No.24/108/DKom
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 April 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%. Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi, serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan eksternal yang meningkat terkait dengan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dan percepatan normalisasi kebijakan moneter di negara maju. Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut, melalui berbagai langkah sebagai berikut:
- Memperkuat kebijakan nilai tukar Rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan mekanisme pasar dan fundamental ekonomi;
- Melanjutkan implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif dengan mempertahankan: (a) rasio Countercyclical Capital Buffer (CCyB) sebesar 0%; (b) Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) pada kisaran 84-94%; serta (c) rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 6% dengan fleksibilitas repo sebesar 6%, dan rasio PLM Syariah sebesar 4,5% dengan fleksibilitas repo sebesar 4,5%;
- Melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman asesmen pada perkembangan sumber pendapatan operasional perbankan (Lampiran);
- Memastikan kecukupan kebutuhan uang, distribusi uang, dan layanan kas, serta kesiapan penyelenggaraan BI-FAST selama periode bulan Ramadan serta Hari Raya Idulfitri 1443H;
- Meningkatkan batas nilai yang dapat disimpan pada uang elektronik registered dari Rp10 juta menjadi Rp20 juta dan batas nilai transaksi bulanan dari Rp20 juta per bulan menjadi Rp40 juta per bulan, berlaku sejak tanggal 1 Juli 2022;
- Memperkuat kebijakan internasional dengan memperluas kerja sama dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya, fasilitasi penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan di sektor prioritas bekerja sama dengan instansi terkait, serta bersama Kementerian Keuangan menyukseskan 6 (enam) agenda prioritas jalur keuangan Presidensi Indonesia pada G20 tahun 2022.
Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan
dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam
rangka mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas moneter dan sistem
keuangan, serta meningkatkan kredit/pembiayaan kepada
dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi, ekspor, serta inklusi ekonomi dan keuangan.
Pemulihan ekonomi global diprakirakan terus
berlanjut meski lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, disertai
ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Berlanjutnya
ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina berdampak pada pelemahan transaksi
perdagangan, kenaikan harga komoditas, dan ketidakpastian pasar keuangan
global, di tengah penyebaran Covid-19 yang menurun. Pertumbuhan ekonomi
berbagai negara, seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan
India diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Dengan
perkembangan tersebut, Bank Indonesia merevisi prakiraan pertumbuhan
ekonomi global pada 2022 menjadi 3,5% dari sebelumnya sebesar 4,4%.
Volume perdagangan dunia juga diprakirakan lebih rendah sejalan dengan
perlambatan ekonomi global dan gangguan rantai pasokan yang masih
berlangsung. Harga komoditas global mengalami peningkatan, termasuk
komoditas energi, pangan, dan logam, sehingga memberikan tekanan pada
inflasi global. Ketidakpastian pasar keuangan global juga masih tinggi
seiring dengan masih berlanjutnya ketegangan geopolitik di tengah
percepatan normalisasi kebijakan moneter di berbagai negara maju,
termasuk AS, sejalan dengan semakin tingginya tekanan inflasi. Hal
tersebut mendorong terbatasnya prospek aliran modal asing, khususnya
portofolio, dan tekanan nilai tukar negara berkembang, termasuk
Indonesia.
Perbaikan ekonomi domestik diprakirakan tetap berlangsung seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat. Hingga
triwulan I 2022, perbaikan ekonomi terus berlanjut didukung oleh
peningkatan konsumsi, investasi nonbangunan, dan kinerja ekspor sejalan
dengan mobilitas penduduk dan aktivitas ekonomi yang membaik. Sejumlah
indikator dini pada Maret 2022, seperti penjualan eceran, ekspektasi
konsumen, dan PMI manufaktur mengindikasikan terus berlangsungnya
pemulihan ekonomi domestik. Pertumbuhan ekonomi juga ditopang kinerja
positif berbagai lapangan usaha, seperti industri pengolahan,
perdagangan, transportasi dan pergudangan, serta informasi dan
komunikasi. Secara spasial, perbaikan ekonomi ditopang terutama oleh
akselerasi pertumbuhan ekonomi Jawa dan Balinusra, disertai tetap
baiknya kinerja ekonomi Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), Sumatera, dan
Kalimantan. Ke depan, perbaikan kinerja ekonomi akan dipengaruhi oleh
volume ekspor yang tertahan seiring dengan lebih
rendahnya pertumbuhan ekonomi global dan perdagangan dunia akibat
berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina. Perbaikan permintaan
domestik ke depan juga akan terpengaruh baik karena tertahannya volume
ekspor maupun kenaikan harga energi dan pangan global. Dengan
perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2022 Bank Indonesia
memprakirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,5-5,3%, sedikit lebih
rendah dari proyeksi awal sebesar 4,7-5,5%.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan tetap baik sehingga mendukung ketahanan eksternal. Defisit
transaksi berjalan triwulan I 2022 diprakirakan tetap rendah, didukung
surplus neraca perdagangan sebesar 9,3 miliar dolar AS. Perkembangan ini
didukung oleh tingginya surplus neraca perdagangan nonmigas, terutama
sejalan dengan tingginya nilai ekspor karena harga komoditas global,
seperti batu bara, besi dan baja, serta biji logam, di tengah
meningkatnya defisit neraca perdagangan migas. Sementara itu, aliran
modal asing dalam bentuk investasi portofolio yang sempat tertahan pada
triwulan I 2022 dengan net outflows sebesar 1,8 miliar dolar AS, kembali mencatat net inflows
pada awal triwulan II 2022 yaitu sebesar 0,8 miliar dolar AS (hingga 14
April 2022). Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2022
tercatat sebesar 139,1 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 7,2
bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar
3 bulan impor. Ke depan, tingginya harga komoditas global diprakirakan
akan menopang peningkatan nilai ekspor untuk tahun 2022 sehingga defisit
transaksi berjalan diprakirakan akan lebih rendah, yaitu menjadi 0,5% -
1,3% dari PDB, menurun dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 1,1% -
1,9% dari PDB. Pada periode yang sama, neraca transaksi modal dan
finansial diprakirakan tetap surplus, terutama dalam bentuk penanaman
modal asing, sejalan dengan iklim investasi dalam negeri yang tetap
terjaga. Secara keseluruhan kinerja NPI diprakirakan akan tetap surplus
sehingga menopang ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
Stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung. Nilai
tukar Rupiah bergerak stabil selama bulan April 2022 ditopang
berlanjutnya pasokan valas domestik, aliran masuk modal asing, dan
persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, di tengah
ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung. Dengan
perkembangan tersebut, Rupiah sampai dengan 18 April 2022 tercatat
depresiasi sekitar 0,70% dibandingkan dengan level akhir 2021, relatif
lebih rendah dibandingkan depresiasi dari mata uang sejumlah negara
berkembang lainnya, seperti Thailand 0,77%, Malaysia 2,10%, dan Filipina
2,45%. Ke depan, stabilitas nilai tukar Rupiah diprakirakan tetap
terjaga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap
baik, terutama oleh lebih rendahnya defisit transaksi berjalan. Bank
Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah
sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi.
Inflasi terkendali dan mendukung stabilitas perekonomian. Indeks
Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2022 tercatat inflasi sebesar 0,66%
(mtm). Secara tahunan, inflasi IHK Maret 2022 tercatat 2,64% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar
2,06% (yoy). Inflasi inti tetap terjaga di tengah permintaan domestik
yang mulai meningkat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan
konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi
inflasi. Sementara itu, inflasi kelompok volatile food
meningkat terutama dipengaruhi kenaikan inflasi minyak goreng seiring
penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET). Inflasi kelompok administered prices
dipengaruhi oleh inflasi bahan bakar rumah tangga dan bensin karena
penyesuaian harga LPG nonsubsidi dan BBM nonsubsidi, serta inflasi
angkutan udara seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat. Inflasi
2022 diprakirakan tetap terkendali dalam sasaran 3,0%±1% sejalan dengan
masih memadainya sisi penawaran dalam merespons kenaikan sisi
permintaan, tetap terkendalinya ekspektasi inflasi, stabilitas nilai
tukar Rupiah, serta respons kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan
Pemerintah. Bank Indonesia terus mewaspadai sejumlah risiko inflasi,
terutama dampak kenaikan harga energi dan pangan global. Bank Indonesia
tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi
kebijakan dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan
Daerah (TPIP dan TPID) guna menjaga inflasi IHK dalam kisaran
sasarannya. Koordinasi dengan Pemerintah tersebut juga diperkuat untuk
menjaga stabilitas harga selama bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri
1443H.
Normalisasi kebijakan likuiditas melalui kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah secara bertahap sejalan dengan kemampuan perbankan dalam mengelola kecukupan likuiditas. Penyesuaian
secara bertahap GWM Rupiah tahap I dan pemberian insentif GWM sejak 1
Maret 2022 tidak mengurangi kemampuan perbankan dalam penyaluran
kredit/pembiayaan kepada dunia usaha dan partisipasi dalam pembelian SBN
untuk pembiayaan APBN. Pada Maret 2022, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi mencapai 32,11%, meski lebih rendah dibandingkan AL/DPK bulan sebelumnya yang sebesar 32,72%, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 9,92% (yoy).
Sementara itu, dalam rangka koordinasi fiskal-moneter sebagaimana
tertuang dalam Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank
Indonesia yang berlaku hingga 31 Desember 2022, Bank Indonesia
melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2022
dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp17,81 triliun (hingga 14 April 2022) melalui mekanisme lelang utama, greenshoe option, dan private placement. Pembelian SBN tersebut telah mempertimbangkan kondisi pasar SBN dan dampaknya terhadap likuiditas perekonomian. Pada
Maret 2022, likuiditas perekonomian juga tetap longgar, tercermin pada
uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh
masing-masing sebesar 18,68% (yoy) dan 13,27% (yoy).
Suku bunga perbankan masih menurun kendati lebih terbatas didukung oleh suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan terjaganya likuiditas perbankan. Di pasar uang, suku
bunga IndONIA pada Maret 2022 stabil sebesar 2,79% dibandingkan dengan
Maret 2021. Di pasar dana, suku bunga deposito 1 bulan perbankan turun
sebesar 91 bps sejak Maret 2021 menjadi 2,85% pada Maret 2022. Di pasar kredit, suku bunga kredit baru lebih rendah 17 bps (yoy) pada periode yang sama, sejalan dengan penurunan SBDK dan
perbaikan persepsi risiko perbankan di tengah berlanjutnya pemulihan
aktivitas ekonomi. Bank Indonesia memandang peran perbankan dalam
penyaluran kredit/pembiayaan termasuk melalui penurunan suku bunga
kredit dapat ditingkatkan guna semakin mendorong pemulihan ekonomi
nasional.
Ketahanan sistem keuangan tetap terjaga dan intermediasi perbankan melanjutkan perbaikan secara bertahap. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan Februari 2022 tetap tinggi sebesar 25,85%, dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap terjaga, yakni 3,08% (bruto) dan 0,87% (neto). Intermediasi perbankan pada Maret 2022 melanjutkan perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya dengan kredit tumbuh sebesar 6,65% (yoy). Pertumbuhan kredit terjadi di berbagai kelompok bank, segmen kredit, dan sektor ekonomi termasuk subsektor prioritas,
seiring berlanjutnya pemulihan aktivitas korporasi dan rumah tangga.
Pemulihan kinerja korporasi terus berlanjut, yang tercermin dari
perbaikan penjualan dan belanja modal, serta terjaganya kemampuan
membayar. Sementara dari sisi penawaran, standar penyaluran kredit terus
melonggar seiring menurunnya persepsi risiko kredit. Pertumbuhan kredit UMKM juga meningkat sebesar 14,98% (yoy) pada Maret 2022, khususnya bersumber dari kredit mikro dan kecil.
Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit dan DPK pada 2022
masih sesuai prakiraan, yaitu masing-masing dalam kisaran 6,0-8,0% dan
7,0-9,0%.
Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan sistem pembayaran yang cepat, mudah, murah, aman, dan handal (cemumuah) serta inklusif dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Transaksi ekonomi dan keuangan digital menunjukkan perkembangan pesat seiring peningkatan akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital serta akselerasi digital banking. Di sisi nontunai, nilai transaksi uang elektronik (UE) pada triwulan I 2022 tercatat tumbuh 42,06% (yoy), dan untuk keseluruhan tahun 2022 diproyeksikan meningkat 18,03% (yoy) hingga mencapai Rp360 triliun. Nilai transaksi digital banking pada triwulan I 2022 meningkat 34,90% (yoy), dan untuk keseluruhan tahun 2022 diproyeksikan meningkat 26,72% (yoy) hingga mencapai Rp51.729 triliun. Bank Indonesia terus mendorong inovasi sistem pembayaran termasuk dalam rangka mendukung program pemerintah dan percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) serta mendorong akselerasi Ekonomi dan Keuangan Digital (EKD) yang inklusif dan efisien melalui kebijakan sistem pembayaran nontunai. Bank Indonesia terus melanjutkan upaya perluasan layanan BI-FAST melalui mobile banking serta meningkatkan komunikasi kepada masyarakat dan lembaga terkait. Sinergi dengan Pemerintah juga terus dilakukan untuk mendorong percepatan digitalisasi pembayaran melalui elektronifikasi bansos, transaksi Pemda, dan transportasi. Di sisi tunai, Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada triwulan I 2022 meningkat 13,58% (yoy). Bank Indonesia memperkuat layanan kas kepada masyarakat melalui implementasi digitalisasi layanan kas keliling (PINTAR), menjaga ketersediaan uang tunai, termasuk tambahan penyediaan uang sebesar Rp27,4 triliun sehingga menjadi Rp202,7 triliun selama periode bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri 1443H serta memperkuat kerja sama kelembagaan dalam pengedaran uang ke seluruh wilayah NKRI.
Jakarta, 19 April 2022
Kepala Departemen Komunikasi
Erwin Haryono
Direktur Eksekutif
Informasi tentang Bank Indonesia
Tel.021-131, email : bicara@bi.go.id