuk memajukan
EKSyar Indonesia.
Penyelenggaraan ISEF 2023
terbilang sukses dengan nilai
transaksi total mencapai Rp28,9
triliun. Ke depan, peran ISEF sebagai
akselerator sektor EKSyar akan terus
ditingkatkan.
Di sisi lain, demi mendukung
pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan, BI
mengimplementasikan Kebijakan
Insentif Likuiditas Makroprudensial
(KLM). Langkah itu untuk mendorong
kontribusi perbankan dalam
memperkuat kegiatan dunia usaha.
Harapannya, ketika berbagai
sektor usaha mampu unjuk kinerja,
pertumbuhan ekonomi nasional
semakin menguat.