Pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah diprakirakan tetap kuat ditopang permintaan domestik dan masih terjaganya kinerja ekspor. Perkembangan tersebut terutama ditopang oleh meningkatnya aktivitas ekonomi domestik di tengah berlanjutnya dinamika global. Kasus COVID-19 di seluruh wilayah terkendali seiring berlanjutnya akselerasi vaksinasi dan program booster sehingga mendorong peningkatan mobilitas. Konsumsi domestik lebih baik pada triwulan I 2023 dibandingkan triwulan sebelumnya didukung keyakinan konsumen dan penjualan retail yang tetap kuat. Kinerja investasi triwulan I 2023 pun diprakirakan membaik dari triwulan sebelumnya sejalan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) di sejumlah wilayah yang sempat tertunda di 2022 serta implementasi hilirisasi. Adapun sejumlah tantangan seperti curah hujan yang tinggi serta kendala pengadaan lahan dan perizinan mewarnai perkembangan investasi pada triwulan I 2023. Sementara itu, tekanan global mereda, didukung penurunan disrupsi suplai global dan perbaikan perekonomian Tiongkok. Kondisi eksternal tersebut yang didukung dampak reopening Tiongkok diperkirakan dapat mendorong ekspor produk utama Indonesia. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi nasional pada 2023 diprakirakan bias ke atas dalam kisaran proyeksi 4,5-5,3%.
Di sisi inflasi, realisasi inflasi gabungan kota IHK di seluruh wilayah pada triwulan I 2023 tetap terkendali. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) secara nasional mencapai 4,97% (yoy) pada triwulan I 2023, menurun dari 5,51% (yoy) pada triwulan IV 2022, meski masih berada di atas rentang sasaran inflasi IHK nasional 3,0%±1%. Penurunan tekanan inflasi pada periode laporan terjadi di seluruh wilayah, dipengaruhi terutama oleh kelompok inti dan administered prices (AP) sejalan dengan kenaikan permintaan yang masih gradual, terkendalinya ekspektasi inflasi, harga komoditas global yang menurun, nilai tukar yang terjaga, serta kebijakan penyesuaian harga BBM nonsubsidi dan tarif angkutan udara (AU). Sementara itu, inflasi kelompok volatile food (VF) meningkat, terutama di gabungan kota IHK wilayah Sumatera, Jawa dan Sulampua, didorong oleh permintaan yang lebih tinggi menjelang periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri serta kondisi cuaca yang kurang kondusif sehingga mengganggu kesinambungan pasokan. Pada 2023, inflasi IHK diprakirakan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% sejak awal semester II 2023. Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah), serta mitra strategis lainnya dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) berkomitmen dalam mengendalikan inflasi melalui penguatan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Publikasi Laporan Nusantara edisi kali ini juga mengangkat isu strategis mengenai “Penguatan Digitalisasi Pembayaran pada Program Pemerintah untuk Ketahanan dan Efisiensi Ekonomi Nasional". Proses pemulihan dan perbaikan struktur ekonomi perlu terus dilanjutkan dalam rangka menjaga stabilitas dan mendorong berlanjutnya perbaikan ekonomi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengawal ketahanan dan memperkuat struktur ekonomi adalah melalui akselerasi transformasi digital, khususnya di bidang ekonomi dan keuangan. Upaya Bank Indonesia dalam mendorong ekonomi dan keuangan digital (EKD) difokuskan pada 3 (tiga) pilar utama, yaitu digitalisasi Bansos (G2P 4.0), Transaksi Pemerintah Daerah melalui Satgas Satuan Tugas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (P2DD), dan Transportasi (elektronifikasi pembayaran), guna mendorong berkembangnya ekosistem transaksi pembayaran berbasis digital untuk mendukung ketahanan dan efisiensi ekonomi nasional. Ke depan, peluang untuk mengakselerasi implementasi digitalisasi pembayaran semakin terbuka, sejalan dengan penguatan kelembagaan, yang didukung berbagai inisiatif program digitalisasi Kementerian/Lembaga (K/L), serta komitmen Pemda dalam mendukung digitalisasi.