Secara keseluruhan, dinamika perekonomian hingga triwulan IV 2020 menunjukkan berlanjutnya tren perbaikan didukung perbaikan kinerja ekonomi di sebagian besar wilayah. Pertumbuhan ekonomi secara nasional pada triwulan IV 2020 mencatat kontraksi yang lebih kecil yakni -2,19% (yoy), dibandingkan -3,49% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perbaikan ini terutama ditopang oleh kontribusi positif kinerja sektor eksternal yang mendorong ekspor barang nonmigas pada triwulan IV 2020 tumbuh positif di sebagian besar wilayah, kecuali Kalimantan. Berbagai komoditas berbasis sumber daya alam menopang perbaikan kinerja ekspor Sumatera, Kalimantan, Balinusra, dan Sulampua. Demikian pula dengan ekspor manufaktur dari Jawa dan Sulampua yang juga mulai membaik untuk beberapa komoditas. Dari sisi domestik, kontraksi konsumsi swasta mulai membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama di wilayah Jawa. Di sisi lain, pemulihan investasi masih berjalan lambat di sebagian besar wilayah karena masih tertahannya konstruksi bangunan. Selain itu, dorongan fiskal daerah kembali menurun setelah melewati puncaknya pada triwulan III pasca pelonggaran mekanisme penyaluran TKDD sejak Agustus 2020. Secara keseluruhan, ekonomi di hampir seluruh wilayah mencatat kontraksi pertumbuhan pada tahun 2020, kecuali Sulampua yang masih mampu tumbuh positif ditopang tetap kuatnya ekspor. Ke depan, perbaikan ekonomi domestik diperkirakan akan berlanjut sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan akselerasi program vaksin nasional oleh Pemerintah.
Di sisi harga, realisasi inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di berbagai daerah pada 2020 tetap rendah dan berada di bawah kisaran sasaran nasional. Secara nasional, inflasi IHK pada 2020 tercatat 1,68% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,72% (yoy). Penurunan inflasi terjadi di seluruh wilayah karena penurunan seluruh komponen disagregasi inflasi, yaitu inflasi inti, administered prices (AP), dan volatile food (VF). Turunnya inflasi inti terjadi di seluruh wilayah akibat permintaan domestik yang belum kuat sebagai dampak pandemi COVID-19, konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjangkar ekspektasi inflasi sesuai sasaran, tekanan harga komoditas global yang minimal, dan stabilitas nilai tukar yang tetap terjaga sesuai nilai fundamentalnya. Sementara inflasi AP mencatatkan penurunan di hampir seluruh wilayah, kecuali Jawa, sejalan dengan mobilitas masyarakat yang masih terbatas dan upaya Pemerintah menurunkan harga energi guna mendorong daya beli masyarakat. Sementara itu, inflasi kelompok VF terkendali sebesar 3,62% (yoy), didukung permintaan yang belum kuat ditengah pasokan yang memadai, meskipun terdapat tekanan musiman pada akhir tahun. Inflasi pada tahun 2021 diprakirakan tetap terkendali dalam sasaran 3,0%±1%. Ke depan, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI dan TPID), guna mengendalikan inflasi IHK sesuai kisaran targetnya.
Publikasi Laporan Nusantara edisi Februari 2021 kali ini mengangkat isu khusus mengenai “Mendorong Aktivitas Wisatawan Nusantara dengan Tetap Mempersiapkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara”. Penurunan kinerja pariwisata yang cukup signifikan dipengaruhi oleh adanya penerapan restriksi perjalanan di berbagai negara dan penutupan sementara akses masuk orang asing ke Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan daerah-daerah yang bergantung pada LU terkait pariwisata mengalami proses pemulihan yang paling lambat dibandingkan daerah-daerah lainnya pada paruh kedua 2020. Untuk mempercepat proses perbaikan kinerjapariwisata ke depandibutuhkan intervensi dan strategi kebijakan yang diarahkan untuk mengoptimalkan berbagai peluang untuk mendorong pariwisata, termasuk aktivitas wisatawan nusantara, dengan tetap memastikan kesiapan destinasi pariwisata. Hal ini akan diulas lebih dalam pada Laporan Nusantara edisi kali ini.