Pertumbuhan ekonomi daerah pada triwulan III 2025 diperkirakan tetap kuat di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Dari sisi domestik, aktivitas ekonomi di berbagai wilayah tetap terjaga berkat perbaikan investasi dan akselerasi belanja pemerintah di daerah. Investasi Jawa tumbuh paling tinggi, terutama didorong investasi industri di Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta akselerasi belanja modal pemerintah. Dari sisi eksternal, ekspor terutama ditopang komoditas utama masing-masing wilayah, yakni logam mulia Jawa, CPO di Sumatera, besi baja Sulampua, serta perbaikan kontraksi batubara Kalimantan. Dari sisi lapangan usaha, kinerja LU Industri membaik di wilayah barat, sementara wilayah timur tetap tumbuh tinggi ditopang industri hilirisasi. LU primer membaik terutama pertanian, sementara pertambangan di wilayah timur melambat karena kendala produksi. Perbaikan investasi terkonfirmasi dari kinerja LU Konstruksi di mayoritas wilayah.
Perekonomian daerah sepanjang 2025 diprakirakan tetap tumbuh solid, dan perlu terus didorong. Aktivitas investasi menjadi penopang utama pertumbuhan, seiring berlanjutnya ekspansi proyek besar di berbagai wilayah, antara lain industri petrokimia, otomotif, dan elektronik di Jawa, serta hilirisasi logam dasar di Sulampua, Balinusra, dan Kalimantan. Selain investasi, dukungan fiskal daerah juga menopang pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya pada semester II. Peningkatan investasi tersebut memperkuat kinerja industri pengolahan di seluruh wilayah. Selain LU Industri, kinerja LU Pertanian di berbagai wilayah juga menunjukkan perbaikan terutama didorong program swasembada pangan pemerintah, serta kondisi cuaca yang mendukung. Inflasi IHK gabungan kota di seluruh wilayah pada triwulan III 2025 terkendali. Inflasi inti terjaga rendah sejalan dengan terjaganya ekspektasi inflasi dan normalisasi permintaan domestik pasca Ramadan dan IdulFitri. Inflasi kelompok volatile food (VF) terkendali di bawah target 5%, meski meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya terutama didorong komoditas hortikultura akibat faktor cuaca kemarau basah yang berdampak pada produksi. Sementara inflasi kelompok administered prices (AP) meningkat terutama dipengaruhi kenaikan harga rokok dan tarif air minum. Secara provinsi, mayoritas provinsi masih dalam rentang sasaran inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Papua Selatan dengan inflasi sebesar 3,00% (yoy), sedangkan inflasi terendah terjadi di Papua Barat sebesar -0,67% (yoy).
Inflasi IHK 2025 di seluruh wilayah diprakirakan tetap berada dalam kisaran sasaran 2,5±1%. Dari sisi domestik, tekanan inflasi inti terkendali didukung konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia, ekspektasi inflasi, dampak imported inflation yang terjaga, rambatan VF yang terkendali, serta dampak positif dari digitalisasi. Dinamika inflasi sepanjang 2025 terutama dipengaruhi tekanan inflasi kelompok volatile food (VF). Tekanan inflasi VF terutama disumbang oleh komoditas hortikultura, di tengah pasokan beras yang lebih baik, sejalan dengan keberhasilan program pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan. Pengendalian inflasi ke depan diarahkan untuk mempertahankan inflasi sesuai kisaran sasaran. Sinergi dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), termasuk melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) akan terus diperkuat untuk memastikan distribusi pasokan antara daerah sentra ke daerah nonsentra.
Ke depan, pertumbuhan ekonomi domestik perlu terus diakselerasi. Bauran kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas. Bank Indonesia melalui 46 Kantor Perwakilan di daerah terus bersinergi dengan Pemerintah Daerah guna mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah. Implementasi program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), serta perluasan akseptasi dan pengembangan ekosistem digital semakin dioptimalkan. Digitalisasi yang berkembang pesat secara nasional dan di daerah akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan terjaganya tekanan inflasi. Secara khusus pada Laporan Nusantara ini akan mengulas stategi penguatan digitalisasi pada sistem pembayaran, yang secara lengkap akan disampaikan pada Bagian IV Isu Strategis: Penguatan Ekosistem dan Perluasan Akseptasi Pembayaran Digital untuk Mendukung Pertumbuhan Sektor Prioritas dan Program Pemerintah.